I'LL Teach You Marianne

Jealous without reason



Jealous without reason

0Kedua mata Jack langsung menatap tajam wanita yang ada di hadapannya, Jack melihat Steffi dari ujung rambut sampai ujung kakinya tanpa terlewat satu inci pun. Akhirnya ia bisa melihat secara langsung sahabat Anne yang sudah menghianatinya secara langsung, saat sedang menatap Steffi tiba-tiba bayangan Anne yang ceria langsung muncul seketika dalam ingatan Jack dan langsung menghempaskan wajah Steffi.     

"Leonardo Ganke," ucap Leon lantang sembari mengulurkan tangannya ke arah Jack sambil tersenyum.     

"Jackson Patrick Muller," jawab Jack tegas seraya meraih tangan pria yang sudah menyia-nyiakan Anne dengan kuat.     

Jack menatap tajam kedua mata Leon yang ada di depannya, begitu pula dengan Leon yang juga menatap tanpa berkedip ke arah Leon disertai senyum sinis penuh artinya. Profesor Gilbert yang berdiri di samping Steffi merasa aneh, aura dingin dari kedua pria yang baru ia pertemukan itu terasa sangat kuat dan membuatnya ikut merasakan juga.      

"Nyonya…"     

"Aku tau Prof," jawab Steffi dengan cepat, ia seperti langsung paham dengan maksud perkataan profesor Gilbert.     

"Ehemm...saya Steffani Ganke," ucap Steffi pelan sambil mengulurkan tangannya ke arah Jack, Steffi seperti sedang memberi kode pada Jack untuk melepaskan tangan suaminya.      

"Hallo nyonya Ganke, senang bertemu wanita seperti anda," jawab Jack dengan cepat seraya melepaskan genggaman tangan Leon dan meraih tangan Steffi, Jack berusaha untuk menghilangkan sementara perasaan jijiknya pada Steffi. Sudah mendengar tentang Steffi dari Anne membuat Jack sudah hilang respect pada wanita yang baru saja menggenggam tangannya itu.     

"Ka-kalau begitu mari kita makan, kita sudah bisa menikmati hidangan yang tersedia tuan-tuan," sahut Profesor Gilbert tergagap, ia berusaha mencairkan suasana yang terasa sangat kaku di tempat itu dengan mengajak para tamunya makan.     

"Baiklah kalau begitu, mari kita makan," jawab Jack pelan sembari mengulurkan tangannya ke arah meja makan seperti sedang memberikan jalan kepada Leon dan Steffi untuk jalan terlebih dahulu menuju meja makan.     

Saat menoleh ke arah meja makan senyum Jack kembali tersungging saat melihat sosok Aaron sedang berbincang dengan beberapa pengusaha yang lain, dengan langkah tegap Jack berjalan menuju tempat Aaron melewati Leon dan Steffi yang berjalan bersama Profesor Gilbert.      

"Aaron," panggil Jack dengan suara yang cukup keras.     

"Jack, kau disini?!" tanya Aaron kaget tak percaya saat melihat sosok Jack ada di kampus yang sama dengannya.     

"Tentu saja, kini kau tau bukan alasanku datang ke London," jawab Jack dengan senyum mengembang.     

"Hahaha kau benar-benar tak terprediksi Jack, ayolah kemari aku harus mengenalkanmu pada beberapa orang rekan kerjaku yang lain. Siapa tau mereka akan menjadi rekan bisnismu juga Jack," sahut Aaron ramah mengajak Jack untuk bertemu dengan pengusaha yang lain.     

Senyum Jack mengembang mendengar perkataan Aaron, ia berusaha menahan dirinya agar tak marah pada Aaron. Walau sebenarnya ia sudah sangat ingin sekali memukul Aaron karena berani mendekati Anne yang ia cari berbulan-bulan, saat akan melangkahkan kaki mendekati Aaron tiba-tiba Jack teringat dengan keberadaan Leon dan Steffi dua orang penting yang pernah hadir dalam kehidupan Anne.      

"Oh ya Aaron perkenalkan dulu ini ada tuan dan nyonya Ganke dari Jerman, merasa juga menjadi tamu kehormatan diacara kampus ini," ucap Jack pelan sambil menahan langkah Leon yang akan menuju meja makan.     

"Tuan Ganke…"     

"Oh iya, maafkan saya tuan Connery. Ini murni kesalahan saya," pekik Profesor Gilbert memotong perkataan Aaron sambil menepuk keningnya.     

Aaron, Jack, Leon dan Steffi secara spontan langsung menoleh ke arah Profesor Gilbert yang tiba-tiba ikut bicara.      

"Tuan Connery maafkan kesalahan saya yang belum memperkenalkan anda dengan tuan dan nyonya Ganke, tuan Ganke adalah salah satu pengusaha dari Jerman yang memiliki perusahaan animasi terbaik di Berlin. Beliau baru tiba di London tadi pagi dan ini," ucap Profesor Gilbert dengan cepat memperkenalkan Leon pada Aaron.     

"Dan ini tuan Aaron Sean Connery tuan Ganke, beliau adalah salah satu pengusaha sukses yang ada di London. Perusahaan propertinya bekembang pesat dan perusahaan beliau menjadi salah satu perusahaan terbaik yang mau memperkerjakan para alumni mahasiswa kami, yang belum memiliki pengalaman disaat perusahaan lain sangat ketat dalam memilih pegawainya," imbuh profesor Gilbert dengan cepat memperkenalkan Aaron pada Leon.     

"Nice to meet you Mr Ganke," ucap Aaron ramah sembari mengulurkan tangannya ke arah Leon.     

"Me to, nice to knowing you Mr Connery," jawab Leon dengan cepat seraya menerima uluran tangan Aaron.     

"Oh iya ini istriku Steffi," imbuh Leon pelan saat ia melepaskan tangan Aaron.     

"Senang bertemu dengan wanita secantik Anda nyonya," sapa Aaron pelan sambil mengulurkan tangannya ke arah Steffi yang sejak tadi berdiri disamping Leon tanpa suara.     

"Saya yang sangat beruntung bisa bertemu dengan pengusaha hebat seperti anda tuan," jawab Steffi ramah, menjadi sekertaris pribadi Leon sebelumnya pasca Leon bercerai dengan Anne membuat Steffi pandai bicara dan tak grogi bertemu dengan rekan bisnis Leon. Dan hal inilah yang dibanggakan oleh Leon karena istrinya mampu membawa diri dihadapan para rekan bisnisnya.     

Setelah perkenalan singkat itu mereka lalu mulai menikmati makanan mewah yang sudah tersaji di atas meja, Jack yang sudah kehilangan selera saat sudah melihat Anne memilih hanya minum wine saja. Ia benar-benar sudah tak sabar ingin segera mengakhiri acara tak penting ini, banyak hal yang ingin ia bicarakan dengan Anne yang masih ada diluar bersama teman-temannya yang lain. Sudah tak terhitung berapa kali Jack menatap ke arah lapangan dimana Anne berada saat ini, walaupun ia ada didalam ruangan Jack masih bisa mendengar suara tawa Anne dengan jelas di antara suara tawa teman-temannya yang lain. Seolah Indra pendengaran Jack hanya mampu menangkap suara Anne saja yang selama ini ia rindukan.      

Melihat Jack hanya berdiri di kaca menatap kearah luar membuat Aaron penasaran, ia lalu datang mendekati Jack meninggalkan Daniel yang sedang berbicara dengan Profesor Gilbert. Dengan piring yang berisi daging steak terbaik buatan salah satu chef terbaik di London Aaron berhasil berdiri di samping Jack yang hanya memegang segelas wine yang isinya sudah hampir habis.      

"Kau tak lapar tuan Muller?" tanya Aaron pelan saat ia sudah berdiri disamping Jack.     

"Aku masih kenyang, rasanya makanan yang tadi aku makan di hotel belum sepenuhnya tercerna di dalam perutku," jawab Jack sambil tersenyum ke arah Aaron.     

"Jadi ini tujuanmu datang ke London sebenarnya Jack, kenapa kau tak bicara dari awal denganku?" tanya Aaron kembali sambil memasukkan potongan daging steak yang sudah ia potong-potong sebelumnya.     

Mendengar perkataan Aaron membuat Jack tersenyum penuh arti, ia lalu menenggak habis wine yang ada di tangannya kemudian meletakkan gelas ke atas nampan pelayan yang sedang berjalan-jalan untuk mengambil gelas dari para tamu. Alih-alih menjawab perkataan Aaron yang sebelumnya Jack justru meraih garpu yang ada diatas piring Aaron lalu menusuk satu potongan daging dan membawanya ke mulutnya yang langsung mengunyahnya dengan cepat saat sudah menyentuh giginya.     

"Kita sedang memancing di kolam yang sama Aaron, rasanya sangat mustahil kalau aku memberikan umpan yang sama denganmu," jawab Jack pelan dengan mulut yang masih mengunyah daging steak yang ia ambil dari piring Aaron.     

"Memancing di kolam yang sama?" tanya Aaron bingung.     

"Yup," jawab Jack singkat sambil menatap ke arah luar dimana terlihat Anne sedang menerima telepon dari seseorang sejak tadi, Jack sangat penasaran siapa yang menghubungi Anne.     

Disisi lain pun Leon sedang menatap ke arah Anne yang sedang bersama teman-temannya, ada rasa aneh muncul dalam diri Leon saat melihat Anne tertawa bersama teman-temannya. Kalau sebelumnya ia kaget ketika melihat Anne pertama kali di meja tamu kini rasa lain hadir dalam dirinya, sebuah perasaan yang tak dapat ia deskripsikan apa dan kenapa. Yang pasti ia saat ini sangat penasaran sekali ingin mengetahui kehidupan Anne lebih jauh, Steffi yang belum menyadari kalau suaminya sedang melihat ke arah Anne masih terlihat sibuk dengan ponselnya. Ia mengupload keberadaannya saat ini bernama Leon di akun media sosialnya, sebagai istri dari seorang pengusaha hebat Steffi haruslah aktif di media sosial. Ia tak mau dibilang kampungan oleh teman-teman sosialitanya.     

"Mereka harus tau kalau saat ini aku sedang menemani Leon menjadi tamu kehormatan di kampus seni terbaik di London, ya mereka harus tau siapa Steffi Ganke," ucap Steffi dalam hati sambil membuat caption dalam foto yang ia upload.      

Steffi mengunggah fotonya bersama Leon yang sedang berpose bersama para pengusaha hebat lainnya, termasuk Jack dan Aaron yang juga ikut berfoto. Karena tak tau akun media sosial Jack dan Aaron ia tak bisa menandai kedua pengusaha tampan itu, yang bisa ia tulis adalah nama perusahaan mereka. Dan ini menjadi sebuah kebanggan tersendiri bagi Steffi bisa memiliki foto dengan para pengusaha lainnya, karena dengan ini ia akan semakin disegani oleh teman-teman sosialitanya.     

Anne yang sedang menikmati makan siang bersama Linda yang masih memakai riasan lengkap di wajahnya tiba-tiba menerima panggilan telepon dari nomor yang tak dikenal, biasanya Anne tak akan mengangkat nomor tak dikenal seperti saat ini. Namun entah mengapa ia merasa harus mengangkatnya, karena di tempatnya berada saat ini sedang sangat berisik Anne pun harus menjauh dari tenda tempat makan para mahasiswa yang baru saja melakukan pertunjukan itu.     

"Jadi anda berdua ada di London nyonya?" tanya Anne kaget saat sudah tersambung dengan nyonya Mary sang pemilik ladang bunga yang akan menjadi supplier tetap di toko bunga Anne.     

"Iya, saya dan suami sedang dalam perjalanan menuju ke toko bunga anda nona Anne. Kami berdua datang bersama pegawai untuk mengantarkan bunga-bunga yang akan di supply ke toko-toko bunga pelanggan lain," jawab nyonya Mary ramah diujung telepon.     

"Ya Tuhan, nyonya. Tunggu saya, saya akan datang ke toko sekarang juga. Saya masih ada dikampus, tolong tunggu saya nyonya. Saya akan datang ke toko," pekik Anne penuh semangat.     

"Kalau anda masih sibuk tak usah dipaksa nona, kami berdua bisa mengantar ke toko lain terlebih dahulu," ucap nyonya Mary kembali.     

"Jangan nyonya, saya pulang nyonya. Please jangan ke toko lain terlebih dahulu, saya mohon. Saya akan pulang sekarang juga," pinta Anne memelas dengan suara parau menahan tangis.     

"Baiklah nona Anne, kami akan ke toko anda terlebih dahulu. Jangan terburu-buru kami akan sabar menunggu anda datang," jawab nyonya Mary dengan lembut, ia sepertinya bisa membaca kondisi Anne yang panik dari ujung telepon.     

"Thanks God, baik nyonya tunggu saya. Saya akan datang, tolong sampaikan maaf saya pada tuan Albert karena sudah merepotkan anda berdua," ucap Anne dengan mata berkaca-kaca.     

"Iya nona, saya mendengar suara anda. Sejak tadi istri saya sudah menyalakan speeker," sahut tuan Albert tiba-tiba ikut bicara.     

Mendengar perkataan Tuan Albert membuat Anne terharu, ia lalu berlari menuju tenda kembali setelah menutup panggilan teleponnya untuk mengambil tas yang berisi kunci mobil sekaligus ingin berpamitan kepada Linda.      

"Aku harus pulang Linda, ada urusan penting sekali yang harus aku lakukan sekarang," ucap Anne pelan berpamitan pada Linda.     

"Tapi Anne, kau belum makan," jawab Linda dengan mulut penuh makanan.     

"Tak apa Linda, aku masih kenyang. Ya sudah ya aku pergi, bye Linda...see you tomorrow," pekik Anne keras sambil melambaikan tangannya ke atas sambil berlari menuju ke area parkir dimana mobilnya berada.     

Dari tempatnya Jack menyipitkan mata melihat Anne pergi dengan terburu-buru seperti itu, secara spontan Jack melihat ke arah Aaron yang sedang serius berbicara dengan orang lain.     

"Kalau ia tak bicara dengan Aaron di telepon tadi, lalu dengan siapa Anne bicara," ucap Jack dalam hati, ia kembali menatap mobil sedan milik Anne yang perlahan meninggalkan area kampus dengan hati-hati.     

Ditempatnya yang sama pula Leon masih tak mengalihkan pandangannya dari Anne, sejak dari pertama Anne berbicara dengan seseorang di telepon. "Kau berubah Marianne," gumam Leon tanpa sadar.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.