I'LL Teach You Marianne

Program akhir semester



Program akhir semester

0Nyonya Delila dan Nyonya Riley terkejut bukan kepalang saat mendengar perkataan Anne yang mengaku kalau dirinya masih perawan, mereka berdua pun sempat saling pandang satu sama lain selama beberapa detik sebelum akhirnya mengarahkan pandangannya lagi ke Anne yang sedang menunduk.     

"Mungkin tidak ada yang percaya kalau sampai saat ini aku masih perawan tapi itu adalah fakta, saat menikah dengan Leon aku belum pernah berhubungan atau memiliki jalinan kasih dengan laki-laki manapun. Saat itu aku adalah seorang gadis miskin yang tidak punya apa-apa, jangankan untuk membeli makeup dan baju yang bagus untuk makan sehari-hari saja aku harus berusaha sangat keras mencari pekerjaan tambahan sana-sini. Jadi penampilanku dulu mungkin bahkan jauh lebih buruk dari apapun yang ada di dunia ini dan tak menarik sama sekali di mata pria, namun aku bersyukur akan itu. Karena dengan itu aku bisa menjaga kesucianku sampai saat ini bahkan setelah aku menyandang status janda dari Leon," ucap Anne pelan sambil mencoba tersenyum.     

"Darling...kau harus banyak bersyukur pada Tuhan yang menjagamu dengan cara indahNYA, mungkin kalau dulu kau secantik ini akan lain ceritanya sayang," sahut Nyonya Delila lembut.     

"Iya darling, cara Tuhan sangat indah menjagamu. Walaupun Dia mengambil kedua orang tuamu saat kau masih membutuhkan mereka namun Dia menjagamu dengan sangat baik. Bahkan kau kini menjadi gadis yang spesial sayang, hanya bisa dihitung jari untuk gadis seusiamu yang secantik ini masih perawan. Kau harus bersyukur akan hal itu sayang, seperti yang aku katakan tadi. Semua yang terjadi di masa lalu pasti ada hal penting yang bisa kita ambil manfaatnya," imbuh nyonya Riley menimpali perkataan nyonya Delila.     

"Iya Nyonya aku juga sangat bersyukur pada tuhan karena menjaga aku dengan sangat baik, bahkan aku diberikan malaikat-malaikat tak bersayap yang menyayangiku," jawab Anne pelan mengingat nyonya Chaterine sang nenek kandung Leon.     

"Dan ingat sayang apa yang kau miliki ini sangatlah berharga, berikan kesetiaan dan tanda bukti cintamu itu kepada seorang pria yang benar-benar melihat dirimu dengan tulus. Seorang pria yang mencintaimu bukan karena apa yang terlihat diwajahmu ataupun kemolekan tubuhmu, akan tetapi karena ia benar-benar mencintai dirimu dengan semua kekuranganmu sayang," ucap nyonya Delila lembut.     

Anne menganggukkan kepalanya perlahan merespon perkataan Nyonya Delila, ia kemudian memeluk kedua wanita paruh baya yang ada di hadapannya itu dengan lembut. Bunyi alarm dari mesin cuci yang dipakai Anne untuk mencuci seprai akhirnya membuat Anne harus melepaskan pelukan dari nyonya Delila dan nyonya Riley, ia pun beranjak pergi ke arah mesin cucinya untuk mengeringkan cuciannya sebelum ia serahkan pada nyonya Riley untuk di vacum sebelum ia bawa pulang.     

"Benar-benar gadis istimewa," ucap nyonya Riley pelan sambil menatap Anne yang sibuk mengeluarkan seprei dari mesin cuci untuk dimasukkan ke mesin pengering.     

"Iya, dia benar-benar luar biasa," sahut nyonya Delila sambil tersenyum.     

"Semoga Tuhan menjaganya sampai dia menemukan pria yang tepat," imbuh nyonya Riley berdoa untuk Anne.     

"Amin, Tuhan pasti juga tak akan rela gadis seperti itu mendapatkan pria yang buruk. Aku yakin Tuhan pasti akan mempertemukannya dengan pria yang baik dan bisa menjaganya," jawab nyonya Delila kembali.     

Nyonya Riley menganggukan kepalanya perlahan mendengar perkataan nyonya Delila, ia benar-benar sangat takjup pada Anne. Dari pertemuan pertama dengan Anne beberapa minggu yang lalu entah mengapa ia mempunyai perasaan lain pada gadis itu dan ternyata tebakannya benar. Anne benar-benar seorang gadis yang sangat baik, seorang gadis yang benar-benar masih gadis.     

Tak lama kemudian Anne pun selesai dengan pekerjaannya, seprai yang ia cuci sudah di vacum oleh nyonya Riley. Karena hari sudah mulai siang dan pengunjung laundry makin banyak Anne akhirnya meninggalkan laundry koin milik nyonya Delila dan nyonya Riley untuk pergi ke kampus, saat sampai dikampus area parkir sudah penuh dan Anne pun harus memarkirkan mobilnya lebih jauh ke dalam. Area dimana jarang ada yang menggunakan karena jaraknya yang jauh dari pintu keluar.     

"Thanks God, masih ada waktu lima belas menit lagi sebelum kelas dimulai," ucap Anne penuh syukur saat melihat jam besar yang ada di area lapangan kampus.     

Drrrttt     

Drrrttt     

Ponsel Anne yang ada di dalam tas berdering dengan keras sehingga membuat Anne harus mengangkatnya, senyumnya mengembang saat melihat nama Linda muncul di layar ponsel pintarnya.     

"Yes Lin…"     

"Heiii dimana kau, sebentar lagi kelas dimulai Anne!!!" pekik Linda dengan keras saat Anne mengangkat panggilannya.     

"Aku sudah dikampus Linda, ini sedang berjalan ke kelas," jawab Anne pelan sambil menyentuh telinganya yang terasa sakit karena teriakan Linda yang memekakkan telinganya.     

"Kau serius kan?! jangan bergurau Anne cepatlah datang ke kelas kalau kau memang di kampus," ucap Linda dengan suara meninggi.     

"Ya Tuhan Linda, kalau kau bicara dengan nada seperti itu terus lama-lama telingaku bisa sakit. Aku benar-benar dikampus, aku baru sampai. Tadi aku mampir ke tempat laundry makanya lama, ya sudah aku tutup panggilanku. Aku sedang berjalan menuju kelas," sahut Anne kembali sesaat sebelum ia menutup panggilan teleponnya, setelah mematikan ponselnya Anne mempercepat langkah kakinya menuju ruang kelas karena pelajaran akan segera dimulai.     

Mahasiswa lainnya pun nampak sudah banyak yang mulai memasuki ruang kelasnya masing-masing, melihat itu Anne akhirnya memilih berlari karena ia tak mau terlambat. UAL memang terkenal sangat disiplin dalam mendidik para mahasiswa dan mahasiswinya, para dosen tak akan segan menghukum siswa yang telat. Oleh karena itu Anne tak mau mendapatkan masalah lagi, baginya berurusan dengan nyonya Martha kemarin sudah cukup membuatnya pusing. Anne tak mau mengulangi kejadian serupa dengan dosen lain, setelah berlari Anne akhirnya sampai di kelas. Teman sekelasnya pun langsung menoleh ke arah Anne yang baru datang, Linda yang sudah menyiapkan kursi untuknya langsung melambaikan tangan kepadanya penuh semangat. Melihat itu Anne hanya bisa tersenyum, ia pun berjalan menuju ke kursinya yang sudah disiapkan Linda.     

"Thank you my love," ucap Anne pelan sambil duduk di kursinya dengan perlahan.     

"Your welcome my baby," jawab Linda tak kalah dramatis menjawab perkataan Anne.     

"Stop Linda, aku masih normal," sahut Anne dengan suara meninggi, ia merasa risih melihat ekspresi wajah Linda.     

Linda tertawa mendengar perkataan Anne,ia sudah bisa menebak kalau Anne pasti akan marah padanya kalau ia berbuat seperti itu. Tak lama kemudian tawa Linda akhirnya terhenti saat sang dosen yang akan mengisi mata kuliah sudah mulai memasuki kelas, suasana kelas pun langsung hening seketika menyambut sang dosen. namun keadaan itu tak berlangsung lama karena tiba-tiba dari arah pintu muncul para mahasiswa dari jurusan musik, mereka masuk ke dalam kelas dipimpin oleh Edward Cole.     

"Oh iya anak-anak hari ini kita tak akan belajar seperti biasa, hari ini adalah kelas spesial dimana kita kali ini akan belajar bersama dengan jurusan musik. Dalam rangka menyambut acara tahunan kampus maka akan diadakan pertunjukan yang melibatkan semua mahasiswa dan mahasiswi kampus kita, karenanya hari ini kita akan membahas program itu bersama rekan-rekan jurusan musik dan kurusnya design grafis yang sebentar lagi akan bergabung dengan kelas kita," ucap profesor Gilbert lantang.     

"Tapi prof, memangnya ruang kelas kita cukup untuk anak-anak jurusan design grafis juga? sementara kalau anak-anak jurusan musik ikut bergabung dengan kami saja akan sangat sempit sekali Prof. Lalu bagaimana kalau anak-anak jurusan desain grafis ikut bergabung juga?" tanya Gabriela sang mahasiswi paling modis di kelas Anne, ia tak suka ada mahasiswi design grafis bergabung karena ia bermusuhan dengan Isabel sang primadona jurusan design grafis.     

Profesor Gilbert tertawa mendengar perkataan Gabriela, ia lalu berjalan menuju ke bagian pojok paling belakang dan terlihat membuka sebuah kunci yang terpasang di bagian paling belakang. Ternyata dinding di paling belakang kelas di fashion design terbuat dari sebuah dinding yang bisa di digeser seperti dinding-dinding milik orang Jepang, yang membuat kelas yang ada di disamping ruangan desain grafis terbuka lebar. Sehingga saat ini ruangan fashion design menjadi sangat luas karena dua kelas digabung menjadi satu.     

"Problem solve, jadi anak-anak desain grafis bisa bergabung dengan kita. Jadi tak ada masalah lagi bukan," jawab Profesor Gilbert dengan cepat.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.