I'LL Teach You Marianne

du är min



du är min

0Erick yang sedang meeting nampak terkejut ketika melihat ada sebuah nomor tanpa nama yang menghubunginya, karena nomor itu tak ia kenal akhirnya Erick mengabaikannya. Namun karena nomor itu terus menghubunginya, akhirnya Erick menyerah. Ia lalu bangun dan keluar dari ruangan meeting itu untuk menerima telepon yang masuk itu, kedua matanya langsung membulat sempurna ketika mendengar suara Jack di ujung telepon.      

"Baik Tuan, saya akan minta para pengawal di rumah menyiapkan semuanya. Ok saya mengerti, kalau begitu saya akan menghubungi pelayan di rumah terlebih dahulu." Erick bicara dengan cepat saat Jack sudah mengutarakan maksudnya menghubungi Erick.      

Tak lama kemudian sambungan teleponnya pun terputus dengan Jack, Erick lalu menghubungi para pelayan di rumah untuk menyiapkan pakaian bersih untuk sang tuan. Setelah menjelaskan dengan detail pada para pelayan Erick lalu menelpon pengawal pribadi Jack yang memang standby di rumah.     

"Aku akan kirimkan alamatnya pada kalian, segera setelah para pelayan merapikan pakaian untuk Tuan kalian berangkat," ucap Erick dengan serius.     

"Baik Tuan, kami mengerti. Kami akan bersiap terlebih dahulu," jawab Edo sang pengawal pribadi yang bertugas di rumah dengan patuh.     

"Ok Edo, aku akan mengirimkan alamatnya sekarang." Erick bicara dengan singkat, tak lama kemudian ia mematikan panggilannya pada Edo. Ia kemudian mengirimkan alamat Anne yang sudah dikirimkan oleh Jack sebelumnya.      

Setelah mengirimkan alamat Anne pada Edo di rumah, Erick nampak menyeka keringat dingin yang keluar dari keningnya. Ia terlihat tegang namun lega karena sudah mengetahui keberadaan sang tuan yang ternyata ada di apartemen Anne. Setelah tugasnya selesai Erick lalu masuk kembali ke ruang meeting untuk melanjutkan meeting yang sempat tertunda, ia terlihat lebih bersemangat saat ini.      

Sementara itu Jack yang sudah selesai bicara dengan Erick sejak tadi nampak dengan santai menonton acara ulasan sepak bola, ia duduk di sofa tanpa menghiraukan Anne yang terlihat marah.      

"Jam berapa orangmu datang?"tanya Anne kembali untuk yang kesekian kali.     

"Mana aku tau Anne, aku bukan paranormal yang bisa mengetahui apapun," jawab Jack asal bicara.     

"Aku harus berangkat ke toko bunga Jack dan kau tak bisa terus di apartemenku," ucap Anne ketus.     

"Lalu apa maumu Anne? Kau mau mengantar aku pulang? Ok, aku dengan senang hati menerima niat baikmu itu," sahut Jack dengan cepat.      

"Ma-mana mungkin aku mengantarmu pulang, dibawah banyak orang. Mau diletakkan dimana wajahku," sengit Anne ketus.     

Senyum tipis kembali tersungging diwajah Jack, saat akan menggoda Anne kembali tiba-tiba ia mengingat tentang keberadaan Aaron kemarin. Raut wajah Jack pun langsung berubah saat mengingat Aaron.     

"Kenapa kau sepanik itu memintaku segera keluar dari apartemenmu Anne, apa akan ada orang lain yang datang?"tanya Jack dingin.     

"Orang lain yang datang bagaimana? Aku harus pergi ke toko bunga Jack, hari sudah semakin siang. Aku tak mungkin membiarkan Linda sendirian di toko bunga, dia belum terlalu mahir melayani pembeli, dia juga belum bisa merangkai bunga. Jadi aku harus segera sampai di toko," jawab Anne jujur.     

"Benarkah itu alasan utamamu? Bukan karena ada pria lain yang sudah datang ke apartemenmu selain aku?" tanya Jack kembali.     

"Pria lain selain…"     

Ting     

Ting     

Bunyi bel di pintu membuat Anne tak dapat menyelesaikan perkataannya, ia langsung berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.      

"Apa anda Nona Anne?"tanya seorang pria berpakaian serba hitam yang berdiri tepat didepan Anne dengan ramah.     

"Iya aku Anne, ada apa?"tanya balik Anne sedikit takut, ditatap oleh empat pria berpakaian serba hitam seperti itu membuatnya terintimidasi.     

"Kami kemari karena ingin…"     

"Masuklah Edo, berikan padaku apa yang aku bawa." Suara lantang dari Jack tiba-tiba terdengar dari dalam sehingga membuat pria bernama Edo yang berdiri dihadapan Anne tak dapat menyelesaikan perkataannya.     

"Baik Tuan, maaf permisi Nona. Saya harus memberikan apa yang saya bawa kepada Tuan,"ucap Edo dengan cepat.     

Tanpa bicara Anne lalu bergeser kesamping dan memberikan jalan kepada Edo untuk masuk ke dalam apartemennya, setelah Edo masuk tiga pria lainnya pun terlihat mengikuti langkah Edo. Mereka hanya menundukkan kepalanya kepada Anne yang berdiri di depan pintu tanpa berbicara apa-apa.     

"Maaf tuan sudah membuat anda menunggu lama," ucap Edo pelan sambil memberikan kantong kertas berisi pakaian bersih untuk Jack     

"No Edo, kau datang tepat waktu tepat waktu sekali," jawab Jack dengan ketus sambil melirik tajam kearah Anne yang sudah bergabung bersama mereka.      

Anne yang tak mengerti dengan arti tatapan tajam dari Jack hanya bisa diam, ia merasa bingung kenapa Jack menatapnya seperti itu padahal sebelumnya tidak terjadi pertengkaran diantara mereka berdua. Suasana hening pun terjadi saat Jack memakai pakaian didalam kamar mandi, Anne yang sungkan berbicara dengan orang asing hanya bisa diam sambil menatap ke arah kamar mandi dan berharap Jack segera keluar. Sementara itu keempat pengawal pribadi Jack yang terlalu sopan tak berani mengajak Anne bicara, mereka hanya diam menunggu sang tuan berganti pakaian.     

Setelah sepuluh menit berlalu Jack akhirnya keluar dari kamar mandi, ia terlihat gagah dengan memakai baju tiga lapis yang pas ditubuhnya. Seolah pakaian itu memang dibuat khusus untuk dirinya, rambutnya pun sudah disisir rapi dan diatur dengan pomade. Wangi dari parfum yang dipakai oleh Jack menyeruak dan langsung menyebar di seluruh kamar Anne, mencium wangi parfum Jack membuat Anne merasa nyaman.      

"Bawa ini pulang dan tunggu aku dibawah, aku masih memiliki sedikit urusan disini," ucap Jack pelan pada Edo yang berdiri tepat disamping kamar mandi sambil mengulurkan kantong kertas pada Edo.     

"Baik Tuan, saya mengerti,"jawab Edo singkat.      

Setelah berkata seperti itu Edo kemudian berjalan menuju pintu keluar diikuti oleh ketiga orang temannya, mereka pergi dan meninggalkan Jack bersama Anne kembali di dalam apartemen.     

"Kenapa kau tak ikut pergi bersama anak buahmu Jack?"tanya Anne bingung.     

Mendengar perkataan dari Anne membuat Jack kembali tersulut emosi, ia lalu berjalan mendekati Anne dengan tatapan tajam penuh intimidasi. Merasa bahaya sedang mengintai secara tak sadar Anne melangkah mundur kebelakang, sampai akhirnya ia membentur dinding dan tak bisa kemana-mana lagi karena Jack sudah berada persis dihadapannya. Melihat Anne tak bisa bergerak lagi Jack mengangkat tangannya keudara namun hal tak terduga terjadi, tiba-tiba saja Anne langsung jatuh merosot kebawah sambil menutup wajahnya.      

"Jangan pukul, aku takut sakit," isak Anne lirih dengan suara yang hampir tak terdengar.     

Karena Anne berlutut Jack pun akhirnya mengikuti apa yang sedang Anne lakukan, ia berlutut tepat dihadapan Anne. Perlahan Jack meraih wajah Anne yang ditutup menggunakan kedua tangannya dan mengangkatnya ke atas menatap wajahnya.     

"Kau takut dipukul?"tanya Jack pelan.     

"Huum." Anne menjawab singkat perkataan Jack disertai anggukan kepala.     

"Siapa yang pernah memukulmu memangnya?"tanya Jack kembali, ia yakin Anne memiliki kenangan buruk sehingag ia bersikap seperti itu.     

Alih-alih menjawab pertanyaan dari Jack yang berada didepannya Anne justru teringat apa yang terjadi pada dirinya saat ia masih berusia delapan tahun, dimana waktu itu ia didorong dan dipukul oleh teman-temannya di gereja saat sedang pelayanan dihari minggu. Kedua mata Anne sontak berkaca-kaca menginat apa yang terjadi pada dirinya dulu, melihat Anne hampir menangis membuat Jack panik. Dengan cepat ia meraih tubuh Anne dan dipeluknya dengan erat.      

"Ok ok ok, aku tak akan bertanya lagi. Anggap aku tak bicara apa-apa Anne, sudah-sudah jangan kau pikirkan lagi," ucap Jack dengan cepat sambil mengeratkan pelukannya pada Anne.     

Anne menuruti perkataan Jack untuk tak menangis, namun nafasnya naik turun menandakan kalau ia benar-benar berusaha untuk menahan air matanya agar tak keluar. Jack yang menyadari itu lalu melepaskan pelukannya dari Anne, ia yakin Anne tak nyaman jika dipeluk seperti itu. Setelah melepaskan pelukannya dari Anne, Jack lalu merapikan rambut Anne yang acak-acakan dan menutupi wajahnya.      

"Its ok, om sorry." Jack tersenyum lembut sambil meminta maaf berkali-kali pada Anne yang berusaha menenangkan diri.      

"Jack," panggil Jack lirih.     

"Yes, ada apa?"tanya Jack dengan cepat.     

"Aku haus," jawab Anne singkat.     

Jack tersenyum mendengar perkataan Anne, dengan cepat ia bangun dari lantai dan berjalan menuju pantry. Tak lama kemudian ia kembali datang ke tempat Anne berada dengan membawa segelas air putih ditangan kanannya, ia lalu memberikannya pada Anne dengan hati-hati. Anne lalu meminum air pemberian Jack dengan cepat, ia meminum sampai habis tanpa sisa seolah baru saja lari maraton. Melihat Anne menghabiskan air yang ia bawa membuat Jack tersenyum, ia lalu menyentuh kedua lengan Anne dan memintanya untuk bangun karena merasa tak nyaman terus berlutut seperti itu dilantai.     

"Dasar cengeng, kau ini menyebalkan sekali. Kalau kau mudah menangis seperti ini jangan memancing amarah seseorang," ucap Jack pelan sambil menyeka tetesan air mata yang berhasil meloloskan diri dari pertahanan Anne.     

"Kau tadi mau memukulku, aku takut," sahut Anne singkat mencoba membela diri.     

"Yang ingin memukulmu itu siapa? Aku tidak bermaksud sedikitpun ingin memukulmu," jawab Jack jujur.     

"Ta-tapi tadi tanganmu sudah terangkat keudara, la-lalu tatapan matamu juga sangat dingin. Aku takut," ucap Anne dengan cepat mencoba mengingatkan Jack kembali apa yang sudah terjadi sebelumnya.     

Jack mengangkat satu alisnya saat mendengar perkataan Anne, ia mencoba memahami perkataan Anne. Tak lama kemudian ia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.      

"Yang ingin aku lakukan tadi adalah ini Anne," ucap Jack pelan sambil meraih wajah Anne dan melumat bibirnya dengan lahap, Anne yang tak menyangka akan dicium oleh Jack sangat kaget. Ia berusaha mendorong jack menjauh, akan tetapi kekuatannya tak sebanding dengan Jack. Alih-alih bisa mendorong Jack yang tak bergeming sedikitpun itu, Anne kini justru semakin terkunci oleh Jack. Pasalnya kaki kanan Jack sudah berada diantara kedua paha Anne yang sontak membuat Anne benar-benar tak bisa bergerak karena dikunci seperti itu oleh Jack, apalagi tangan kiri Jack sudah mencengkram kuat pinggangnya.      

"J-jaackk.."     

Suara Anne yang berusaha meminta Jack menyudahi ciuman tak berhasil keluar, Jack benar-benar memagut dalam bibir dan lidah Anne. Ia seperti ingin melahap habis Anne tanpa sisa, Jack akhirnya menyudahi ciumannya saat ia melihat wajah Anne yang memerah.      

"Haah hhaaahh k-kau jahat," sengit Anne terengah-engah, bibirnya terlihat membengkak karena sudah dihisap dengan kuat oleh Jack.     

"Ingat satu hal Anne, aku tak lama mengulang lagi perkataanku ini. Aku tak suka kau menerima pria lain di dalam apartemenmu dengan alasan apapun tanpa ijin dariku, apalagi kalau orang itu adalah Aaron Sean Connery. Jangan tanya alasannya kenapa, yang jelas aku tak suka kau berhubungan dengannya. Kau paham Anne," ucap Jack dingin.     

Deg     

Anne yang sedang menunduk langsung mengangkat wajahnya dan menatap Jack tanpa sadar saat Jack menyebut nama Aaron.      

"Kau paham Anne?"tanya Jack kembali.     

"Yes i know," jawab Anne dengan cepat tanpa sadar.     

"Good girl," sahut Jack dengan cepat sambil menyentuh bibir Anne yang memerah karena perbuatannya dengan lembut.     

Anne yang belum sepenuhnya sadar dan mengerti dengan maksud perkataan Jack masih terlihat bingung, ia berusaha mencerna kembali satu persatu kalimat yang tadi Jack ucapkan.     

"Kau milikku Anne,"bisik Jack pelan sambil mendaratkan ciuman di pipi Anne dengan lembut.     

"Jack…"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.