I'LL Teach You Marianne

Rasa yang berbeda



Rasa yang berbeda

0Anne yang tak menyangka akan dipeluk oleh Jack terdiam beberapa saat, ia benar-benar belum menyadari apa yang sedang terjadi. Sampai akhirnya saat ia mencium aroma parfum maskulin dari tubuh Jack barulah ia tersadar dan berusaha melepaskan diri dari pelukan pria yang menjadi teman pertama dalam hidupnya itu.     

"Ke-kenapa kau memelukku seperti itu!!"hardik Anne ketus.     

"Itu hadiah untukmu, jarang-jarang ada orang yang bisa aku peluk Anne."jawab Jack penuh percaya diri.     

"Dasar mesum, mana ada memberikan hadiah dengan pelukan."sengit Anne dengan nada meninggi.     

Jack tertawa mendengar perkataan Anne, sebenarnya alasan hadiah yang ia katakan juga hanya alasannya saja. Ia hanya terlalu senang saat mendengar perkataan terakhir Anne.      

"Ok, sekarang katakan padaku kenapa kau memintaku menunggu disini?"tanya Anne tiba-tiba.     

"Siapa yang memintamu menunggu?aku?"tanya balik Jack pura-pura bodoh sambil menunjuk wajahnya dengan jari telunjuknya.     

"Tadi ditelepon kau bilang apa, kau bilang kau ingin…"     

"Aku akan menghubungimu kembali, bukan memintamu menunggu Anne."ucap Jack dengan cepat memotong perkataan Anne.     

Deg     

Wajah Anne memerah karena sudah salah sangka, ia diam dan merutuki dirinya sendiri yang bodoh mengira Jack akan membuat perhitungan dengannya karena ia memblokir nomor ponsel Jack sebelumnya.     

Melihat Anne hanya diam membuat Jack tersenyum, ia lalu mengeluarkan sebatang coklat ke arah Anne.      

"Makanlah, kau akan lebih baik." ucap Jack pelan.      

"Ini sudah malam, aku tak mau gendut!!"jawab Anne dengan cepat.     

"Akh perduli apa dengan berat badanmu Anne, cepat ambil dan makan coklatnya. Ini coklat kesukaanmu kan?"tanya Jack pelan sambil menggoyang-goyangkan coklat di depan mata Anne.     

"Kalau aku gendut aku akan jadi jelek Jack, kalau aku jelek banyak yang mengejekku dan kalau banyak yang mengejekku maka aku akan…"     

Cup      

Anne tak dapat menyelesaikan perkataannya karena Jack tanpa diduga memberikan ciuman ke bibir Anne.     

"Jack!!!"     

"Aku tak perduli kau jadi gendut atau jelek, aku tau kau lebih cantik dari mereka jadi jangan pernah bicara seperti itu. Selama aku masih hidup tak akan kubiarkan satu orangpun menindasmu lagi seperti dulu," ucap Jack dengan cepat sambil mengeratkan pelukannya di pinggang Anne.     

Detak jantung Anne berpacu dengan cepat saat mendengar perkataan Jack, tiba-tiba ia pun kembali merasa kepanasan padahal saat ini udara malam terasa dingin karena angin yang bertiup cukup kencang.     

"Le-paskan aku Jack, banyak orang yang melihat Jack,"pinta Anne terbata.     

"Biarkan saja, lagipula kita tak mengganggu mereka bukan." sahut Jack dengan cepat sambil menoleh ke arah  para pemilik toko lainnya yang sedang menutup toko mereka.     

"Tapi aku tak nyaman seperti ini Jack, aku tak bisa bernafas kau peluk seperti ini."ucap Anne pelan dengan wajah yang memerah.      

Begitu mendengar Anne tak bisa bernafas cek langsung melepaskan rengkuhannya di tubuh Anne, ia lalu melingkarkan tangannya ke pundak Anne agar tak pergi dan mengajaknya ke mobil super mahalnya dengan cepat. Jack tau Anne tak nyaman ada di tempat itu, saat akan membuka pintu tiba-tiba Anne menghentikan langkahnya tepat di samping mobil warna hitam itu.      

"Ayo masuk," ajak Jack pelan.     

"Mau kemana? Aku aku pulang Jack," ucap Anne bingung.     

"Iya aku tau, maka dari itu aku akan mengantarmu pulang."jawab Jack singkat.     

"Tapi itu…"Anne menunjuk mobil Honda Civic-nya yang masih terparkir cantik didepan toko.     

Jack hanya tersenyum saat melihat ke arah mobil milik Anne, alih-alih membiarkan Anne naik mobilnya sendiri Jack justru membuka pintu mobilnya dan membimbing Anne masuk kedalam mobilnya. Walau dengan sedikit paksaan akhirnya Anne bisa duduk dengan manis di dalam super car milik Jack, detak jantungnya masih tak bisa diajak kompromi paska Jack memakaikan dirinya sabuk pengaman. Berhadapan sedekat itu dengan Jack benar-benar membuat Anne tak bisa berbuat apa-apa, setelah memakaikan sabuk pengaman di tubuh Anne dengan baik Jack lalu menginjak gas mobilnya dan pergi meninggalkan kawasan pertokoan dimana toko bunga Anne berada.     

Karena jarak toko dan apartemen Anne tak terlalu jauh, Jack hanya membutuhkan waktu lima menit untuk sampai. Saat mematikan mobilnya Jack tersenyum ketika melihat Anne sudah terburu-buru melepas sabuk pengaman yang terpasang ditubuhnya.     

"Perlu bantuan?"tanya Jack pelan.     

"No, aku bisa sendiri."jawab Anne dengan cepat sambil terus berusaha melepaskan sabuk pengaman yang terpasang di tubuhnya.     

Setelah cukup lama dan Anne tak bisa melepaskan sabuk pengaman itu Jack akhirnya mengambil alih, dalam waktu singkat sabuk pengaman yang di tubuh Anne pun bisa terlepas dengan cepat.     

"Relaks Anne, jangan terburu-buru." ucap Jack pelan sambil tersenyum.     

Tanpa mengucapkan terima kasih Anne langsung keluar dari super car milik Jack dan berlari menuju gedung apartemennya, ia langsung masuk ke dalam lift yang kebetulan baru turun ke lantai satu. Senyum Jack mengembang ketika melihat sikap Anne yang salah tingkah itu.     

"Pelan-pelan Anne, aku sudah menabur benih cukup lama di dalam hatimu. Mungkin sekarang benih itu sudah mulai tumbuh dan berkembang subur, kau harus tau perasaanku yang sesungguhnya Anne.  Ternyata waktu satu setengah tahun yang aku gunakan untuk terus berada disampingmu belum cukup untuk menyadarkan dirimu tentang perasaanku ini Anne, ok aku tak masalah. Aku akan sabar menunggu kau menyadari perasaanku," ucap Jack lirih sambil menatap lampu kamar apartemen Anne yang sudah menyala.     

Tak lama kemudian Jack pun memacu Buggati Veyron miliknya di jalan raya meninggalkan apartemen Anne menuju kediaman barunya, sepanjang jalan Jack terus tersenyum saat mengingat apa yang sudah ia lakukan tadi pada Anne. Jack bukanlah pria suci yang tak pernah berciuman sebelumnya, namun kali ini entah mengapa hatinya merasa terus berbunga-bunga selepas memberikan kecupan dibibir Anne. Rasanya sangat bahagia bisa menyentuh bibir mungil Anne yang selama ini hanya bisa ia lihat saja itu.     

"Kau akan jadi milikku secepatnya Anne, kau harus segera memadamkan api yang berkobar di dalam diriku ini,"ucap Jack lirih sambil menambah kecepatan super car kesayangannya kembali.     

Sementara itu Anne yang sudah sampai di kamarnya nampak menggila, ia langsung naik ke lantai dua dan berguling-guling diatas ranjang sambil menyentuh bibirnya yang dikecup oleh Jack.      

"Jack menyebalkan, beraninya menciumku tanpa ijin akhh...aku benci padamu!!!!"jerit Anne kesal sambil menenggelamkan wajahnya di bantal.      

Drrtt     

Drrtt     

Ponsel Anne yang ada di atas nakas kecil di samping ranjang bergetar dan memberikan suara yang cukup mengganggu karena beradu dengan permukaan nakas, dengan malas Anne meraih ponselnya itu dan melihat siapa  yang mengirimkan pesan kepadanya.      

"Jack!!!!! Menyebalkan, aku benci padamu!!!!"jerit Anne kembali dengan keras sambil membanting ponselnya ke kasur.      

Rupanya Jack mengirimkan pesan yang berisi tulisan ucapan terima kasih atas ciumannya, membaca itu membuat Anne semakin salah tingkah.     

Irlandia     

Steffi yang sudah memakai lingerie seksi nampak duduk di atas ranjang menunggu Leon yang tak kunjung masuk kamar, sejak tadi ia sudah berkali-kali menghubungi suaminya itu namun tak kunjung tersambung.      

"Kau kemana Leon, sudah hampir jam dua pagi kau belum kembali." ucap Steffi berkali-kali, ia tak tenang karena tak berhasil menghubungi Leon sejak jam sebelas malam.      

Tanpa Steffi ketahui Leon rupanya sedang menghabiskan malam di sebuah bar ditemani para gadis cantik, kembali mengingat Anne membuat moodnya untuk bercinta hilang. Ia benar-benar tak bisa menghilang wajah Anne dari ingatannya, senyum Anne yang ia lihat dari mobil tadi terus berputar di memorinya.      

"Apa yang kau lakukan dengan wajahmu Anne, kenapa kau menjadi secantik itu." ucap Leon tanpa sadar.     

"Tuan...ada Katie disini, kenapa membicarakan wanita lain." rengek seorang wanita penghibur yang menemani Leon minum protes saat Leon menyebut nama Anne.     

"Iya Tuan, ada Taylor juga disamping anda. Apakah kami berdua kurang cantik tuan?"tanya wanita penghibur lainnya yang bernama Taylor merajuk pada Leon.     

Alih-alih menjawab pertanyaan dua gadis cantik yang sudah ia sewa itu Leon justru bangun dari kursi secara tiba-tiba sehingga membuat kedua gadis bar itu terkejut.     

"Pergi!! Ambil uang itu dan tinggalkan aku,"ucap Leon penuh emosi sambil melempar beberapa lembar uang pecahan seratus dolar ke lantai.      

Melihat uang berhamburan di lantai membuat dua gadis itu langsung bangun meninggalkan Leon dan berebut uang dilantai, melihat apa yang dilakukan dua gadis itu membuat Leon tersenyum sinis.     

"Dasar wanita murahan, tak bisa melihat uang tergeletak." ucap Leon pelan penuh penghinaan, karena sudah jenuh di bar Leon lalu memilih pergi.      

Karena Leon pergi ke bar menggunakan fasilitas mobil hotel yang sudah disediakan sebelumnya ia tak kesulitan ketika kembali ke hotel, di dalam perjalanan pulang menuju hotel Leon menatap ke arah jalan raya yang sudah sepi. Setelah menikah dengan Steffi yang sudah menjadi pemuas nafsunya selama tiga tahun sejak ia menikah dengan Anne, jutru ia tak merasakan apa-apa lagi saat ini. Rasanya sangat berbeda saat mereka masih menjalani hubungan secara sembunyi-sembunyi dibelakang Anne yang waktu itu masih menjadi istri sahnya.     

"Kenapa rasanya sehambar ini, ada yang salah dengan pernikahanku."     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.