I'LL Teach You Marianne

Kencan biasa ala Jack



Kencan biasa ala Jack

0Sesampainya di mall Anne hanya bisa diam saat Linda dan Paul menatapnya tanpa berkedip, kedua orang itu terlihat sangat tidak senang dengan keberadaan Jack di antara mereka.     

"Aku hanya membeli tiga tiket saja yang sebaris Anne,"bisik Linda lirih di telinga Anne sembari menunjukkan tiga tiket yang baru dibeli oleh Paul.     

Karena Jack berdiri tepat di samping Anne, ia bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Linda. Tanpa bicara apa-apa aja kemudian berjalan dengan cepat menuju kasir, ia terlihat cukup lama berada di kasir sambil menunjuk ke arah layar monitor sang kasir. Tak lama kemudian ia lalu berjalan kembali mendekati Anne, Linda dan Paul dengan tersenyum penuh kemenangan.      

"Mana tadi tiketmu?"tanya Jack pelan pada Linda.     

"Untuk apa?"     

"Aku mau lihat,"jawab Jack singkat.     

Tanpa rasa curiga Linda kemudian memberikan tiga tiket yang sebelumnya ia tunjukan kepada Anne, namun secara tiba-tiba Jack merebut tiket yang masih dipegang oleh Linda dan langsung menyobeknya sampai ukuran kecil. Anne dan Linda langsung menjerit dengan cukup keras saat melihat apa yang Jack lakukan.     

"Jack!! Apa yang kau lakukan?"jerit Anne penuh emosi.     

Alih-alih menjawab pertanyaan dari Anne, Jack justru langsung merangkul pinggang Anne dan memeluknya erat.      

"Jack…"     

"Kalian berdua ikut aku dan jangan membantah, aku paling tak suka dibantah oleh seseorang."Jack bicara dengan nada penuh perintah pada Linda dan Paul yang masih shock dengan apa yang mereka lihat.     

"Baik,"jawab Linda dan Paul kompak secara tidak sadar.      

Anne yang merasa tak nyaman dipeluk oleh Jack di hadapan Linda dan Paul mencoba untuk melepaskan diri dari pelukan Jack, namun semakin ia berontak semakin kuat pula cengkraman tangan Jack yang berada di pinggangnya. Alhasil mau tidak mau Anne hanya bisa pasrah dan berjalan mengikuti langkah kaki Jack, Linda dan Paul juga hanya bisa mengekor dari belakang tanpa berbicara. Langkah kaki mereka baru terhenti saat tiba di sebuah pintu mewah yang sudah terbuka dan dijaga oleh seorang gadis cantik.     

"Mari ikut saya,"ucap gadis cantik itu pelan sambil tersenyum ramah.      

"Kita mau dibawa kemana Jack?"tanya Anne lirih.     

"Menonton film, bukankah tadi kalian ingin menonton film?"tanya balik Jack dengan suara yang cukup keras sehingga terdengar oleh Linda dan Paul.      

"Bagaimana bisa menonton film kalau tiketnya saja kau…"     

Glek     

Anne menelan ludahnya perlahan saat melihat ruangan yang ada di depan matanya, begitu pula dengan Paul dan Linda yang tak percaya kalau mereka saat ini ada di sebuah ruangan VIP bioskop yang semua kursinya sudah di booking secara khusus oleh Jack hari ini.      

"Selamat datang, silahkan pilih tempat yang menurut anda nyaman. Karena semua kursi di ruangan ini sudah di booking oleh Tuan Jackson molar untuk anda semua,"ucap sang gadis cantik yang merupakan salah satu petugas bioskop dengan ramah.     

"Sa-satu ruangan VIP ini? Kami jadi bisa duduk dimana saja?"tanya Paul tergagap, ia masih terpesona dan kaget melihat ruangan VIP yang ada di hadapannya. Pasalnya ini adalah pertama kali Paul masuk ke bioskop dan langsung duduk di sebuah kursi VIP yang mirip seperti tempat tidur lengkap dengan bantal dan selimut yang nyaman.     

"Iya Tuan, satu ruangan ini sudah di booking Tuan Jackson Muller,"jawab petugas bioskop itu kembali sambil tersenyum.      

Paul yang kegirangan pada awalnya ingin langsung naik tangga dan memilih tempat duduk terbaik, namun langkahnya terhenti saat Linda langsung menarik lengannya. Pada saat Paul akan bertanya Linda memberikan isyarat mata pada Paul akan keberadaan Jack dan Anne, Paul yang langsung mengerti dengan kode yang diberikan oleh Linda pun langsung memundurkan langkah kakinya dan berdiri tepat di belakang Linda. Ia memberikan kesempatan kepada Jack dan Anne untuk memilih tempat duduk terlebih dahulu.      

Jack yang sejak tadi hanya diam kemudian tersenyum ketika melihat Paul mundur dan berdiri di belakang Linda, dengan perlahan ia lalu melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju ke tempat duduk yang sangat nyaman itu dengan masih memeluk Anne. Langkah kaki Jack terhenti pada baris kedua dari atas, ia meminta Anne untuk duduk terlebih dahulu ke kursi yang super nyaman itu. Anne yang tak bisa melepaskan diri dari Jack hanya bisa pasrah dan menurut seperti gadis baik. Setelah Jack dan Anne duduk, Linda kemudian menarik tangan Paul untuk naik ke anak tangga dan duduk di sebuah kursi yang berada dua tingkat di bawah tempat Jack dan Anne berada.     

"Kenapa kita duduk disini Linda? Aku ingin sejajar dengan mereka,"protes Paul dengan setengah berbisik pada Linda yang duduk di sebelahnya.      

"Untuk saat ini, demi keamanan dan keselamatan kita lebih baik jangan banyak bicara dan duduk saja di sini. Aku tak mau membuat masalah dengan pria bernama Jack itu,"jawab Linda lirih sambil mencengkram tangan kekasihnya yang terlihat tidak senang dengan posisi duduknya saat ini, Paul ingin duduk sejajar dengan Jack dan Anne yang daya pandangnya lebih luas dari tempatnya duduk saat ini.      

"Memangnya kenapa? Bukankah tadi Nona itu berkata kalau semua tempat ini sudah di booking oleh Tuan Jack, jadi tak ada yang salah bukan kalau kita mau duduk disebelah atau diatas tempat nona dan tuan Jack?"tanya Paul kembali tanpa rasa bersalah.      

      

"Kalau seluruh ruangan ini sudah di booking oleh Jack itu artinya ia memiliki kuasa penuh atas ruangan ini, jadi kita sebagai orang yang hanya diajak untuk menikmati fasilitas ini tak berhak duduk sejajar atau berada di atas tempat duduknya saat ini Paul. Kau tak mau kan kalau kita diusir karena berani duduk di samping mereka?"tanya balik Linda dengan gemas.     

Paul menggeleng kepalanya dengan cepat, ia sudah menyukai tempatnya berada saat ini.      

"Ya sudah kalau tidak mau, diam saja dan kita nikmati filmnya. Jangan ganggu berani mengganggu Jack Muller itu, dia bosnya,"ucap Linda kembali.      

"Iya aku mengerti, maafkan aku. Aku hanya terlalu senang berada di dalam bioskop ini jadi tak menyadari hal sepenting itu, maafkan aku Linda."Paul berbisik lirih penuh sesal.     

Linda tersenyum mendengar perkataan Paul, tak lama kemudian datanglah empat orang pelayan membawakan welcome drink dan snack pembuka untuk mereka. Karena seluruh ruangan itu di-booking oleh Jack alhasil semua fasilitas yang ada di tempat itu mereka dapatkan semua, jadi semua makanan dan minuman yang seharusnya diperuntukkan bagi sekitar dua puluh orang kini diberikan hanya kepada mereka berempat. Alhasil saat ini mereka berempat mendapatkan fasilitas yang super duper mewah dengan berbagai makanan dan minuman mahal yang sudah berada di meja mereka masing-masing.      

"Ini terlalu berlebihan Jack,"ucap Anne pelan saat melihat steak dengan caviar sudah tersaji di depan matanya.      

"Berlebihan apa? Aku hanya membooking satu ruangan ini saja, bukan membooking seluruh hotel untukmu Anne,"jawab Jack dengan cepat sambil meraih pisau dan garpu yang ada di samping piringnya.     

"Jack...kita hanya kencan biasa, seperti orang kebanyakan bukan kencan semewah ini,"sengit Anne jengkel, ia merasa diabaikan oleh Jack yang saat ini makan steaknya dengan nikmat.     

"Lho ini juga kencan biasa kan?"ucap Jack penuh tanya sambil mengangkat kedua bahunya perlahan.     

"Kencan biasa apa? Mana ada kencan rakyat jelata menonton film di ruangan VIP dan hmmmppp…"     

Anne tak dapat menyelesaikan perkataannya karena tiba-tiba Jack memasukkan potongan daging ke dalam mulut Anne.      

"Makanlah dan jangan cerewet, kalau kau tak makan, aku yang akan memakanmu!"sahut Jack dengan cepat memotong perkataan Anne tanpa rasa bersalah.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.