I'LL Teach You Marianne

Ambisi sang mantan



Ambisi sang mantan

0Jack akhirnya melepaskan Anne, ia tak tega pada Anne yang ketakutan seperti itu. Jack tak ingin Anne mendapatkan trauma lagi.     

"Bangunlah, jangan sampai ada yang melihat kita seperti ini di mobil,"bisik Jack pelan saat menyadari kalau Anne sedang menutup rapat kedua matanya.     

Mendengar perkataan Jack membuat Anne langsung membuka kedua matanya dengan cepat, wajahnya pun sudah terlihat mirip kepiting rebus saat ini. Tanpa bicara Anne langsung duduk kembali dalam posisi tegak, ia bahkan menegakkan kembali kursi mobil yang sebelumnya ditidurkan oleh Jack.      

Dengan tergagap Anne bicara. "A-aku harus kembali bekerja, kau lebih baik pulang."     

"No, aku akan disini menunggumu…"     

"Jam kerjaku masih lama Jack, masih sekitar tiga jam lagi. Apa kau tak masalah?"tanya Anne dengan cepat, ia sengaja menyebutkan sisa waktu kerjanya dengan harapan Jack akan berpikir dua kali jika mau menunggunya.     

"It's ok, aku akan menunggu. Tiga jam itu sebentar, ya sudah masuklah ke kantor. Jangan sampai singa brengsek itu marah, ingat pesanku Anne. Jika dia berbuat macam-macam segera hubungi aku,"jawab Jack pelan, kedua matanya pun tertutup secara perlahan.     

"Tapi Jack, apa kau tak jenuh menungguku?"Anne kembali bertanya untuk memastikan apakah Jack akan benar-benar menunggunya atau tidak.     

Tanpa membuka matanya Jack berkata,"Menunggumu selama dua tahun lebih saja aku mampu, kenapa yang hanya tiga jam aku tak sanggup? Sudahlah cepat pergi, aku akan tidur disini."     

Anne menelan ludahnya perlahan, ia tak percaya Jack akan memilih menunggunya di mobil sampai ia selesai bekerja. Karena jam istirahatnya sudah habis Anne pun meninggalkan Jack, ia terlihat berlari kecil saat menuju ke lift. Saat Anne akan masuk ke dalam lift Jack membuka matanya dan tersenyum, ia senang sekali melihat Anne yang sedikit panik seperti itu.      

"Entah apa yang aku lakukan tadi kalau aku tak menemuimu Anne, si Aaron brengsek itu benar-benar sudah menabuh genderang perang denganku,"ucap Jack pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari Anne yang akhirnya menghilang masuk ke dalam lift untuk kembali bekerja, setelah memastikan Anne masuk ke dalam lift Jack lalu memejamkan kedua matanya kembali. Ia sudah menurunkan kaca jendela mobilnya sedikit supaya ada sirkulasi udara yang masuk dan tak membuatnya terkena masalah ketika sedang tidur.      

Dengan berlari kecil Anne menuju ruangannya, jam istirahatnya hampir habis dan ia tak mau mendapat masalah jika istirahat terlalu lama. Pasalnya ia adalah pegawai baru di kantor, walau bagaimanapun Anne membawa nama kampus. Karena itulah ia harus disiplin, tepat setelah Anne duduk di kursinya tiba-tiba datanglah seorang karyawan wanita yang merupakan bawahannya. Wanita itu mengingatkan Anne kalau sebentar lagi ia ada meeting bersama Leon dan para karyawan lainnya untuk membahas hasil gambar yang ia pilih kemarin, pasalnya produksi film animasi itu akan segera dimulai.      

"Terima kasih, saya akan bersiap. Langsung ke ruang meeting saja, siapkan semuanya. Jangan sampai peserta meeting tak mendapatkan file yang sudah di print tadi pagi Rose,"ucap Anne ramah pada karyawan wanita yang bernama Rose itu.     

"Baik Anne, saya permisi,"jawab Rose singkat sambil tersenyum.      

Awalnya para staff yang ada di bawah Anne menyebutnya dengan panggilan ibu, namun Anne menolak. Ia merasa panggilan ibu tak pantas untuk dirinya yang jauh lebih muda dari para staff itu, akhirnya Anne meminta mereka memanggilnya dengan nama saja. Walaupun sebenarnya hal itu sempat dipermasalahkan oleh Leon, yang mendengar salah satu staff memanggil nama Anne secara langsung karena menurutnya itu tidak sopan. Karena menurut Leon posisi Anne lebih tinggi dari para staf biasa itu, namun Anne tetap bersikeras minta dipanggil dengan menggunakan namanya saja dan akhirnya Leon pun tak bisa berbuat apa-apa.     

Anne pun melanjutkan pekerjaannya lagi, ia menyiapkan bahan-bahan yang akan dipakai untuk presentasi. Beberapa gambar yang ia pilih kemarin sudah ada di tangannya saat ini, hari ini adalah waktunya ia menunjukkan pada Leon dan team lainnya yang terlibat langsung dalam produksi film animasi beberapa pilihan gambar yang ia rasa cocok untuk karakter dalam film animasi yang ceritanya sudah ia baca itu.     

Setelah semua persiapan selesai, Anne lalu melangkahkan kakinya menuju ruang meeting dimana hampir semua orang sudah berada di sana kecuali Leon yang masih menerima telepon dari Steffi yang tengah merajuk minta ditemani datang ke acara charity yang dibuat oleh geng sosialitanya yang baru.      

"Aku katakan sekali lagi padamu Steffi, saat ini di kantor aku sedang sangat sibuk. Produksi film animasi itu akan segera dimulai, aku tak ada waktu datang ke acara seperti itu. Kalau kau masih bersikeras memaksaku datang maka jangan salahkan aku jika kau akan kehilangan semua kartu kreditmu Steffi, aku tak segan menonaktifkan semua kartu belanjamu itu!!"sahut Leon dengan suara keras mengancam Steffi.     

"Honey jangan begitu, kau tahu kan aku tak bisa hidup tanpa kartu kredit. Baiklah kalau begitu, aku akan datang sendiri. Aku akan memberikan penjelasan pada teman-temanku kalau kau sangat sibuk dan…"     

"Jangan merajuk Steffi, aku muak mendengarmu bicara seperti itu. Ingat baik-baik apa yang aku katakan tadi Steffi, aku tak main-main. Sekali lagi kau menghubungi aku karena hal tak penting seperti ini maka kau akan menyesal,"bentak Leon pada Steffi sesaat sebelum ia menutup panggilan telepon dari istrinya itu, ia benar-benar dibuat kesal oleh Steffi yang terus ribut membahas geng sosialitanya yang tak berguna itu.     

Leon sengaja membiarkan Steffi belanja apapun yang ia mau, hal ini semata-mata Leon lakukan agar Steffi tak mengganggu jam kerjanya di kantor. Apalagi saat ini ada Anne didekatnya, Leon tak mau waktunya dengan Anne yang sangat berharga itu diganggu oleh Steffi. Maka dari itu ia membiarkan Steffi melakukan apapun yang ia mau, termasuk menghadiri kegiatan charity para sosialita yang berlagak seperti keluarga kerajaan Inggris itu.     

"Tunggu waktunya Steffi, setelah Anne berhasil takluk padaku kau akan kutendang keluar dari rumahku. Dasar pelacur sialan, tak berguna. Menyesal aku dulu menikahimu,"umpat Leon dalam hati, ia benar-benar dibuat kesal oleh Steffi yang terus mengganggunya.      

Setelah menenangkan diri Leon lalu merapikan pakaiannya, ia tak mau terlihat kacau di depan Anne. Ia ingin agar Anne selalu terpesona melihat ketampanannya, sama seperti waktu mereka bertemu pertama kali dulu. Dimana saat itu Anne hampir menjatuhkan gelas yang sedang ia pegang karena melihat Leon datang ke restoran, Anne yang ceroboh saat itu langsung membuat Leon kesal. Namun kali ini Leon lah yang berusaha untuk membuat Anne agar kembali terpesona kepada dirinya, karena itulah ia harus tampil serapi dan seperfect mungkin di hadapan Anne.     

Dengan langkah tegap penuh wibawa Leon berjalan menuju ruang meeting menyusul Anne yang baru saja tiba di ruangan itu, tak lama setelah Leon tiba di ruangan itu meeting pun dimulai. Anne langsung berdiri didepan melakukan presentasi, ia menggunakan kacamatanya saat presentasi karena mata Anne tak begitu jelas melihat tulisan di layar saat berada diruangan gelap seperti itu. Melihat Anne kembali menggunakan kacamata membuat Leon hampir tak mengedipkan kedua matanya, ia benar-benar terpesona pada Anne.      

"Kau bodoh atau buta dulu Leon, kenapa kau tak menyadari kalau wanita yang menjadi istrimu dulu ini sangat cantik. Kenapa kau malah mengabaikannya, kau benar-benar bodoh Leon." Leon terus menerus merutuki kebodohannya dua tahun lalu yang menyia-nyiakan Anne yang begitu cantik dan cerdas, bahkan kecantikan dan kepintarannya saat ini sudah tiga kali lipat dari Steffi yang hanya bisa berbelanja saja itu.     

Alhasil selama meeting berlangsung Leon sama sekali tak fokus pada materi yang Anne jelaskan, ia justru fokus pada Anne. Setiap kata yang keluar dari bibir Anne begitu terngiang-ngiang di telinganya, Leon benar-benar sudah jatuh cinta pada Anne.     

"Kau harus jadi milikku lagi Anne, harus. Tak akan kubiarkan siapapun merebutmu dariku, kau adakah istriku. Istri Leonardo Ganke,"batin Leon penuh ambisi, bibirnya menyunggingkan senyum sinisnya penuh nafsu pada Anne yang baru saja menyelesaikan presentasinya.      

Begitu Anne mengakhiri presentasi terdengar tepuk tangan yang cukup meriah dari semua orang yang ada di tempat itu, mereka tampak takjub dengan detail yang Anne jelaskan. Anne bahkan sudah membuat hampir sekitar 80% visual untuk sekitar sepuluh karakter utama dalam film animasi, yang bertema tentang perjuangan hidup seorang anak yatim piatu dari daerah paling miskin di Afrika itu untuk meraih mimpinya menjadi pemain sepak bola tingkat dunia.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.