I'LL Teach You Marianne

Buka hatimu



Buka hatimu

0Sesampainya di hotel Leon menarik tangan Steffi menuju kamar mereka dengan sangat kasar, ia tak memperdulikan Steffi yang mengerang kesakitan. Leon sangat marah kepada Steffi yang berani datang ke kampus UAL tanpa perintahnya, pasalnya saat dirinya akan berangkat ke kampus itu ia sudah memberikan pesan kepada Steffi untuk tetap stay di hotel. Namun ternyata Steffi justru menyusulnya ke kampus dan membuat keributan di sana dengan Anne dan ini membuat sangat marah.      

"Leonnn stop tanganku sakit Leon,"      

"Leon aku mohon,"      

"Honey please, you hurt me,"     

Rintihan Steffi sama sekali tak Leon dengar, yang ada dalam pikirannya saat ini adalah ingin memberikan hukuman pada istrinya itu sekarang juga. Karena itulah ia terus menarik Steffi menuju kamar mereka yang ada di lantai delapan hotel itu tanpa bicara apa-apa, saat ada di dalam lift pun Leon tak melepaskan cengkraman tangannya dari lengan Steffi. Begitu lift berhenti Leon langsung menarik tangan Steffi kembali menuju kamar mereka yang ada di lantai delapan.      

Brukkkk     

"Akhhhh,"      

"Aku sudah bilang padamu Steffi, kalau kau ingin menjadi istriku kau harus menuruti semua perkataanku. Aku paling tidak suka dibantah sama sekali, apa kau lupa dengan peraturan nomor satu yang aku buat itu hah!!!" hardik Leon penuh emosi setelah ia mendorong Steffi begitu saja di atas ranjang.     

"Aku tak membantahmu Leon, aku menuruti perkataanmu," jawab Steffi sesegukan.     

"Tak membantah bagaimana, memangnya yang kau lakukan tadi itu apa kalau tidak membantah. Bukankah aku sudah berpesan padamu untuk tetap tinggal di hotel, lalu kenapa kau menyusulku ke kampus itu. Aku sudah bilang aku memiliki meeting penting dengan Profesor Gilbert di kampus itu, lalu kenapa kau datang ke sana dan membuat keributan dengan…"      

"Dengan mantan istrimu begitu, jadi kau marah karena aku berdebat dengan Marianne, kau tak terima aku marah-marah kepada-nya. Iya Leon itu maksudmu? aku datang ke kampus itu hanya untuk menemui suamiku, untuk menemani suamiku memangnya dimana letak kesalahanku sampai kau harus marah ini Leon?" tanya Steffi dengan cepat memotong perkataan Leon.      

Plakkk     

Alih-alih menjawab pertanyaan Steffi yang menyebalkan itu Leon justru melayangkan tangannya ke pipi Steffi, dengan sangat kuat sehingga membuat Steffi terjatuh diatas ranjang kembali.     

"Aku datang ke kampus itu karena punya urusan penting dengan Profesor Gilbert, perusahaanku sudah berjanji akan memberikan reward sebagai bentuk kerja sama karena kampus mereka memajang nama perusahaanku di situs resmi mereka. Hadiah yang aku berikan pada para mahasiswa yang ikut pertunjukan kemarin itu tak ada apa-apanya, dibanding dengan iklan yang mereka lakukan dengan memasukkan perusahaanku di situs kampus. Oleh karena itulah aku datang ke kampus itu sendirian, karena jika aku mengajakmu pun akan percuma. Kau tak tau apa-apa tentang bisnis seperti itu, sekarang aku tanya kalau aku mengajakmu pergi apa yang bisa kau lakukan Steffi? Kau bahkan tak lulus sekolah menengah tingkat atas lalu apa yang bisa kau lakukan hah!!! aku tak mau kau membuat malu aku dikampus itu, disana banyak sekali orang pintar makanya aku memintamu untuk tetap tinggal di hotel. Tapi kau justru datang menyusulku dan membuat keributan di kampus itu dengan Marianne, terlepas dari kenyataan aku pernah memiliki hubungan dengan Marianne. Marianne tetaplah salah satu mahasiswi di kampus itu," ucap Leon berapi-api.     

"Kalau kau bodoh lebih baik kau diam supaya kebodohanmu itu tak terlihat Steffi!!!" imbuh Leon kembali memaki Steffi sang istri yang terlihat tertunduk tanpa suara diatas ranjang sembari memegangi pipinya yang baru saja terkena tamparan dari Leon.     

Setelah puas melampiaskan kekesalannya Leon kemudian pergi meninggalkan Steffi dikamar, ia pergi menuju bar yang ada di hotel untuk minum. Steffi benar-benar mengacaukan harinya kali ini, padahal tadi ia sudah senang karena bisa ke kampus itu dan memiliki alasan untuk bertemu dengan Marianne.     

Prank     

Prank     

Prank     

"Arrgghhh... Leon!!!!bukankah kau tak akan mengungkit tentang masa laluku lagi hah,"     

"Bukankah kau bilang kau mencintaiku tanpa melihat siapa aku dan bagaimana keluargaku bukan, tapi kenapa kau kini mengungkitnya lagi Leon. Kenapa kau mengungkitnya lagi Leon huhuhuhu,"      

Steffi menangis sejadi-jadinya karena kesal pasca Leon membicarakan soal pendidikannya yang memang tak lulus sekolah menengah atas, karena kemiskinan Steffi harus puas mengenyam pendidikan sampai tingkat sekolah menengah pertama. Dan untuk membantu perekonomian keluarga ia harus bekerja di sebuah kedai makan yang ada di kota asalnya, jauh sebelum ia bertemu dengan Marianne. Setelah tiga tahun bekerja sebagai pelayan di kedai makanan Steffi memutuskan pergi ke ibukota untuk mengadu nasib namun nasib jelek justru menimpanya begitu ia menginjakkan kakinya di tanah Berlin, semua uang yang ada di yas yang ia bawa dirampok. Sampai akhirnya ia terlunta-lunta di jalan dan bertemu dengan Marianne yang baru pulang kuliah waktu itu, karena kebaikannya Marianne membawa Steffi pulang tempat tinggalnya. Ia diberi makanan oleh Marianne, diberi uang jajan oleh Marianne dan dibelikan pakaian oleh Marianne disaat dirinya sendiri tak pernah membeli pakaian namun Marianne justru membelikan Steffi pakaian.     

Karena terbiasa mendapatkan apapun yang ia inginkan dari Marianne, akhirnya Steffi pun menginginkan semuanya yang Marianne miliki. Termasuk saat Marianne dijodohkan oleh Nyonya Chaterine dengan Leon, sifat iri yang sudah mendarah daging di dalam diri Steffi membutakan hatinya. Ia melupakan jasa orang yang sudah menolongnya dari jalanan, menurutnya Marianne tak pantas mendapatkan semua kebahagiaan itu.     

Setelah menghancurkan barang-barang Steffi lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk mendinginkan dirinya, ia berusaha untuk mencari cara agar bisa mengambil hati Leon kembali.      

"Aku belum punya anak dari Leon, kedudukanku sebagai nyonya Ganke belum kuat. Aku tak boleh membuatnya marah, aku harus menjadi istri yang baik dan penurut seperti kemauannya," ucap Steffi pelan sambil berdiri dibawah pancuran shower yang membasahi tubuhnya yang masih berpakaian lengkap itu.     

"Iya Steffi, kau harus menurut pada Leon. Kau tak mau bukan kehilangan semua kemewahan ini, tenang saja walaupun Marianne si itik buruk rupa itu sudah lebih modern. Tapi tetap saja kau jauh lebih cantik dan seksi darinya, kau adalah satu-satunya wanita yang mampu memuaskan Leon diatas ranjang. Ya kau harus bisa memuaskan Leon, jangan sampai ia tergoda wanita lain Steffi...ingat Steffi kau tak boleh membiarkan suamimu mencari wanita lain untuk kepuasan hasrat seksualnya," pekik Steffi dengan keras, ia tiba-tiba teringat perkataan Marianne tadi saat di kampus.     

Sementara itu di kampus UAL Anne dan Linda yang belum pulang karena baru selesai mengisi data sebagai mahasiswa yang tak bisa ikut ke Irlandia nampak sedang menikmati ice cream di ayunan yang ada di sebuah pohon besar, mereka berdua sedang menatap ke arah ruang kelas yang masih ramai pasca Ruby anak buah Gabriela sedang mendata nama mahasiswa dan mahasiswi secara lengkap untuk keperluan data yang diminta Profesor Gilbert.     

"Ayo pulang Linda, urusan kita di kampus sudah selesai. Aku antar kau ke tempat kerjamu," ucap Anne pelan sembari menyeka bibirnya menggunakan tissue setelah selesai menikmati ice cream.     

"Akh cepat sekali sudah jam sebelas siang, rasanya aku masih ingin bersantai-santai sebelum masuk kerja kembali," jawab Linda dengan cepat.      

"Ish kenapa kau jadi pemalas seperti ini, ayo bangun. Kau tak mau telat bukan, aku juga harus ke tempat kerja. Memangnya hanya kau saja yang bekerja disini," sahut Anne sinis sambil meraih tasnya yang ada di rumput, lalu menggendongnya dan berjalan cepat menuju mobilnya yang ada di area parkir.     

Linda langsung tersadar saat mendengar perkataan Anne yang terakhir, ia belum sempat bertanya pada Anne dimana ia bekerja. Dengan berlari Linda menyusul Anne yang sudah hampir sampai di area parkir, karena mobil Anne terparkir di area yang mudah dipindahkan alhasil mobil itu bisa keluar dari area parkir hanya dalam waktu lima menit saja.     

"Anne kau bekerja dimana, aku lupa bertanya tadi padamu," tanya Linda pelan sambil menyeka riasan wajahnya menggunakan cairan pembersih wajah, pasalnya di tempatnya bekerja para karyawannya dilarang menggunakan make up karena khawatir make up  itu akan mengotori makanan.      

"Toko bunga," jawab Anne singkat.     

"Wah menyenangkan, pasti bosmu itu orangnya romantis Anne," ucap Linda sok tau.     

"Tau dari mana dia romantis?"tanya balik Anne sembari menahan tawa.     

"Lihatlah bidang usaha yang ia ambil, hanya orang-orang yang romantis sajalah yang mau membuka usaha jual beli bunga seperti itu," jawab Linda dengan cepat.     

"Memangnya aku terlihat romantis?"tanya Anne kembali.     

Mendengar perkataan Anne membuat Linda tertawa terbahak-bahak, berteman dengan Anne selama hampir empat bulan ini Linda tak menemukan sedikitpun sikap romantis dari diri Anne. Oleh karena itu ia tertawa terbahak-bahak saat Anne bertanya kepadanya dirinya tipikal orang romantis atau tidak.     

"Pertanyaanmu aneh Anne, kau ini adalah satu-satunya gadis yang sangat dingin di kampus disaat banyak orang tergila-gila pada Edward si pangeran kampus itu. Lalu bagaimana bisa kau bertanya dirimu romantis atau tidak Anne, aku rasa kau pun pasti tak paham dengan pendekatan yang dilakukan seorang pria padamu. Kau sama sekali tak peka Anne," jawab Linda tanpa sungkan, ia tau Anne tak akan marah jika ia berkata seperti itu.     

"Bukalah hatimu Anne, kau harus bisa ramah pada seorang pria. Jangan terlalu kaku seperti itu," imbuh Linda kembali.     

"Aku bukan tak mau membuka hati Linda, hanya saja ada luka lebar didalam diriku yang belum tertutup. Lalu bagaimana bisa aku membuka hatiku," jawab Anne tanpa sadar.     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.