I'LL Teach You Marianne

Tak tergoda



Tak tergoda

0Acara pembukaan kantor baru Muller Finance International di London berjalan dengan cukup meriah, banyak rekan bisnis Jack yang sudah ia kenal sebelumnya terlihat menghadiri acara pembukaan kantor barunya itu. Tak sedikit pula para gadis cantik berlalu-lalang di acara pembukaan kantor itu, para pengusaha yang memiliki anak gadis yang sudah dewasa terlihat membawa anak gadisnya untuk dipamerkan kepada pengusaha yang lain. Sebuah trik biasa yang dilakukan para pengusaha untuk mendapatkan relasi baru atau menjalin rekanan baru dengan para pengusaha lainnya. Semacam pernikahan politik antar pengusaha, namun bagi Jack cara seperti itu tak lebih dari acara jual beli gadis cantik yang lebih rapi.      

"Selamat Tuan, akhirnya anda mengepakkan sayap ke Inggris juga. Sebuah langkah besar yang sudah di prediksi banyak orang,"ucap Tuan Victor sang pengamat ekonomi yang cukup terkenal di London yang menjadi tamu istimewa Jack hari ini.     

"Terima kasih Tuan, sebenarnya keputusan saya membuka kantor baru inipun tak lepas dari dukungan banyak pihak termasuk anda yang sering memberikan masukan kepada saya."jawab Jack dengan tersenyum ramah.     

"Hahaha anda bisa saja merendah Tuan, Muller Finance International akan menjadi perusahaan pembiayaan yang semakin besar jika anda memperluas jangkauan. Dan langkah yang anda ambil saat ini adalah sebuah awal baik untuk kemajuan bisnis ini kedepannya," sahut Tuan Victor kembali penuh keyakinan.     

"Saya aminkan doa yang baik itu Tuan hahaha," kelakar Jack mencoba melucu.      

Saat Jack dan tamu spesialnya itu tertawa tak jauh dari tempat mereka terlihat dua orang gadis cantik, mereka adalah kakak beradik putri dari pengusaha tas ternama dari Itali. Sejak tadi mereka tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Jack sang empunya acara, rahang dan dada bidang Jack benar-benar menyihir keduanya dengan cepat.     

"Dia tipeku kak," bisik Kimberly pelan pada sang kakak yang bernama Marissa.     

"He's my type too, pasti sangat puas jika berada dibawah tubuh kekarnya itu."jawab Marissa lirih sambil menjilati bibirnya.     

"Kakak tahan dirimu, dia belum kenal kita. Jangan sampai mangsa kita lolos kak," ucap Kimberly dengan cepat sembari berbisik pada Marissa.     

"Aku tau Kim, kau tenang saja. Aku tak akan mungkin melewati batasku," sahut Marissa penuh percaya diri.     

Kimberly dan Marissa adalah salah satu sosialita yang cukup terkenal di London, mereka pun sering menghadiri berbagai fashion show yang diadakan oleh brand pakaian ataupun tas merek terkenal karena nama besar sama ayah yang cukup disegani oleh para kolega bisnisnya. Oleh karena itu hampir semua acara seperti ini selalu dihadiri oleh Kimberly dan Marissa, kedua gadis cantik yang selalu menolak pria-pria yang tak jauh dibawah mereka.     

Dengan penuh percaya diri Marissa berjalan menuju ke tempat Jack, ia ingin berkenalan secara lang dengan pria asal Swiss itu.     

"Selamat Tuan Muller, semoga perusahaan anda yang ada di London ini sama suksesnya dengan induk perusahaannya yang ada di Jenewa." ucap Marissa pelan mencoba untuk bergabung dengan Jack dan para pengusaha lainnya.     

"Terima kasih atas ucapan anda nona…"     

"Marissa Henderson," jawab Marissa pelan memotong perkataan Jack sambil mengulurkan tangannya ke arah Jack.     

"Jackson, senang bertemu anda nona dan terima kasih sudah bersedia hadir diacara ini." sahut Jack ramah menyambut uluran tangan Marissa.      

"Nona Marissa adalah putri pertama Tuan Romeo Henderson tuan Jack, tuan Romeo adalah salah satu pengusaha tas kulit buaya yang sering diperbincangkan banyak orang akhir-akhir ini tuan." ucap tuan Victor ikut bicara.     

"Oh i see, siapa yang tak mengenal pengusaha hebat itu. Aku sering sekali mendengar nama tuan Romeo saat masih di Swiss," sahut Jack dengan cepat.     

Marissa tersenyum mendengar perkataan pria tampan dihadapannya, ia senang karena calon mangsanya sudah mengenal nama besar sang ayah.     

Saat sedang berbicara dengan para kolega barunya tiba-tiba ponsel yang ada di dalam saku cek bergetar, dengan cepat cek meraih ponselnya itu untuk melihat siapa yang mengirimkan pesan kepadanya. Senyumnya pun langsung tersungging ketika melihat nama Anne tertera sebagai sang pengirim pesan, ia lalu perlahan menjauh dari perkumpulan para pengusaha itu mencari tempat yang agak sepi lalu menghubungi Anne yang baru saja mengirimkan pesan yang berisi emoticon marah.     

Tuttt      

Jack kaget saat panggilannya tak tersambung, padahal jelas-jelas Anne baru saja mengirimkan pesan kepada dirinya.     

"Jangan telpon aku, aku sedang marah padamu." sebuah pesan kembali dikirimkan oleh Anne yang langsung dibaca oleh Jack.     

Membaca pesan kedua yang dikirimkan oleh Anne membuat Jack tersenyum, ia lalu mencoba menghubungi Anne kembali namun lagi-lagi panggilannya tak tersambung.      

"Kau memblokir nomorku rupanya, hmmm gadis nakal ini harus sedikit diberi pelajaran." ucap Jack dalam hati.     

Tak lama kemudian Jack mengeluarkan ponsel keduanya dari dalam jas, ia lalu menghubungi Anne kembali melalui nomor yang tak pasti gak diketahui oleh Anne itu.     

"Hallo.."     

"Ini aku Anne, kalau kau kembali memblokir nomorku ini lagi maka kau akan menyesal."ucap Jack dengan cepat memotong perkataan Anne.      

"Jack…."     

"Iya ini aku, buka blokir di nomorku yang pertama. Aku masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan, nanti setelah selesai semuanya aku akan menghubungi kembali bye," sahut Jack dengan cepat kembali memotong perkataan Anne, tak lama kemudian ia menutup menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jasnya lagi lalu kembali bergabung dengan para koleganya kembali.     

Sementara itu dimejanya sejak tadi Marissa tak mengalihkan pandangannya dari Jack yang sibuk dengan kedua ponselnya itu, raut kemarahan langsung terlihat di wajah Marissa. Ia cemburu Jack sibuk dengan ponselnya.     

"Tenang kak, siapa tau itu rekan bisnisnya. Buktinya saja ia hanya bicara sebentar bukan diponselnya," bisik Kimberly pelan pada sang kakak.     

"Tak ada yang boleh merebut priaku, aku sudah memutuskan bahwa CEO Muller Finance International adalah milikku."desis Marissa lirih.     

"Bagus kak, aku mendukungmu kak."sahut Kimberly kembali.     

Marissa tersenyum mendengar perkataan sang adik, ia lalu menenggak minumannya kembali. Marissa memisahkan diri dari Jack karena tadi Jack terlihat sangat sibuk melayani para penguasa lainnya yang ingin berfoto dengannya, oleh karena itu Marissa memilih kembali ke tempatnya semula bersama sang adik. Pasalnya tadi ada orang yang sangat Marissa benci, ia adalah pemilik beberapa kapal yang disewakan kepada para nelayan kecil yang selalu mengejar-ngejar Marissa. Menurut Marissa pria itu tak pantas bersanding dengannya oleh karena itu ia memilih kembali duduk bersama dengan sang adik.     

Tak lama kemudian acara inti dari pembukaan kantor baru milik cek itu pun tiba para pengusaha yang diundang lalu berkumpul bersama dan berfoto dalam satu frame, beberapa wartawan yang diundang datang pun berlomba-lomba mengambil foto para pengusaha itu untuk diterbitkan di kantor mereka baik di media online maupun media offline seperti majalah dan artikel-artikel yang akan muncul besok pagi di seluler London. Setelah acara inti selesai satu persatu para tamu undangan pun meninggalkan kantor Muller Finance International, Jack sebagai sang tuan rumah pun mengantarkan tamu-tamunya itu pulang dengan ramah.      

"Akhirnya selesai juga," ucap Erick pelan saat tamu terakhir meninggalkan kantor.     

"Sungguh melelahkan tapi ini harus dilakukan Erick, kita harus menjalin hubungan baik dengan mereka supaya kedepannya mereka tau akan kemana jika membutuhkan dana."sahut Jack dengan cepat sembari menepuk pundak Erick.     

"Iya aku paham Tuan."jawab Erick singkat, ia tau apa yang dilakukan oleh sang tuan ini adalah sebuah langkah yang baik untuk memulai bisnis. Karena dengan mereka tau kalau ada Muller Finance International di London, maka diharapkan suatu saat jika mereka membutuhkan suntikan dana maka mereka akan datang ke kantor Muller Finance. Dan cara yang Jack lakukan ini sudah terbukti berhasil.     

Jack melepaskan jasnya dan meletakkannya begitu saja di atas kursi, ia lalu meraih sebuah kunci mobil yang ada di atas meja kerjanya.      

"Anda mau kemana Tuan, hari sudah cukup malam. Biar saya antar,"tanya Erick dengan cepat.     

"Aku ada urusan penting yang harus diselesaikan malam ini juga Erick, kau pulang saja kerumah terlebih dahulu setelah semua urusan di kantor selesai dan jangan menungguku."jawab Jack dengan cepat.     

"Baiklah Tuan, hati-hati dijalan Tuan."ucap Erick datar.     

Jack tersenyum mendengar perkataan sang asisten pribadi, ia lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan kerjanya menuju lift yang ada di depan ruangannya untuk pergi ke parkiran bawah tanah di mana mobilnya berada. Jack tersenyum saat melihat para pekerja sedang membersihkan sisa-sisa pesta yang baru saja selesai itu, acara yang biasa Jack lakukan ini memang bukanlah sebuah acara besar namun acara ini sangat efektif untuk membuat relasi baru yang akan memperbesar usahanya.     

Dengan menggunakan mobil Buggati Veyron warna hitam metalik yang memiliki harga sekitar 1,7 juta pounds ( senilai 31 milyar ) Jack pergi ke toko bunga Anne, ia ingin membuat perhitungan pada gadisnya itu karena berani memblokir nomor ponselnya walau saat ini Anne sudah membuka blokirnya lagi. Karena jalanan London yang tak pernah sepi walaupun sudah cukup malam Jack sedikit membutuhkan waktu lama untuk sampai ke toko bunga milik Anne yang sudah tutup sejak setengah jam yang lalu, ia memperlambat laju mobilnya saat melihat sosok yang ia cari sedang berdiri sambil melipat tangannya di dada di samping mobil sedan Civic kesayangannya.     

Anne memang tak diminta menunggu oleh Jack namun ia merasa kalau pria yang pernah bekerja sebagai barista dengannya itu pasti akan datang padanya, dan dugaan Anne tepat. Pasalnya setelah ia menutup toko bunganya tak lama kemudian pria yang tadi sempat ia blokir nomor ponselnya itu kini sudah ada didepan matanya, senyum sinis Anne tersungging saat melihat mobil super mahal yang dibawa oleh Jack berhenti di hadapannya.      

"Kau membuang waktuku selama tiga puluh menit Jack," ucap Anne ketus saat Jack baru keluar dari mobil kesayangannya yang ternyata dibawa dari Swiss itu.     

"Kau marah padaku Anne?" tanya Jack bingung, pasalnya tadi ia menduga Anne akan terkesima saat ia membawa mobil mahalnya.      

"Tentu saja, aku lelah Jack. Aku harus istirahat, besok aku harus bekerja lagi di toko. Ada banyak hal yang harus aku urus," jawab Anne dengan cepat.     

"Kau tak kuliah?"tanya Jack kembali mengalihkan pembicaraan.     

"Kelas diliburkan selama tiga hari kedepan karena yang lainnya sedang pergi berlibur ke Irlandia, jadi aku memilih berada di toko saja bersama Linda."jawab Anne sambil menutup mulutnya menahan kantuk.     

"Ke Irlandia…"     

"Leon memberikan hadiah liburan gratis untuk semua mahasiswa yang terlibat dalam pertunjukan kemarin, dia mengakomodasi semuanya. Mulai dari tiket pesawat sampai hotel dia yang urus, maka dari itu semua mahasiswa ikut."ucap Anne pelan mencoba menjelaskan pada Jack.     

"Kalau semua ikut kenapa kau tak ikut?"tanya Jack singkat.     

Mendengar perkataan Jack membuat Anne tertawa tanpa suara, ia lalu melepaskan kedua tangannya dari dada dan memasukkannya ke saku celananya.      

"Aku tak mau lagi berhubungan dengan orang-orang itu Jack, bukankah cara terbaik untuk menyelamatkan diri dari kobaran api adalah berlari sejauh mungkin dari sumber api itu," jawab Anne pelan dengan tersenyum.      

Secara tiba-tiba Jack melangkah maju dan memeluk Anne dengan erat sehingga membuat Anne tak bisa bergerak.     

"Jack.."     

"Biarkan aku memelukmu sebentar, aku harus memberikan hadiah kepada gadis pintar sepertimu."ucap Jack pelan sambil memejamkan kedua matanya, niatnya untuk marah pada Anne langsung hilang saat mendengar alasan Anne tak pergi ke Irlandia.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.