I'LL Teach You Marianne

Restoran cepat saji



Restoran cepat saji

0Di gedor-gedor seperti itu oleh orang yang tak dikenal membuat Anne menundukkan wajahnya ke arah setir, ia kembali teringat akan apa yang dilakukan Leon dulu padanya. Dimana Leon sering sekali berteriak dan menghancurkan barang-barang  yang disentuh Anne.     

Dug     

Dug     

Dug      

"Heii nona, buka kaca mobilmu," pekik seorang pria dengan keras.      

"Aku Daniel, teman Aaron. Buka pintunya," imbuh Daniel kembali, ia sengaja membawa nama Aaron agar Anne mau membuka kaca mobilnya.     

Mendengar samar-samar nama Aaron disebut membuat Anne mengangkat wajahnya dari setir, ia berusaha untuk menatap ke arah kaca mobilnya untuk melihat lebih teliti. Rasa takut Anne hilang saat sudah melihat jelas wajah pria yang sedang berdiri di luar mobilnya itu.     

"Kau…"     

"Aku teman Aaron, buka pintunya," ucap Daniel kembali, walaupun suara Daniel terdengar samar namun Anne masih bisa membaca gerakan bibir Daniel.      

Dengan perlahan Anne membuka pintu mobilnya lalu turun dan berjalan menuju Daniel yang sedang tersenyum ke arahnya.      

"Apa yang kau lakukan di komplek perumahan ini, kau tidak sedang…"     

"Kau benar teman Aaron bukan?" tanya Anne tanpa sadar memotong perkataan Daniel, Anne sedang mengingat-ingat wajah Daniel yang memang tak asing.     

"Tentu saja namaku Daniel, apa kau tak ingat kejadian di Newcastle Upon Tyne saat aku membuang sampah di jalan waktu itu?"tanya balik Daniel.     

Anne terdiam beberapa saat mencoba untuk mengingat apa yang sedang Daniel ingin katakan, tak lama kemudian senyum Anne tersungging saat mengingat kejadian di Newcastle Upon Tyne ketika ia mengembalikan sampah yang dibuang oleh Daniel.     

"Iya aku ingat, memangnya waktu itu kau pergi bersama Aaron?" tanya Anne kembali, pertemuan pertamanya dengan Aaron adalah di Newcastle Upon Tyne dan saat ia marah-marah pada Daniel hanya berselang dua hari saja sampai ia bertemu Aaron.     

"Tentu, Aaron ada disampingku waktu itu. Oh ya kau belum jawab pertanyaanku, apa yang kau lakukan di perumahan ini," jawab Daniel dengan cepat kembali bertanya pada Anne apa tujuannya datang ke The Boltons.     

"Aku kemari mengantar pesanan pelanggan, aku datang ke alamat ini," sahut Anne pelan sambil menunjukkan alamat Felix sang pembeli bouquet bunga mawar.      

"Pesanan…"     

"Iya pesanan, jadi Tuan Felix ini memesan bunga mawar di toko bunga tempatku bekerja karena ingin melamar kekasihnya. Jadi aku datang ke tempat ini, aku benar-benar tak menyangka akan datang ke komplek perumahan mewah seperti ini," ucap Anne dengan cepat memotong perkataan Daniel.     

Mendengar perkataan Anne membuat Daniel terdiam, ada perasaan lega terpancar di wajahnya saat Anne mengatakan datang ke The Boltons untuk urusan pekerjaan. Sebelumnya ia sangat panik saat melihat mobil yang dikendarai Anne berada dijalanan utama perumahan the Boltons.      

"Lalu kau sendiri sedang apa disini, apa kau tinggal di komplek ini?" tanya Anne dengan cepat.     

"A-aku akan olah raga, ya olah raga. Di komplek ini ada sebuah tempat berkuda, jadi aku kemari untuk berkuda," jawab Daniel berbohong, ia tak mungkin mengatakan hal yang sejujurnya kalau Aaron tinggal di komplek ini. Daniel tak mau membuat Aaron marah kepadanya karena sudah banyak bicara tentang dirinya, pasalnya ia tau Aaron tertarik pada Anne.     

"Oh begitu, pantas saja kau sudah sepagi ini datang ke tempat ini," ucap Anne sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.     

"Ya begitulah hehehehe," sahut Daniel kembali seperti orang bodoh.     

"Ya sudah Daniel, aku harus kembali bekerja. Aku tak mau dapat masalah," imbuh Anne berpamitan pada Daniel sembari masuk kembali kedalam mobilnya.     

"Ok, lanjutkan pekerjaanmu. Bye," jawab Daniel dengan cepat sambil mundur kebelakang menjauh dari mobil Anne yang akan pergi.      

Daniel melambaikan tangannya membalas lambaian tangan Anne, setelah mobil Anne keluar dari komplek The Boltons Daniel menarik nafas panjang tanda sangat bersyukur.     

"Aku kira dia tau tempat tinggal Tuan muda, aduh pagi-pagi sudah hampir terkena serangan jantung aku," ucap Daniel pelan sambil memegangi dadanya, ia takut sekali kalau Anne sampai tau tempat tinggal Aaron. Karena jika hal itu terjadi maka ia akan mendengar ocehan Aaron sepanjang waktu, pasalnya Aaron mengatakan padanya ingin mendekati Anne dengan cara lain tak seperti cara biasanya yang ia lakukan ketika mendekati seorang gadis.     

Setelah bisa menguasai dirinya, Daniel kemudian berjalan mendekati mobilnya dan meneruskan perjalanannya kembali menuju rumah Aaron. Rumah Aaron merupakan rumah terbesar kedua yang ada di komplek kalangan atas itu, lima menit kemudian mobil Daniel berhenti disebuah rumah yang memiliki gerbang menjulang tinggi. Karena para penjaga rumah Aaron yang sudah tau siapa Daniel, begitu Daniel membunyikan klaksonnya sekali pintu gerbang otomatis itu langsung terbuka lebar. Para pelayan yang melihat Daniel datang langsung memberikan salam, seperti hari biasanya.      

"Tuan sudah bangun?" tanya Daniel pada seorang pelayan wanita.     

"Belum tuan," jawab pelayan wanita itu dengan sopan.     

"Ok, aku akan kekamarnya kalau begitu," ucap Daniel kembali menggigit apel merah yang ada di atas meja.     

Daniel melangkahkan kakinya menuju ke kamar Aaron yang ada di lantai dua, karena kamar Aaron tidak terkunci dengan mudah ia bisa masuk. Senyumnya tersungging saat melihat Aaron sedang duduk di pinggiran ranjang sambil memegangi kepalanya.     

"Masih sakit tuan?" tanya Daniel pelan.     

"Akh kau sudah datang, iya aku juga tak tau kenapa bisa begini. Padahal seingatku tadi malam hanya minum sedikit saja," jawab Aaron lirih.     

"Sedikit dalam hitungan anda itu berbeda dengan sedikit hitungan orang lain," ucap Daniel sambil terkekeh.     

Aaron hanya diam saja mendengar perkataan sahabat sekaligus tangan kanannya itu, ia hanya mengulurkan tangannya ke arah Daniel minta diambilkan air minum. Daniel yang sudah paham dan mengerti dengan baik isyarat dari sang tuan, kemudian memberikan air minum yang ada di gelas kepada Aaron yang kemudian langsung ditenggak habis oleh Aaron.      

      

"Aku punya dua kabar untukmu, mau kabar baik atau kabar buruk dulu?" tanya Daniel dengan cepat sembari meletakkan apelnya yang tinggal setengah di atas meja.     

"Akhh aku tak percaya padamu, semua kabar baikmu adalah kabar buruk untukku. Aku sudah gak percaya lagi," jawab Aaron ketus mencoba untuk bangun dari ranjang.     

"Aku serius tuan, ini kabar baik," ucap Daniel singkat.     

"Tunggu aku dibawah, aku mau mandi. Setelah itu baru kau katakan apa itu kabar baikmu dan jangan lupa saat kau keluar dari kamarku bawa lagi apelmu itu, kau ini sangat jorok sekali," sahut Aaron pelan mengusir Daniel secara halus sambil melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.      

Daniel hanya memasukkan bibirnya mendengar perkataan Aaron, ia kemudian meraih sisa apelnya dan kembali memakannya lalu melangkahkan kakinya menuju lantai satu meninggalkan Aaron yang sedang mandi. Biasanya tiap pagi seperti ini Aaron akan mandi lebih dari tiga puluh menit, ia persis sekali seperti wanita jika untuk masalah kebersihan.      

Anne menghentikan mobilnya di sebuah restoran cepat saji karena ia masih merasa lapar, selembar roti rasanya tak dapat menahan cacing-cacing didalam perutnya yang masih berdemo. Apalagi hari ini ia memiliki banyak sekali kegiatan yang harus diselesaikan, selain mengurus toko bunga ia juga harus ke kampus untuk membuat laporan yang harus diberikan kepada profesor Gilbert.      

"Terima kasih," ucap Anne ramah pada sang kasir restoran setelah melakukan pembayaran.      

Setelah makanan yang ia pesan sudah lengkap semua Anne pergi ke sebuah meja kosong di dekat kaca. Anne lebih suka duduk di dekat kaca, karena bisa melihat orang-orang yang berlalu lalang. Senyum Anne mengembang saat melihat seorang ibu muda sedang mendorong kereta bayi disamping suaminya, mereka tertawa sepanjang jalan menikmati udara pagi.      

"Keluarga bahagia," ucap Anne lirih sambil terus menatap pasangan muda itu yang berjalan semakin jauh.     

"Kau ingin menjadi seperti mereka?" tanya seorang pria tiba-tiba duduk di depan Anne sambil membawa nampan yang berisi burger dan kentang goreng.      

"Tentu saja itu adalah impian…"     

Deg!      

Anne tak dapat menyelesaikan perkataannya saat melihat sosok pria yang baru saja bicara, dimana saat ini pria itu tengah duduk di hadapannya persis dengan tersenyum.      

"Kau…"     

"Yes, its me Jack," jawab Jack dengan cepat memotong perkataan Anne.     

"Bagaimana bisa kau ada disini?" tanya Anne terbata.     

"Sudah sepuluh menit yang lalu aku ada disini, bahkan aku juga melihatmu turun dari mobil Honda Civic mu itu," jawab Jack pelan sambil mengunyah kentang gorengnya.      

Kreettt.     

"Duduk Anne! habiskan makananmu," hardik Jack dengan suara meninggi sambil menahan tangan Anne yang akan bangun dari kursinya.     

Anne yang memang ingin pergi meninggalkan restoran cepat saji itu menatap Jack tanpa berkedip, kenangan terakhir dengan Jack kembali berputar dalam ingatannya dimana saat itu Jack mengeluarkan kata-kata tidak pantas untuk dirinya.      

"Anne…"     

"Aku tau," jawab Anne ketus sambil menampik tangan Jack yang masih menggenggam tangannya.      

Melihat Anne kembali duduk di depannya Jack tersenyum dalam diam, ia tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Anne yang sedang makan hamburger. Selama hampir sepuluh menit Anne makan, Jack tak bicara sama sekali. Ia tak mau mengganggu waktu makan Anne.     

"Sudah puas menatapku seperti itu, atau kau ingin menuduhku lagi sebagai wanita murahan lagi?" tanya Anne dingin saat sudah selesai makan.     

"Sorry," jawab Jack singkat.     

"Sorry, sorry for what?" tanya Anne kembali.     

"Maafkan atas ucapanku waktu itu, aku sedang emosi. Aku tak bisa menahan diriku waktu itu sehingga aku…"     

"Minta maaf karena kau dulu sudah menuduhku yang tidak-tidak seperti itu maksudmu," ucap Anne dengan cepat memotong perkataan Jack.     

"Yes, itu salahku. Aku minta maaf untuk itu Anne," jawab Jack singkat dengan menatap tajam kedua mata Anne.     

Mendengar perkataan Jack membuat Anne terdiam cukup lama, bekerja bersama Jack lebih dari satu setengah tahun membuat Anne tau sifat dan karakternya. Ia tau Jack adalah pria yang mudah sekali meledak-ledak tanpa ingin mengkonfirmasi kebenarannya terlebih dahulu.     

"Sudahlah tak usah minta maaf, sudah bosan aku mendengarnya. Lagipula nanti kau juga akan mengulanginya lagi bukan," sahut Anne pelan sambil meraih gelas cola yang ada di hadapannya dan menenggak isinya kembali.     

"Tidak Anne, aku janji tak akan bicara seperti itu lagi. Aku janji padamu," jawab Jack serius dengan tatapan sendu sembari meraih tangan Anne yang ada diatas meja.     

"Jangan...jangan begini Jack," ucap Anne panik seraya menarik tangannya dari genggaman Jack, gelas cola yang masih ada isinya pun sempat bergoyang saat Anne mencoba melepaskan tangannya dari Jack.     

"Ok sorry, my bad," pekik Jack dengan cepat.     

"Apa yang kau lakukan disini, kenapa kau ada ditempat ini Tuan... Tuan Jackson Muller?" tanya Anne dingin menyebut nama lengkap Jack, Anne melakukan itu untuk menyindir Jack yang selama ini membohongi dirinya dengan tak memberitahukan identitas yang sebenarnya yang ternyata adalah seorang pengusaha hebat. Kemarin Anne sempat membaca profil Jack saat ia duduk bersama Agnes di meja tamu.     

"Aku bisa jelaskan mengenai hal itu padamu Anne…"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.