I'LL Teach You Marianne

Ancaman Leon



Ancaman Leon

0Anne mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata agar bisa sampai di toko bunganya tepat waktu, ia tak mau membuat Nyonya Mary dan suaminya Tuan Albert menunggu. Ia tak mau membuat orang lain menunggu, pasalnya dirinya sendiri pun tak suka jika dibuat menunggu oleh orang. Oleh karena itu berusaha agar tiba lebih dulu di tokonya, setelah berkendara selama hampir dua puluh menit Anne akhirnya tiba di toko bunganya yang masih tutup karena memang ia belum menemukan pegawai karena ingin dirinya sendiri yang menjaga toko bunganya untuk sementara waktu.     

"Oh thanks God, aku sampai ke toko terlebih dahulu, "ucap Anne penuh syukur sambil berjalan menuju mobilnya sambil mengeluarkan kunci toko bunganya yang ada dalam tasnya.     

Karena tak ingin menunggu lama Anne lalu membuka kunci tokonya dengan cepat, ia juga langsung menyalakan AC untuk mengeluarkan udara pengap yang ada di dalam toko. Meskipun toko bunganya itu kecil, namun karena Anne meletakkan banyak kaca di berbagai sudut alhasil kini toko bunga milik itu terlihat lebih luas. Setelah Anne selesai merapikan beberapa barang yang tidak terpakai datanglah sebuah mobil box yang berhenti tepat di depan toko bunga milik Anne, tak lama kemudian turunlah Tuan Albert dan Nyonya Mary dengan senyum ramahnya ke arah Anne yang sudah menunggu di depan toko.      

Nyonya Mary yang sebelumnya menghubungi Anne nampak terkejut ketika melihat sosok gadis yang bertemu dengannya beberapa hari yang lalu itu ternyata sudah ada di depan toko, begitu pula dengan Tuan Albert. Padahal jelas-jelas mereka tau kalau Anne sedang ada di kampus, karena tadi saat Nyonya Mary menghubungi Anne terdengar sangat ramai sekali. Tak lama kemudian dua orang pegawai Nyonya Mary terlihat menurunkan bunga-bunga yang sudah ada dalam list bunga yang dipesan oleh Anne sebelumnya, sedangkan Nyonya Mary dan Tuan Albert nampak duduk berbincang-bincang dengan Anne dalam toko.      

"Lain kali tak usah seperti itu nak, kau bisa dalam bahaya jika menyetir dalam keadaan terburu-buru seperti itu. Kami juga masih bisa menunggumu sampai ke toko jadi jangan diulangi lagi, sangat berbahaya itu," ucap Tuan Albert kaget saat mendengar perkataan Anne yang mengatakan kalau ia sengaja pulang dari kampus dan pergi menemui mereka di toko bunga setelah mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.     

"Iya nak itu sangat berbahaya sekali," imbuh nyonya Mary tak kalah terkejut seperti sang suami.     

"Iya Tuan, Nyonya. Saya tak akan mengulangi lagi, sebenarnya tadi jalanan sedang sepi juga jadi saya bisa datang lebih cepat dari perkiraan," jawab Anne sambil tersenyum.       

"Tetap saja kau mengebut, dasar gadis nakal. Jangan ulangi lagi ya cantik," pinta Nyonya Mary lembut sambil meraba wajah Anne.     

"Iya Nyonya, maafkan saya. Saya melakukan itu karena tak mau membuat anda berdua menunggu terlalu lama jika saya datang terlambat, oleh karena itu saya memilih untuk menambah sedikit kecepatan mobil supaya bisa sampai ke toko tepat waktu,"ucap Anne lembut.      

Nyonya Mary kemudian memeluk Anne dengan erat, ia benar-benar tak menyangka bisa bertemu dengan seorang gadis yang sangat menghargai orang tua seperti Anne dijaman sekarang ini. Disaat banyak anak muda seusia Anne berbuat seenaknya, setelah semua bunga yang dipesan Anne masuk ke dalam toko nyonya Mary dan Tuan Albert kemudian berpamitan pada Anne. Mereka harus melanjutkan pekerjaan untuk mengantar bunga-bunga yang lain di toko pelanggan lain, Anne melambaikan tangan ke arah mobil Nyonya Mary dan Tuan Albert yang meninggalkan toko bunga miliknya. Setelah mobil-mobil itu tak terlihat lagi Anne kemudian masuk ke dalam tokonya untuk merapikan bunga-bunga cantik segar yang baru saja datang itu.     

"Ok, semangat Anne!!!"pekik Anne penuh semangat.     

Setelah melepaskan kemejanya dan hanya menggunakan t-shirt warna pink Anne lalu menata bunga-bunga itu ke dalam vas-vas yang sudah disiapkan, karena bunga-bunga itu langsung datang dari supplier pertama alhasil saat bunga-bunga itu sampai di tangan Anne kondisinya masih sangat bagus sekali tak ada terlihat satupun bunga yang layu. Butuh waktu hampir dua jam untuk Anne mengatur bunga-bunga indahnya itu kedalam vas besar yang sudah diisi air, sehingga bunga itu tak akan cepat layu.      

Saat waktu menunjukkan pukul lima sore Anne lalu mengambil foto bunga-bunganya itu satu demi satu dan ia posting ke akun media sosial atas nama toko bunganya yang sudah ia buat dua hari yang lalu, baru saja tiga puluh menit ia memposting sekitar sepuluh jenis bunga tiba-tiba sudah ada 5 pesanan yang masuk melalui pesan di nomor khusus yang memang ia cantumkan untuk ia berjualan secara online. Dengan sigap Anne melayani para pelanggan pertamanya itu, setelah mereka mengirimkan uang sesuai dengan kesepakatan harga yang dibuat oleh Anne sebelumnya akhirnya Anne mempacking rapi pesanan yang akan diambil oleh pelanggan secara langsung. Karena belum memiliki kurir atau admin akhirnya ia harus bekerja ekstra keras hari ini, namun Anne dengan senang hati melakukan itu semua. Rasanya sangat senang sekali baru hari pertama ia sudah memiliki pelanggan.      

"Terima kasih Tuhan atas berkat yang kau berikan hari ini," ucap Anne penuh syukur saat melihat jumlah uang masuk ke rekening barunya atas nama Lotus florist yang merupakan nama toko bunga milik Anne, baru empat jam ia melayani pembelian secara online Anne sudah mendapatkan uang sebanyak 400 poundsterling dan itu jumlah uang yang cukup banyak untuk sebuah toko bunga yang baru pertama buka.     

"Pasti akan melelahkan sekali kalau aku mengurus toko ini sendirian, sepertinya aku harus mencari seorang kurir dan seorang kasir untuk menjaga toko ini. Kalau aku membuka toko sepulang kuliah rasanya akan banyak sekali waktu yang terbuang sia-sia," gumam Anne lirih sambil menatap bunga-bunga cantik yang ada di hadapannya, sejak ada di toko Anne sama sekali tak menyentuh ponsel pribadinya karena ia sibuk menghandle pesanan di ponsel khusus toko bunganya.     

Padahal di ponselnya itu saat ini sudah banyak sekali panggilan masuk dari Aaron, namun karena Anne membuat ponselnya dalam mode silent alhasil Anne tak tau kalau Aaron sudah menunggunya hampir dua jam di depan kamarnya.      

"Kau kemana Anne, aku lelah dan khawatir menunggumu," ucap Aaron pelan seraya menghubungi Anne kembali untuk yang kesekian kalinya.     

"Ayo angkat Anne angkat...kau dimana? sudah hampir jam sepuluh malam kau tak bisa kuhubungi,"      

"Oh my God Anne, where are you!!"     

Aaron terlihat mondar-mandir di depan kamar apartemen Anne dengan ponsel yang ada di telinganya, entah sudah berapa puluh kali ia menghubungi Anne namun tak juga diangkat oleh Anne. Dan hal ini membuat Aaron khawatir, setelah acara pertunjukan selesai tadi Aaron dan para pengusaha yang lain terlibat sesi tanya jawab dengan para mahasiswa dan mahasiswi UAL setelah selesai makan siang sampai jam tiga sore. Belum lagi dengan acara foto bersama dengan para mahasiswi yang sangat ribut meminta foto dengannya, sebenarnya bukan hanya dirinya tadi yang kewalahan dengan para gadis di kampus seni itu. Jack pun mengalami hal yang serupa dengan dirinya, hanya pengusaha yang membawa pasangan sajalah yang aman dari serbuan para gadis itu.      

"Angkat teleponku Anne, jangan buat aku khawatir seperti ini," ucap Aaron putus asa.     

"Apa kau marah Anne, apa masalahmu berat sekali sampai akhirnya kau tadi harus pulang terlebih dahulu dari kampusmu,"      

"Akhhh Aaron kau bodoh, ini salahmu karena tak mengajaknya pergi saja tadi setelah ia menangis. Anne pasti sedang banyak masalah, kenapa kau tak peka sekali Aaron .. aarrggghhh fuck!!!"      

Aaron terus mengumpat dan menyalahkan dirinya sendiri karena tak mengetahui keberadaan Anne ia benar-benar sangat dibuat khawatir saat ini, saat akan kembali duduk di depan pintu kamar n tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan cepat Aaron mengangkat panggilan masuk itu, padahal biasanya ia tak pernah memperdulikan panggilan masuk tanpa nama. Namun kali ini ia langsung mengangkatnya tanpa pikir panjang karena mengira itu adalah Anne yang sedang menghubunginya.      

"An…"     

"Aaron kau dimana?" tanya seorang pria diujung telepon memotong perkataan Aaron yang hampir menyebut nama Anne.     

"Siapa ini?"tanya balik Aaron ketus, ia kecewa ternyata bukan Anne yang menghubunginya.     

"Jack, susul aku ke alamat yang baru saja aku kirim," jawab Jack diujung telepon dengan suara parau.      

"Tapi aku sedang ….tutt"     

Aaron tak dapat menyelesaikan perkataannya karena Jack sudah menutup sambungan teleponnya secara sepihak.     

"Fuck!! kenapa lagi ini si brengsek Jack terus mencariku, aku masih belum tau keberadaan Anne. Arrgghhh...menyebalkan!!!"     

Aaron berteriak dengan keras sambil memukul tembok, ia tak bisa mengontrol dirinya kalau sudah bersangkutan dengan Anne. Karena sudah cukup lama menunggu tanpa kepastian akhirnya Aaron memutuskan untuk pergi menemui Jack, dengan menggunakan mobilnya Aaron pergi ke alamat  yang sudah dishare oleh Jack.      

Rosewood London     

Didalam kamar VIP yang dipesan oleh Patricia sekertaris pribadi Leon selama tiga malam itu nampak Leon duduk berdiri di balkon sambil menikmati rokoknya, pikirannya masih melayang-layang memikirkan Marianne yang ia temui hari ini dikampus UAL. Sebuah pertemuan yang gak pernah ia harapkan sama sekali, mantan istri yang sangat ia benci karena dianggap menjijikan itu kini menjelma bak gadis dari sebuah kontes kecantikan. Gaya rambutnya, gaya berpakaiannya, riasan wajahnya dan cara bicaranya semuanya berbeda dan hal ini membuat Leon gelisah.      

"Honey, ayo tidur. Aku mengantuk," bisik Steffi pelan tiba-tiba datang sambil melingkarkan tangannya ke perut Leon dari belakang.     

"Rokokku belum habis, kau tidur saja dulu Steffi," jawab Leon dengan cepat menolak ajakan Steffi untuk tidur.     

"Ini masa suburku Leon, aku ingin memiliki…"     

"Jangan bahas bayi lagi denganku Steffi, bukankah kita sudah sepakat sebelumya untuk tak memiliki anak!!!"hardik Leon dengan suara meninggi sambil berbalik dan mencengkram kuat tangan Steffi hingga membuat Steffi meringis kesakitan.     

"Iya Leon tapi aku…"     

"Dimana pil kontrasepsimu?!" tanya Leon dengan cepat memotong perkataan Steffi.     

"Ada ditas," jawab Steffi dengan suara parau menahan tangis.     

Tanpa bicara Leon kemudian menarik Steffi ke dalam kamar dan mendorongnya di atas ranjang, ia lalu mengambil tas Steffii untuk mencari pil kontrasepsi yang sudah ia minta dari dokter pribadinya.     

"Cepat minum, kau harus minum didepan mataku mulai saat ini," ucap Leon dengan cepat sambil melempar sebotol pil kontrasepsi ke arah Steffi.     

"Aku mengerti," jawab Steffi lirih, ia kemudian membuka botol itu dan mengeluarkan satu kapsul lalu menenggaknya dengan menggunakan air yang baru ia ambil dari atas nakas.     

"Ingat Steffi, kalau kau mau jadi istriku turuti kemauanku. Aku belum mau dipusingkan dengan tangisan bayi, kalau kau berani hamil karena tak meminum pil kontrasepsi mu itu maka aku akan menceraikanmu saat itu juga!!!" sahut Leon dengan keras mengancam Steffi, setelah berkata seperti itu Leon kemudian meraih jaket beserta ponselnya dan kemudian berjalan keluar meninggalkan Steffi sendirian dikamar hotel.     

Tak lama setelah Leon pergi terdengar isak tangis pilu Steffi, dua tahun melayani Leon sebelum akhirnya dinikahi tiga bulan yang lalu tak benar-benar membuatnya menjadi nyonya Ganke seutuhnya karena ia belum berhasil mengandung keturunan Leon.     

"Aku ingin menjadi nyonya Ganke seutuhnya Leon,"      

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.