I'LL Teach You Marianne

Kedatangan Leonardo Ganke



Kedatangan Leonardo Ganke

0Setelah drama handuk selesai Aaron merebahkan tubuhnya di sofa, tak lama kemudian ia tertidur pulas karena lagu yang diputar Anne. Sementara itu Anne yang masih sibuk di pantry nampak tersenyum melihat Aaron tidur, ia bekerja dengan hati-hati di pantry agar tak membuat suara dan membuat Aaron bangun. Anne kemudian duduk di sebuah karpet bulu yang tak jauh dari sofa di dekat jendela besar yang merupakan satu-satunya jendela di kamar Anne, ia lalu membuka ponselnya untuk membaca pesan yang dikirimkan oleh Profesor Gilbert.     

Anne tersenyum saat membaca pesan yang ada di ponselnya itu, dirinya tak jadi di bagian kostum dan wardrobe. Anne dipindahkan di bagian depan sebagai penyambut tamu yang datang, hal ini dikarenakan Profesor Gilbert mendapat laporan dari Linda kalau Anne sakit. Namun karena posisinya sangat mudah, ia tak bisa mendapatkan nilai sempurna seperti teman-temannya yang lain. Dan Anne tak mempermasalahkan itu, yang penting baginya masih bisa berpartisipasi dalam acara yang diadakan dua hari lagi itu.     

Dan sebagai penerima tamu Anne tak perlu berlatih seperti teman-teman yang lain, ia hanya perlu menyiapkan buku tamu dan sebuah alat tulis aja untuk digunakan oleh para tamu yang akan hadir. Karena musik klasik yang diputar oleh Anne sangat menenangkan suara dengkuran halus dari Aaron pun terdengar, rupanya Aaron benar-benar sangat pulas tidurnya. Melihat Aaron tidur akhirnya Anne meraih sebuah bantal yang ada di sofa lainnya, ia lalu bersandar pada dinding di dekat tempatnya duduk saat ini. Tak lama kemudian Anne juga akhirnya tertidur pulas, sama-sama baru saja mendapatkan perawatan di rumah sakit tadi malam membuat keduanya masih banyak membutuhkan waktu untuk beristirahat.     

UAL     

Hari ini jack terlihat datang ke kampus UAL, ia diundang oleh Profesor Gilbert untuk melihat jalannya latihan para mahasiswa dalam rangka persiapan untuk melakukan pertunjukan.     

"Iya Tuan, jadi daftar pemainnya ada semuanya di starter kit yang anda pegang itu," jawab Profesor Gilbert dengan cepat menjawab pertanyaan Jack.     

"Berapa orang total mahasiswa yang diikutsertakan dalam acara kali ini Prof?" tanya Jack kembali sambil membaca stater kit yang ia pegang.     

"Total ada sekitar delapan tujuh puluh orang Tuan, acara ini terdiri dari gabungan tiga kelas Tuan. Dari kelas musik, design gratis dan fashion designer," jawab profesor Gilbert singkat.     

Jack menganggukan kepalanya perlahan mendengar perkataan Profesor Gilbert, ia lalu meletakkan stater kit yang ia pegang di atas meja kembali. Dari panggung para mahasiswi dapat melihat sosok Jack yang sedang duduk disebuah kursi bersama Profesor Gilbert, mereka nampak terpesona dengan sosok Jack yang ternyata tak kalah tampan dari CEO Connery Corporation yang sudah mereka lihat sebelumnya.     

"Aku yakin dia pasti pernah kaya," celetuk salah satu anak buah Isabel sambil tak melepaskan pandangannya dari Jack.     

"Sepertinya dia adalah salah satu bos besar dari perusahaan yang akan datang besok dalam acara puncak," jawab Isabel sambil tersenyum.     

"Kali memang begitu itu artinya kampus kita akan didatangi para CEO tampan yang kaya raya," sahut beberapa anak buah Isabel yang lain penuh semangat.     

Mendengar perkataan para anak buahnya membuat Isabel tersenyum, ia berusaha mencari tau sosok pria tampan yang tak jauh dari tempatnya berada saat ini. Sebagai salah satu gadis paling populer di kampus Isabel memiliki kriteria khusus untuk calon kekasihnya, jadi tak heran jika ia memiliki kemampuan lain untuk mendeteksi pria yang sedang mendekatinya itu adalah seorang pria kaya atau tidak. Ia bisa mengetahui tampilan pria itu hanya dengan sekali lihat saja, baik dari pakaian aksesoris sepatu atau gestur tubuhnya Isabel bisa menilai.     

"Sepertinya lelaki itu benar-benar orang kaya mmmmppp aku punya calon mangsa baru, Aaron Sean Connery memang sangat tampan dan kaya namun lelaki itu juga tak kalah tampan. Saat ini yang perlu aku lakukan adalah mencari tau siapa dia sebenarnya, setelah itu maka aku bisa memutuskan kepada siapa aku harus lebih fokus," ucap Isabel dalam hati sambil terus menatap ke arah Jack dengan senyum tersungging.     

Pemandangan tak jauh berbeda terlihat dari sisi yang lain, di mana Gabriella dan beberapa temannya juga sedang menatap kearah Jack. Ia rupanya juga sangat penasaran dengan sosok pria tampan yang duduk bersama dosennya itu, pakaian jas tiga lapis yang dipakai oleh Jack benar-benar mampu menghipnotis semua gadis yang ada di kampus. Pasalnya hanya pengusaha yang benar-benar ada di kalangan atas lah yang akan menggunakan pakaian sejenis Jack, karena waktu Aaron datang satu minggu yang lalu ia juga memakai setelan jas tiga lapis seperti Jack dan itu memang sudah sangat lumrah dipakai oleh para pengusaha kalangan atas.     

"Tak sia-sia aku membayar mahal untuk bisa kuliah di kampus ini, hanya di sini banyak sekali pria tampan sukses yang siap untuk dijadikan suami idaman," ucap Gabriella lirih.     

"Iya kau benar Gabriella, pria itu benar-benar gagah. Lihatlah tulang rahangnya yang sangat kuat itu, sangat maskulin sekali," imbuh Violet salah satu teman baik Gabriella.     

"Kalau begini si Edward Cole itu tak ada apa-apanya dibanding para pengusaha tampan itu," celetuk Rin saudara kembar Violet sambil terkekeh.     

Saat Gabriela dan teman-temannya berbicara secara tak sengaja Edward mendengarnya, ia yang sedang memegang sebotol cola langsung meremasnya dengan penuh emosi. Edward merasa direndahkan oleh para gadis itu, sebagai pangeran kampus Edward merasa benar-benar kehilangan muka saat ini. Pasalnya para mahasiswi yang lain nampak lebih fokus kepada pria yang baru mendatangi kampus mereka.     

"Benar-benar wanita jalang, mereka ini hanya bisa melihat penampilan fisik saja padahal belum tentu pria yang datang itu lebih kaya dari ku," ucap Edward penuh emosi sambil menenggak minuman yang baru ia beli.     

"Sabar bos, akan ada masanya mereka menangis darah atas apa yang sudah mereka lakukan kepada anda," sahut salah seorang anak buah Edward pelan mencoba untuk menenangkan Edward yang menggila.     

"Aku sangat marah saat ini Bob, mereka sangat merendahkan aku," sengit Edward kembali sembari menatap tajam ke arah Jack yang menurutnya tak lebih tampan darinya.     

"Tenang bos, tenang. Anda jangan terbawa emosi, biarkan saja para rubah betina ini tertawa puas. Setelah acara ini selesai akan kubuat mereka menangis darah dan meminta ampun padamu bos," janji Bobby dengan sungguh-sungguh, sebagai anak dua Edward cukup lama Bobby juga merasa kesal kepada para mahasiswi itu yang beraninya membandingkan Edward dengan sosok tamu yang baru datang itu.     

"Ok, aku tunggu waktu itu tiba Bob. Pastikan kau ingat semua wajah gadis itu, aku tak mau ada satupun gadis yang terlewat," desis Edward penuh kemarahan, setelah bicara seperti itu Edward kemudian turun dari panggung. Jam latihannya sudah habis, sebagai pemain piano profesional sangat mudah baginya memainkan peran. Apalagi acara ini bukan yang pertama baginya.     

Edward pergi meninggalkan kampus dengan mobil mewahnya, ia sangat kesal sekali hari ini karena merasa direndahkan oleh para gadis yang ada di kampus.     

"Fuckkk...aku adalah Edward Cole, aku adalah pewaris tunggal dari perusahaan yang menerbitkan para artis terbaik di kota ini. Berani-beraninya mereka membandingkan aku dengan pria yang baru datang itu," pekik Edward penuh emosi di dalam mobilnya.     

"Kalau aku mau, aku bisa saja menjadi pengusaha yang sukses dan digilai oleh wanita seperti pria itu. Namun aku ingin berusaha sendiri mencapai mimpiku dengan menjadi seorang pemusik handal tanpa bantuan perusahaan keluarga, tapi kalau begini ceritanya mungkin aku akan memilih jalan pintas. Aku akan meminta para manajer di perusahaan untuk mempromosikan aku secara besar-besaran dan menghentikan semua kontrak para artis rendahan yang sedang meniti karir di perusahaanku itu," ucap Edward berapi-api, ia benar-benar sangat tersinggung dibanding-bandingkan.     

Dengan menambah kecepatan mobilnya Edward memutar arah setirnya menuju ke perusahaan keluarganya yang jaraknya tak begitu jauh dari kampus, kini ia berniat untuk melakukan apa yang dulu pernah ditawarkan oleh sang ayah yaitu menjadi artis eksklusif dari perusahaan dan menggunakan nama besar perusahaan untuk membesarkannya. Ia tak peduli disebut sebagai artis yang memanfaatkan nama besar keluarga, yang ada dalam pikiran Edward saat ini adalah ia harus menjadi seorang pemusik handal yang dikenal oleh semua orang untuk membungkam mulut para gadis yang sudah merendahkannya itu. Walaupun sebenarnya apa yang dikatakan para gadis itu tidak masuk dalam kategori merendahkannya, namun bagi seorang Edward dibanding-bandingkan dengan pria lain adalah sebuah penghinaan.     

Sementara itu si bandara London nampak beberapa orang pria berpakaian serba hitam sedang mengawal sepasang suami istri yang baru turun dari pesawat jet pribadi mereka, setelah melakukan penerbangan dari Jerman. Mereka adalah Leonardo Ganke dan sang istri Stefani Ganke yang akan ikut serta dalam acara tahunan kampus UAL.     

Leon mendapatkan undangan dari salah satu rektor yang ada di kampus seni itu, sebagai seorang pengusaha yang terkenal di Jerman ia mendapatkan kesempatan untuk turut andil dalam acara seperti ini. Apalagi perusahaannya adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam dunia animasi dimana banyak sekali film-film kartun berkualitas tinggi yang dihasilkan oleh perusahaannya, oleh karena itu ia tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mencari bakat-bakat baru yang bisa ia rekrut ke dalam perusahaannya.     

"Kita benar-benar hanya sebentar bukan sayang," tanya Steffi untuk yang kesekian kalinya pada Leon saat mereka sudah ada di dalam mobil menuju hotel.     

"Iya kita hanya sebentar besok, malam kita juga sudah kembali lagi ke Jerman. Aku harus menghadiri acara ini untuk mencari bakat-bakat baru dalam dunia animasi yang bisa aku ajak bergabung di dalam perusahaan kita," jawab Leon sambil tersenyum.     

"Syukurlah kalau begitu, aku merasa sangat tidak nyaman sekali saat menyentuhkan kakiku di negara ini. Sebuah rasa yang tak pernah aku rasakan sebelumnya sayang," ucap Steffi lirih.     

"Apa maksudmu sayang?" tanya Leon bingung.     

"Entahlah aku juga tidak tau, yang pasti perasaanku ini sangat berbeda sekali dengan saat kita bepergian di negara lain. Rasanya tadi ketika aku menginjak kaki di tanah Inggris aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa akan ada peristiwa besar yang terjadi tapi aku juga tidak tahu apa itu Leon," jawab Steffi dengan suara parau sambil bersandar di lengan kekar Leon.     

"Jangan berpikir macam-macam, tenang saja. Ada aku disampingmu, semuanya akan baik-baik saja," sahut Leon lembut mencoba untuk menenangkan sang istri.     

Steffani menganggukan kepalanya perlahan mendengar perkataan sang suami, ia kembali mengeratkan pelukannya di lengan Leon seolah sedang menjaga Leon agar tak pergi darinya. Steffani merasa takut tanpa sebab dan hal ini baru ia rasakan setelah dua tahun ada disamping Leon pasca ia bisa menyingkirkan sahabat baiknya si Marianne buruk rupa.     

"Leon adalah milikku, milik Steffi. Aku tak boleh kehilangan Leon, dia adalah segalanya bagiku. Aku tak mau miskin lagi, aku tak mau jadi wanita rendahan lagi. Aku sudah sangat keras berusaha untuk ada di posisiku sekarang...ya Leon adalah milikku," ucap Steffani ketakutan, ia benar-benar tak tenang ada di London.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.