I'LL Teach You Marianne

First kiss



First kiss

0Anne membuka kedua matanya lebar-lebar saat Aaron mendaratkan sebuah ciuman di bibirnya secara tiba-tiba, Anne yang belum pernah berciuman sepanjang hidupnya langsung berusaha mendorong tubuh Aaron agar menjauh darinya. Namun usahanya itu sia-sia, pasalnya kedua tangannya kini justru di kunci oleh Aaron saat ini di atas kepalanya.     

Jangankan dicium di bibir seperti ini oleh Aaron, sebuah kecupan kecil di kening saja tak pernah Anne dapatkan dari orang lain kecuali kedua orangtuanya ketika mereka masih hidup. Jadi wajar kalau saat ini Anne sangat bingung, jantungnya berdetak sangat kencang dengan nafas tersengal-sengal. Ia tak bisa bernafas dicium oleh Aaron, padahal sebenarnya ciuman yang diberikan Aaron adalah ciuman lembut saja. Ia hanya menghisap bibir Anne secara perlahan bergantian antara bibir atas dan bibir bawahnya tanpa memainkan lidahnya, namun tetap saja Anne tak bisa bernafas. Aaron yang belum menyadari kalau Anne tak bisa bernafas masih asik menyesap bibir tipis Anne yang tak terpulas lipstik, ia baru menyadari kalau Anne dalam kondisi yang tak baik setelah mengeliat-liat mencoba untuk melepaskan diri dengan kedua kaki yang bergerak naik turun.     

Aaron langsung menarik bibirnya dari bibir Anne dan menatapnya tanpa berkedip, dengan wajah yang berwarna merah Anne membuka mulutnya lebar-lebar berusaha untuk memasukkan oksigen sebanyak-banyaknya kedalam paru-parunya yang terasa sudah kering kerontang pasca ia tak bernafas selama hampir dua menit saat Aaron menciumnya.     

"Kau kenapa Anne?" tanya Aaron bingung.      

Bug! Anne mendaratkan sebuah pukulan di dada Aaron dengan sedikit bertenaga sehingga membuat Aaron memekik kesakitan.     

"K-kau jahat, kau mau membunuhku," jawab Anne terbata-bata sambil terus berusaha memasukkan oksigen kedalam dirinya.     

Deg.      

Aaron terdiam mendengar perkataan Anne, ia lalu mengamati Anne tanpa berkedip dari ujung kepalanya sampai ujung kakinya.     

"Kau belum pernah berciuman Anne?"tanya Aaron lirih.     

Mendengar perkataan Aaron membuat Anne menutup mulutnya dengan cepat, saat tersipu malu seperti itu Anne terlihat makin cantik. Kedua pipinya bersemu merah di dekat tulang pipi dan sikap Anne yang salah tingkah membuatnya semakin menggemaskan.     

"Jawab Anne kau belum pernah berciuman?" tanya Aaron kembali.     

"Tentu saja sudah, ayah dan ibuku sering menciumku sewaktu aku kecil," jawab Anne dengan cepat.     

"Bukan dari kedua orang tuamu akan tetapi dari lawan jenis, dari seorang pria. Apakah kau .."     

"J-jangan bahas itu, aku yang seharusnya bertanya padamu. Kenapa kau mendapatkan infus?" tanya Anne terbata dengan cepat memotong perkataan Aaron.     

"Jawab dulu pertanyaanku tadi, kenapa kau mendapatkan infus," imbuh Anne kembali menegaskan perkataannya.     

Aaron menipiskan bibirnya mendengar perkataan Anne, ia lalu duduk dengan baik dihadapan Anne kemudian mengatakan apa yang sebenarnya sudah terjadi pada Anne. Ia berusaha menepati janji yang ia buat sendiri pada Anne untuk tak menyimpan rahasia, tak lama setelah Aaron bercerita Anne menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya. Ia tak percaya kalau Aaron juga sakit, bahkan sakitnya justru lebih berbahaya daripada dirinya yang hanya sakit flu biasa.      

"Kalau kau punya maag yang sudah kronis seperti itu, lalu kenapa tidak makan tepat waktu?" tanya Anne lirih dengan kedua mata berkaca-kaca.     

"Aku terlalu bersemangat seharian kemarin saat akan datang ke apartemenmu sehingga lupa makan dari pagi, sampai akhirnya saat malam kau justru sakit bukan. Mana bisa aku makan disaat kau sedang sakit seperti itu Anne," jawab Aaron pelan sambil tersenyum.      

"Bodoh... laki-laki bodoh, kenapa kau seceroboh ini Aaron. Maag bukanlah sebuah penyakit yang bisa dianggap enteng, apalagi maag kronis seperti yang kau derita itu. Jangan bilang kalau lambungmu sudah terluka Aaron...lambungmu tak ada masalah bukan…"     

"Heii heiii jangan panik seperti itu, aku baik-baik saja. Ini hanya maag biasa saja, lambungku juga baik-baik saja. Jadi kau tak usah khawatir," ucap Aaron lembut mencoba untuk menenangkan Anne yang panik.     

Anne langsung terdiam beberapa saat, ia lalu menatap tajam Aaron tanpa berkedip selama hampir dua menit. Setelah itu Anne bangun dari sofa dan berjalan menuju pantry, tak lama kemudian terdengar suara Anne menyalakan kompor listriknya. Rupanya Anne sedang membuat bubur jagung untuk Aaron, ia mencampurnya dengan ayam. Saat Anne masak aromanya langsung menyebar memenuhi apartemennya dan membuat Aaron langsung bereaksi, ia yang sebelumnya diminta Anne untuk diam saja dan duduk yang baik disofa tak bisa menahan dirinya lagi. Dengan jalan berjingkat Aron menuju pantry dimana Anne sedang mengaduk bubur jagung untuk Aaron.      

Saat menyadari Aaron sudah berdiri di dekatnya Anne hanya memberikan tatapan tajam tanpa berbicara apa-apa, dalam diamnya itu Anne seolah sedang memerintahkan Aaron untuk kembali duduk di sofa. Karena tak mendapatkan sambutan hangat dari Anne akhirnya Aaron memutuskan untuk kembali duduk di sofa dan menunggu Anne menyelesaikan pekerjaannya, karena jenuh Aaron akhirnya mengeluarkan ponselnya. Ia lalu mengirimkan pesan kepada Daniel sang asisten pribadi, ia lupa belum memberitahukan kondisinya kepada Daniel.      

Tring...tring...tringg…     

Sebuah video call dari Daniel langsung masuk begitu Aaron mengirimkan pesan kepadanya.     

"Yup," jawab Aaron pelan saat sudah tersambung dengan Daniel.     

"Bagaimana kondisimu Tuan?"      

"Bukankah sudah lama sekali sakitmu itu tidak kambuh, lalu sekarang kau ada dimana Tuan?"     

"Sepertinya kau sedang tidak ada di rumahmu atau di rumah sakit sekarang, kirimkan aku alamatnya biar aku langsung menyusulmu sekarang juga Tuan,"     

Aaron hanya tersenyum mendapatkan berondongan pertanyaan dari Daniel, dengan perlahan Aaron mulai menjawab pertanyaan dari Daniel satu persatu. Karena Aaron berbicara dengan pelan Anne yang sedang ada di pantry tak bisa mendengarkan apa yang dikatakan oleh Aaron, ia sendiri langsung konsentrasi masak begitu Aaron mendapatkan telepon dari seseorang. Anne tak mau mengganggu aktivitas Aaron, ia masih kesal dan merasa bersalah atas apa yang sudah menimpa Aaron. Anne merasa sakitnya Aaron karena dirinya, seandainya tadi malam Aaron tak mengantarnya ke rumah sakit mungkin saja Aaron tak akan lupa makan yang akhirnya menyebabkan dirinya telat makan dan kembali memicu sakit maagnya kambuh kembali.     

Tak lama kemudian bubur buatan Anne selesai, ia sudah menambahkan beberapa batang asparagus di bibir buatannya sehingga saat ini masalahnya semakin harum dan menggugah selera. Dengan perlahan Anne mengambil beberapa sendok bubur kedalam mangkuk yang sudah ia letakkan di atas nampan, setelah membersihkan pinggiran mangkuk dari lelehan bubur Anne lalu membawanya menuju sofa dimana Aaron masih sibuk dengan ponselnya. Walaupun ia sudah mengakhiri percakapannya dengan Daniel namun Aaron masih harus mengirimkan beberapa file penting pada Daniel yang harus diselesaikan hari ini, pasalnya Aaron sudah memutuskan untuk tak pergi kekantor hari ini. Ia masih belum puas menghabiskan waktunya bersama Anne, tanpa Anne tau Aaron juga sudah meminta anak buahnya untuk mengirimkan pakaian ganti untuknya. Mungkin dalam waktu lima belas menit lagi pakaian gantinya itu akan tiba di apartemen Anne.     

"Letakkan ponselnya lalu makan dulu buburnya, perutmu akan terasa lebih baik," ucap Anne pelan.     

"Aku masih harus menyelesaikan beberapa laporan Anne, kau tau sendiri bukan sebagai pekerja kita tak boleh lalai pada tugas utama. Aku tak mau atasanku marah," jawab Aaron asal bicara tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.     

"Iya aku tau, bekerja dengan orang itu tidak mudah. Tapi kau harus makan dulu Aaron, cara terbaik dan termudah untuk menyembuhkan sakit maag adalah dengan makan teratur. Tidak sekaligus banyak akan tetapi sedikit demi sedikit saja supaya perut terisi, dengan itu lambungmu tak akan bekerja lebih ekstra lagi untuk mencerna makanan yang tersisa di lambung," sahut Anne kembali dengan lembut.     

Mendengar perkataan Anne membuat Aaron langsung menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah Anne tanpa bicara dalam waktu yang lama, namun tiba-tiba Aaron membuka mulutnya lebar-lebar dan membuat Anne bingung.     

"Apa?"tanya Anne pelan, ia tak mengerti kenapa tiba-tiba Aaron membuka mulutnya.     

"Suapi aku," jawab Aaron singkat.     

"What..bagaimana bisa aku melakukan itu, ka-kau kan bisa melakukannya sendiri Aaron," sahut Anne dengan suara meninggi.     

"Aku masih harus mengirimkan beberapa file penting Anne, aku tak bisa makan di waktu yang sama. Tanganku hanya ada dua Anne," ucap Aaron memelas disertai tatapan penuh harap.     

Karena merasa masih bersalah kepada Aaron, akhirnya Anne menuruti permintaannya. Dengan perlahan Anne mengambil bubur buatannya dengan menggunakan sendok yang sudah ia siapkan sebelumnya, dengan perlahan Anne lalu mengarahkannya ke mulut Aaron. Aaron pun langsung melahap bubur yang ada di hadapannya dengan cepat, ia lalu kembali meraih ponselnya dan melanjutkan kembali pekerjaannya.      

Akhirnya setelah menyuapi Aron selama hampir 10 menit bubur buatannya sudah habis, Anne tersenyum melihat Aaron memiliki sisa makanan di bibirnya. Tanpa sungkan Anne meraih selembar tissue dan menyeka bekas makanan yang ada di bibir Aaron dengan perlahan, Aaron yang masih bergulat dengan ponselnya langsung terperanjat ketika Anne menyentuh wajahnya. Detak jantungnya terasa semakin cepat saat Anne melakukan itu kepada dirinya. Menyadari kalau Aaron menatapnya tanpa berkedip Anne lalu menjauhkan tangannya dari wajah Aaron ia lalu bangun dari sofa dan melangkahkan kakinya menuju pantry untuk mendinginkan tubuhnya, berada di dekat Aaron membuatnya merasa panas tanpa sebab padahal AC dalam apartemennya sudah dingin.     

Tak begitu lama kemudian terdengar suara bel di pintu kamar Anne, dengan cepat Anne berlari menuju pintu untuk mencari tau siapa yang datang. Ia sempat terkejut saat melihat seorang pria tampan berpakaian serba hitam membawa sebuah tas kecil dan langsung memberikannya tanpa bicara apapun kecuali menyebut nama Aaron, walaupun bingung Anne akhirnya menerima tas itu dan membawanya masuk.      

"Wah sudah sampai rupanya, ternyata dia lebih cepat dari dugaanku," ucap Aaron dengan keras saat melihat Anne membawa tas yang berisi baju bersih untuknya, Aaron yakin itu adalah pakaian gantinya karena ia hafal sekali dengan tas yang digunakan untuk membawa pakaian gantinya.     

"Kau tau ini untukmu?"tanya Anne bingung.     

"Tentu saja, itu tasku. Isinya pun pakaian gantiku Anne, hari ini aku memutuskan untuk tetap ada di apartemenmu. Jadi aku meminta beberapa orang untuk mengirimkan pakaian bersih untukku, oh ya apa kau punya handuk bersih? aku harus mandi sekarang juga," jawab Aaron dengan cepat sambil meraih tas yang ada ditangan Anne.     

"Ka-kau mau mandi disini lalu memakai handukku juga?" tanya Anne terbata-bata.     

"Iya Anne, cepat ambilkan handuk bersih atau aku akan keluar dari kamar mandi tanpa menggunakan handuk dan mencarinya sendiri ke lemarimu yang ada di…"     

"Jangaaannn..jangan gila Aaron, aku akan ambilkan tunggu dulu!!!" jerit Anne panik sambil berlari menuju lantai dua dimana lemari pakaiannya berada.     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.