I'LL Teach You Marianne

Pesona Anne



Pesona Anne

0Setelah kembali dari apartemen Anne, Jack langsung pulang menuju kediamannya dengan cepat. Ia ingin segera sampai di rumahnya supaya bisa cepat istirahat, hari ini sudah terlalu banyak menguras energinya. Ia ingin merecovery energinya dengan tidur dengan cepat, besok ia harus bangun pagi karena ada hal yang harus diurus.     

Namun lain halnya dengan Anne, ia masih belum bisa menenangkan dirinya pasca mendapatkan ciuman dari Jack. Walaupun itu adalah sebuah kecupan kecil namun Anne sudah menyebutnya dengan ciuman, ia benar-benar tak tenang atas apa yang Jack lakukan padanya. Damage yang diakibatkan kecupan kecil itu membuat Anne tak tenang sama sekali, ia yang biasanya langsung mandi ketika pulang dari kampus atau dari toko kini masih berbaring ditempat tidur sambil merutuki apa yang dilakukan Jack kepadanya. Karena waktu sudah menunjukkan pukul satu malam Anne akhirnya memutuskan untuk membersihkan tubuhnya sebelum pergi tidur. Rasa kantuk sudah tak bisa ia tahan lagi, saat sedang membersihkan wajahnya tiba-tiba Anne menghentikan kegitannya saat menyentuh bibirnya. Ingatan Jack yang memberikan ciuman di area itu kembali membuat Anne tak tenang.     

"Akhhh kau kenapa Anne, kau sedang tidak sedang gila bukan!!"pekik Anne dengan keras didepan kaca kamar mandinya.     

Anne pun langsung membilas wajahnya dengan cepat, ia tak melanjutkan ritual lainnya dengan memakai skincare. Anne ingin segera tidur untuk melupakan apa yang sudah terjadi didepan toko bunganya, setelah berganti pakaian tidur Anne lalu membanting tubuhnya diatas ranjang. Tak lama kemudian Anne pun sudah berlayar ke alam mimpinya dengan sebuah senyum tersungging diwajahnya, setelah hari-hari panjang selama tinggal di London baru kali ini ia kembali setenang ini.     

Sementara itu di kamar hotel Steffi yang sudah memakai piyama tidurnya masih berdiri di balkon dengan sebuah ponsel ditangannya, ia benar-benar tak tenang sekali memikirkan Leon yang tak ada kabar sejak acara makan malam dengan para mahasiswa UAL berakhir.     

"Kau kemana Leon, sudah hampir jam tiga pagi dan kau belum pulang juga."Steffi bicara sendiri sambil menatap jam tangan mewah merk BVLGARI yang terpasang di tangan kirinya.     

Karena sudah tak bsia menahan diri lagi Steffi akhirnya memutuskan untuk keluar mencari sang suami, ia berniat meminta bantuan petugas hotel. Namun saat sedang memakai jaket tebal tiba-tiba pintu kamarnya diketuk cukup kencang dari luar, sontak tanpa pikir panjang Steffi berlari ke arah pintu. Senyumnya tersungging saat melihat sosok sang suami dari lubang kecil khusus yang terpasang di pintu kamar, tanpa menunggu lama Steffi lalu membuka pintu kamarnya.     

"Kenapa lama sekali membuka pintunya!!"hardik Leon ketus pada Steffi sembari melepaskan pelukan seorang driver hotel yang sudah menemaninya pergi ke bar malam ini.     

Steffi hanya tersenyum tipis melihat Leon langsung masuk ke dalam kamar dengan terhuyung, aroma alkohol sangat kuat sekali tercium dari tubuhnya. Ia berusaha tak marah didepan pegawai hotel yang mengantarkan Leon pulang.     

"Terima kasih sudah membantu suami saya pulang kekamar dengan selamat," ucap Steffi ramah.     

"Sama-sama nyonya, ini sudah menjadi tanggung jawab kami petugas hotel ini. Kalau begitu saya permisi nyonya, selamat istirahat."jawab sang driver hotel yang menemani Leon itu dengan ramah.     

Steffi menganggukkan kepalanya perlahan merespon perkataan sang petugas hotel itu, setelah sang petugas hotel menghilang dibalik dari pandangannya Steffi lalu masuk ke dalam kamar.     

"Akh, bodohnya aku. Kenapa tadi aku tak bertanya kepada petugas hotel itu mereka baru dari mana," ucap Steffi pelan mengutuk kebodohannya sendiri sambil menatap Leon yang sudah terbaring diatas ranjang tanpa berganti pakaian.     

Dengan telaten Steffi menjalankan tugasnya sebagai istri, ia membuka seluruh pakaian Leon yang sudah kotor dan berbau Alkohol. Ia lalu menyeka tubuh Leon menggunakan handuk kecil yang sudah direndam terlebih dahulu dengan air hangat, setelah selesai membersihkan tubuh suaminya Steffi lalu memakaikan Leon piyama tidur. Karena sudah terlalu lelah Steffi akhirnya tertidur disamping Leon dengan masih memakai jaket, setetes air nampak keluar dari sudut matanya. Baru kali ini merasa ketakutan berjauhan dari Leon, padahal selama ini ia yakin kalau Leon tak akan bisa lepas darinya karena pesona yang ia miliki. Namun setelah bertemu dengan Marianne kembali ada rasa takut yang menyeruak di dalam dirinya, sebuah kepercayaan diri hilang dari diri Steffi setelah bertahun-tahun membangunnya pasca berhasil menendang keluar Marianne dari dalam rumah Leonardo Ganke sebagai istri sahnya. Namun kali ini setelah bertemu kembali dengan Marianne ia merasa takut, sebuah perasaan takut yang tak dapat ia deskripsikan.     

Di dalam kamarnya Edward tak kunjung bisa memejamkan kedua matanya meskipun semua teman sekamarnya sudah terlelap sejak pukul satu malam, ia satu-satunya orang dikamar itu yang masih belum bisa tidur. Setelah memberikan pelajaran pada beberapa mahasiswa yang berani membicarakan Anne saat berangkat tadi pagi Edward justru tak tenang, ia masih terngiang-ngiang perkaraan para mahasiswa yang ia beri pelajaran tadi sore di kamar dekat kolam renang.     

"Kenapa aku seperduli ini pada Anne, kenapa aku sangat marah saat ada orang yang membicarakan dirinya. Kenapa pula aku masih tak bisa menghilangkan bayangan Anne dari pikiranku saat ini...arghhhh kau benar-benar sudah gila Edward, kau adalah pangeran kampus UAL. Kau dipuja hampir semua mahasiswi di kampus itu kecuali...Marianne, ya hanya Marianne yang mengacuhkanku," ucap Edward bicara sendiri dibalkon kamarnya sambil melihat langit Irlandia yang cerah tanpa polusi sehingga ia masih bisa melihat beberapa kerlip bintang dilangit.     

"Sedang apa kau di London Anne," gumam Edward lirih tanpa sadar.     

Karena hari semakin dingin Edward pun akhirnya memutuskan untuk tidur, tubuhnya memutuhkan istirahat sama seperti yang lainnya. Saat menyelimuti tubuhnya dengan selimut Edward berharap hari akan segera pagi, ia sudah tak sabar ingin segera kembali ke London. Tanpa sepengetahuan siapapun Edward rupanya sudah memesan satu buah tiket untuk kembali ke London besok siang, di Irlandia tanpa kehadiran Anne membuat Edward tak bersemangat.     

Saat mentari pagi menyinari bumi Anne sudah terlihat sibuk di pantry, ia sedang membuat makan pagi dua porsi. Untuk dirinya dan Linda, walaupun tadi malam Anne tidur sangat larut namun tetap saja saat matahari belum terbit ia sudah bangun. Apa yang terjadi tadi malam di depan toko bunga membuatnya tak tenang untuk tidur, karena itulah Anne memilih untuk memasak. Membuat kreasi makanan akan membuatnya melupakan apa yang sudah mengganggu pikirannya sejak tadi malam dan cara itu memang terbukti ampuh untuk Anne.     

"Ok, akhirnya selesai juga." ucap Anne girang saat melihat dua buah kotak makan untuk dua orang sudah tertata rapi diatas meja.     

Seperti biasanya Anne membuat sarapan pagi ala Inggris yang biasa dinikmati oleh Linda saat tinggal bersama keluarganya, Anne menggoreng telur ayam mata sapi, menggoreng sosis daging sapi, memanggang irisan daging sapi terbaik, memanggang kentang dan tentu saja dengan roti dan beberpa irisan tomat segar. Sebuah menu tradisional yang biasa dinikmati saat makan pagi bersama keluarga, bukan tanpa alasan Anne membuat menu sarapan seperti itu. ia ingin memberikan kehangatan keluarga untuk Linda yang tinggal berjauhan dari orang tuanya.     

Untuk makan siang Anne hanya membuat tiga buah burito isi daging ukuran besar yang tertata rapi pula di dalam kotak makanan, saat akan merapikan makanan itu ke dalam tas khusus tiba-tiba pintu Anne diketuk dengan cukup kuat dari luar. Tanpa rasa curiga Anne melangkahkan kakinya menuju pintu, biasanya sepagi ini yang datang adalah tukang susu langganannya. Oleh karena itu Anne berjalan santai menuju pintu dengan masih memakai handuk dikepala yang digunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah, Anne sesantai itu karena tukang susu langganannya adalah seorang wanita paruh baya yang ramah.     

"Selamat pagi nyo..."     

"Pagi juga Anne," jawab Jack dengan cepat memotong perkataan Anne sembari melangkah masuk ke dalam apartemen Anne.     

Anne yang masih terpaku karena kaget dengan kehadiran Jack hanya bisa diam, tak sepatah katapun keluar dari bibirnya.     

"Wahhh kelihatannya enak, kebetulan sekali aku belum makan dari rumah mmmmm...lumayan rasanya tak buruk dan bisa dimakan," ucap Jack tanpa rasa bersalah sambil memakan sarapan buatan Anne yang sudah tertata rapi di dalam kotak makan.     

Kesadaran Anne akhirnya datang saat Jack mulai memakan makanan buatannya, dengan cepat Anne menutup pintu apartemennya dan berjalan menuju meja makan kecilnya dimana Jack sedang menikmati makanan yang ia buat.     

Anne yang tak pernah marah jika ada orang yang memakan makanan buatannya hanya bisa diam, ia lebih menyukai makanan buatannya habis daripada harus melihat makanannya terbuang sia-sia.     

"Kenapa kau ketempatku Jack, bukankah terakhir kali kau membuang cookies buatanku di depan coffee shop," tanya Anne pelan tanpa ekspresi, melihat Jack makan masakannya membuat Anne ingat akan peristiwa di Newcastle Upon Tyne.     

"Aku ingin mengantarmu berangkat ketoko, karena apa. Karena kau tak membawa mobilmu pulang tadi malam," jawab Jack singkat dengan mulut penuh makanan.     

"Lalu kenapa kau masih mau memakan makanan yang aku buat, padahal dulu kau kan..ammm,"     

Anne tak dapat menyelesaikan perkataannya karena dimulutnya sudah ada potongan sosis yang Jack suapkan kepada Anne, dengan adanya sosis didalam mulutnya mau tak mau Anne harus mengunyah terlebih dahulu sebelum meneruskan perkataannya. Melihat Anne makan membuat Jack tersenyum, rencananya membungkam Anne berhasil. Dengan cepat jack lalu menutup kotak makanan kedua Anne yang berisi tiga burito berukuran sedang, kemudian memeluknya dengan erat.     

"Itu makan siangku Jack," protes Anne lirih saat melihat Jack ingin mengambil kotak makan siangnya.     

"Ini untukku, makan siangmu akan kusiapkan nanti." jawab Jack singkat.     

"Tapi aku mau itu," ucap Anne lirih.     

"Makanan ini sudah jadi milikku, jangan kau ambil lagi."sahut Jack ketus.     

Mendengar perkataan Jack membuat Anne hanya bisa menghela nafas panjang, ia tau berdebat dengan Jack pasti tak akan menang. Apalagi jika soal makanan seperti ini, oleh karena itu ia memilih diam dan mengalah pada Jack walaupun sebenarnya ia sangat ingin makan burito saat makan siang nanti di toko.     

Jack sengaja mengambil kotak makanan Anne, ia melakukan itu untuk memutus perkataan Anne yang membahas soal cookies yang ia buang saat didepan coffe shop beberapa bulan yang lalu ketika masih ada di Newcastle Upon Tyne, Jack tau Anne adalah orang yang sangat menghargai makanan. Oleh karena itu Anne pasti masih mengingat tentang peristiwa itu, dimana saat itu Jack sedang terbawa emosi karena cemburu saat melihat Anne bersama dengan Aaron saat ia tinggal pergi sebentar ke Swiss.     

"Mau sampai kapan seperti itu, apa kau mau berangkat bekerja dengan handuk dikepalamu Anne?"tanya Jack pelan memecah keheningan.     

"Oh God, aku lupa melepaskan handukku."pekik Anne kaget sambil menarik paksa handuk yang masih menutup rambut basahnya dengan cepat.     

Melihat Anne melepas handuk didepan matanya membuat Jack salah tingkah, jantungnya berdetak kencang saat melihat Anne membiarkan rambut basahnya tergerai begitu saja.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.