I'LL Teach You Marianne

Face to face



Face to face

0Karena semua tamu sudah hadir Anne dan Agnes diperbolehkan untuk masuk ke tempat acara, mereka berdiri di belakang melihat ke arah panggung dimana para aktor utama sedang memainkan part terakhir mereka. Walaupun berdiri di belakang Anne masih bisa melihat Leon dan Steffi yang sedang duduk tanpa suara di barisan paling depan, mereka berdua nampak fokus melihat ke arah panggung.      

"Lihatlah Edward bermain dengan total Anne," bisik Agnes pelan mengomentari penampilan Edward.     

"Dia benar-benar pemain piano yang handal rupanya," ucap Anne lirih tanpa sadar.     

"Tentu saja Anne, dia sudah bermain piano sejak kecil," jawab Agnes dengan cepat sambil terus menatap Edward yang masih memainkan jemarinya di atas tut piano dengan lihai.     

Semua orang seperti tersihir saat Edward mulai memainkan nada dari lagu The Turkish March atau Marcia Alla Turca, salah satu karya besar Ludwig van Beethoven. Ludwig van Beethoven merupakan salah satu komposer yang mampu mempengaruhi peradaban musik dunia. Ratusan karya berhasil dia tulis dalam bentuk solo piano, symphony, string kuartet, concerto, sonata piano, sonata untuk piano dan biola, dan opera klasik.      

Mereka yang hadir benar-benar tersihir dengan Edward, Edward sepertinya ingin menunjukkan pada semua orang bahwa ia adalah seorang pianis hebat yang akan bersinar di masa depan. Senyum Anne tersungging saat Edward mulai masuk ke lagu lain yang masih merupakan mahakarya dari Lugwig Van Beethoven.      

"Piano Sonata no. 14 in C# (sharp) minor "Quasi una Fantasia", op. 7 no. 2 merupakan salah satu karya sonata dengan komposisi piano hebat dan menjadi lagu Beethoven yang paling terkenal. Dijuluki Moonlight Sonata oleh seorang penyair, Ludwig Rellstab, dan diumpamakan dengan keindahan cahaya efek dari sinar bulan purnama yang terlihat menyala di tepi Danau Lucerne," ucap Anne pelan tak sadar mengomentari lagu Moonlight Sonata yang sedang dimainkan oleh Edward saat ini.     

"Kau tau lagu itu Anne?" tanya Agnes kaget saat Anne mengomentari lagu klasik yang sedang dimainkan Edward.     

"Siapa yang tak kenal Lugwig Van Beethoven, beliau merupakan salah satu komposer yang mampu mempengaruhi peradaban musik dunia. Ratusan karya berhasil dia tulis dalam bentuk solo piano, symphony, string kuartet, concerto, sonata piano, sonata untuk piano dan biola, dan opera klasik Agnes," jawab Anne sambil tersenyum.     

Mendengar jawaban Anne membuat Agnes terdiam, ia masih bingung bagaimana Anne bisa tau sedetail itu tentang Ludwig Van Beethoven, padahal ia bukanlah mahasiswi jurusan musik yang memang setiap hari pasti belajar tentang para musikus hebat yang ada didunia.     

"Bagaimana kau tau sedetail itu tentang Lugwig Van Beethoven Anne?"tanya Agnes penasaran.     

"Itu karena dulu aku…"     

Deg!      

Anne langsung tersadar kalau dirinya sudah banyak bicara tentang salah satu musikus favoritnya itu yang menjadi kiblat dari permainan pianonya dulu sewaktu ia masih kecil, dengan cepat Anne tersenyum penuh arti menatap Agnes yang masih sangat penasaran.      

"Semua orang pasti tau siapa Lugwig Van Beethoven Agnes, tanpa harus belajar atau mencari tau detail tentangnya," jawab Anne dengan cepat mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.     

"Mungkin orang bisa tau siapa Lugwig Van Beethoven, tapi mereka tak akan tau sedetail apa yang baru saja kau katakan tadi Anne," ucap Agnes kembali.      

"Aku banyak membaca, ya membaca. Bukankah semua karyanya sudah ada dalam bentuk buku, jadi masuk akal bukan kalau aku bisa tau sedetail itu," sahut Anne sambil tersenyum lebar.      

"Iya si tapi kan tak semua orang bisa langsung tau kalau lagi yang sedang dimainkan oleh Edward saat ini adalah satu satu karya Lugwig Van Beethoven, tapi tadi kau bisa langsung…"     

"Ahh iya Agnes, kita kan harus membantu menyiapkan makanan. Ayo kita pergi, acara pertunjukan akan selesai setelah itu mereka pasti akan makan. Ayo kita bantu petugas catering untuk menata makanan," pekik Anne dengan keras memotong perkataan Agnes sambil berbalik badan menuju arah pintu samping, yang menghubungkan dengan tempat makan yang sudah disiapkan sebelumnya dimana saat ini puluhan petugas catering sedang menyiapkan makanan dengan apik di atas meja.      

Melihat Anne pergi Agnes pun mengikutinya dari belakang, sesampainya di ruang makan tanpa menunggu lama Anne dan Agnes pun membantu para petugas catering yang sedang merapikan gelas-gelas diatas meja. Para petugas catering itu senang sekali karena mendapat bantuan dari Anne dan Agnes, pasalnya mereka memang sedang berpacu dengan waktu untuk menyelesaikan perlengkapan makan karena kekurangan staff. Setelah lima belas menit berlalu akhirnya semua pekerjaan mereka selesai, alat-alat makan pun sudah tersusun dengan rapi di atas meja beserta makanan enak yang menggugah selera. Melihat semua sudah rapi membuat Agnes tersenyum lebar, ia merasa sangat berjasa karena sudah melakukan hal sebesar itu. Sementara Anne hanya bisa tersenyum melihat Agnes sedang menyombongkan dirinya bersama para petugas catering, walaupun sebenarnya itu hanyalah sebuah gurauan saja untuk melepaskan lelah pasca bekerja dalam waktu yang singkat.      

Tak lama kemudian pintu samping pun terbuka lebar dan masuklah beberapa orang staf dari kampus UAL, mereka memberikan kode kepada petugas catering untuk bersiap karena para tamu undangan akan segera memasuki ruangan yang sekarang dijadikan tempat makan itu. Mengetahui kalau para tamu akan datang ke ruang makan Anne segera menarik tangan Agnes untuk keluar dari tempat itu, ia tak mau keberadaannya dilihat lagi oleh Jack. Sebenarnya yang masih membuat Anne merasa tak tenang bukanlah kehadiran Leon dan Steffi, akan tetapi kehadiran Jack. Ia benar-benar tak menyangka kalau Jack sang barista yang bekerja padanya selama satu setengah tahun yang lalu adalah seorang CEO dari perusahaan besar di Swiss, sebelum pergi ke ruang makan untuk membantu para petugas catering Agnes sempat menceritakan kepada Anne siapa Jack yang sebenarnya.      

"Pantas saja ia semenyebalkan itu, ternyata dia adalah seorang pengusaha rupanya," ucap Anne lirih saat melihat Jack keluar dari tempat acara menuju ke ruang makan dari kejauhan.      

"Apa Anne kau sedang bicara apa?"tanya Agnes pelan pada Anne.     

"Tidak, aku tak bicara apa-apa,"jawab Anne dengan cepat.     

"Oh, berarti aku yang salah dengar. Menyenangkan ya Anne bisa menjadi orang kaya, bisa menjadi pasangan dari para pengusaha kaya dan tampan seperti mereka," ucap Agnes pelan sambil menatap ke arah tamu kehormatan yang sedang berjalan menuju ruang makan.     

"Jangan iri dengan apa yang dimiliki orang lain Agnes, Tuhan tak suka itu walaupun setan mendukungnya," sahut Anne dengan cepat.     

"Di dukung setan, apa maksudmu Anne?" tanya Agnes bingung.      

"Sifat iri hati pasti akan memunculkan rasa ingin memiliki dan biasanya akan ditambah bisikkan setan yang mendukung kita untuk berbuat jahat, maka dari itu jauhi sifat iri Anne. Karena itu bisa menjadi boomerang untuk diri kita sendiri, semua yang kita lakukan ini pasti ada balasan dari Tuhan. Jadi lebih baik kita begini saja, sederhana, bebas dan tanpa beban. Karena percayalah para pasangan orang kaya itu pasti hidupnya tak tenang karena dibayang-bayangi rasa ketakutan akan ditinggal oleh pasangannya yang kaya raya itu," jawab Anne panjang lebar.     

"Kenapa kau bicara seperti itu Anne, apakah kau pernah ada diposisi para pendamping orang kaya itu?" tanya Agnes penasaran.     

Glek! Anne menelan salivanya perlahan saat menyadari kalau ia sudah banyak bicara.     

"Tidak...tentu tidak, mana mungkin Agnes. Aku...aku hanya sering menonton film saja, ya di film-film yang sering aku tonton sering menunjukkan betapa kejamnya dunia para orang kaya itu," jawab Anne tergagap dengan wajah memerah, Anne adalah orang yang sulit berbohong sehingga ia akan menjadi sangat gugup jika sedang berbohong.     

"Akh dari film, iya kalau di film seperti itu Anne pasti. Mereka para pekerja di industri itu pasti melebih-lebihkan jadi kau tak usah heran, lagipula aku yakin kehidupan para nyonya CEO itu pasti menyenangkan dan bahagia," sahut Agnes pelan sambil terus menatap ke arah rombongan pengusaha yang kini sudah ada di ruang makan dengan terus tersenyum.     

"Tidak Agnes, ada satu nyonya CEO yang hidupnya sangat menyedihkan karena dihianati suami dan sahabat baiknya yang sangat aku kenal. Walaupun ia bersyukur sekali akan nasib buruknya itu, setidaknya ia bisa tau siapa yang bisa diajak berteman dengan tulus dan siapa yang hanya memanfaatkan saja,"celetuk Anne kembali.     

"Siapa nyonya CEO itu? kau kenal Anne? wah kalau begitu ceritanya kasihan sekali nyonya itu, hidupnya pasti sangat menderita," tanya Agnes penasaran.     

"Aku sangat mengenalnya dulu, tapi sekarang tidak. Hal terakhir yang aku tau dia saat ini sudah sudah menjadi orang yang berbeda Agnes, dia menjadi wanita yang lebih kuat dan mandiri. Dan aku bersyukur akan itu, dia berhak bahagia dan melanjutkan hidupnya lagi," jawab Anne dengan mata berkaca-kaca.     

Mendengar perkataan Anne membuat Agnes terdiam, ia lalu memeluk Anne dengan erat karena ikut terbawa suasana. Pasalnya Anne terlihat sangat sedih ketika sedang bicara.     

"Aku yakin teman baikmu itu kasih saat ini sudah hidup dengan bahagia Anne, jadi kau tak perlu sedih lagi. Percayalah setiap masalah yang datang pasti akan membuatnya menjadi lebih kuat lagi, dan aku yakin Tuhan pun pasti akan membantunya," ucap Agnes pelan sambil menepuk-nepuk punggung Anne yang sedang ia peluk.      

"Iya Agnes aku juga percaya kalau ia sudah lebih kuat lagi, namun kadang-kadang saat mengingat hal itu aku masih suka ikut terharu dan terbawa suasana. Maafkan aku Agnes," jawab Anne terbata.     

"Its ok Anne, wajar kau ikut sedih atas apa yang menimpa teman baikmu itu. Perasaan wanita kan sensitif Anne, jadi wajar kalau kau seperti ini. Ini normal dan wajar Anne," sahut Linda kembali.     

Dari arah ruang makan Jack terlihat sedang membawa gelas wine dan berdiri di jendela kaca besar menatap kearah Anne tanpa berkedip, ia sangat penasaran sekali dengan apa yang sedang Anne bicarakan saat ini dengan teman wanitanya di kursi tempat ia bertemu dengan Anne sebelumnya. Sejak acara berlangsung pun Jack sudah tidak fokus, ia benar-benar sudah ingin sekali menyelesaikan semuanya dan mendatangi Anne. Namun karena ia adalah salah satu tamu kehormatan yang diundang oleh pihak kampus, maka dari itu ia berusaha untuk tetap tenang dan mengikuti jalannya acara untuk menghargai sang tuan rumah. Ia tak bisa berbuat seenaknya karena nama perusahaannya sedang dipertaruhkan saat ini di hadapan banyak orang.      

"Permisi tuan Muller," sapa Profesor Gilbert pelan sambil menepuk pundak Jack.     

"Iya Proff ada yang bisa saya bantu?" tanya Jack dengan cepat sambil tersenyum.      

"Sebenarnya bukan bantuan tuan, saya ingin memperkenalkan anda dengan para pengusaha lainnya yang ikut tergabung dalam acara ini. Dan kebetulan salah satu pengusaha yang diundang juga berasal dari negara yang sangat jauh seperti anda, alangkah lebih baiknya jika anda mengenal nya. Kalau tidak keberatan saya ingin mengenalkan mereka berdua kepada anda tuan," jawab Profesor Gilbert penuh semangat.     

"Its ok Prof, silahkan saya justru senang bisa mengenal banyak orang lagi," sahut Jack dengan cepat.     

"Terima kasih tuan, tunggu sebentar saya akan membawa mereka kemari," ucap Profesor Gilbert dengan mata berbinar-binar.     

Jack menganggukkan kepalanya perlahan merespon perkataan Profesor Gilbert, setelah mendapatkan persetujuan dari Jack Profesor Gilbert kemudian pergi menuju ke arah lain untuk memanggil pengusaha yang akan ia kenakan dengan Jack seperti perkataannya yang sebelumnya. Tak lama kemudian Profesor Gilbert terlihat berjalan bersama dengan sepasang suami istri yang terlihat sedang tersenyum lebar ke arah Jack.     

Jantung Jack berdetak sangat cepat ketika melihat sepasang suami istri yang sedang berjalan menuju ke tempatnya itu, walaupun belum bertemu secara langsung namun ia sudah sangat hafal dengan wajah pria dan wanita yang ada di depannya saat ini.      

"Anne," ucap Jack lirih tanpa sadar saat Leonardo Ganke sudah berdiri tepat dihadapannya.     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.