I'LL Teach You Marianne

Marahnya Steffi



Marahnya Steffi

0Jadwal meeting yang seharusnya hanya satu jam berubah menjadi dua jam, sesi tanya jawab dengan Anne pun menjadi sangat panjang. Pasalnya Leon tak henti-hentinya bertanya pada Anne, meskipun penjelasan yang Anne berikan sudah sangat jelas ketika ia melakukan presentasi sebelumnya.      

"Ok, saya sangat puas sekali dengan meeting kali ini. Saya harap proyek ini segera berjalan, design yang diberikan oleh Anne sudah sangat jelas dan cukup mudah dimengerti. Apalagi ia sudah menyelesaikan 80% visual gambar karakter utama dalam film yang akan kita produksi dalam waktu dekat ini, jadi saya minta kepada tim yang lain untuk segera melakukan pekerjaannya dengan cepat. Dan perlu diingat juga bahwa saya tak mau ada kesalahan sedikitpun dalam pengerjaan film ini, karena film ini ini akan ditayangkan di seluruh bioskop yang ada di dunia. Film ini juga mengangkat tema yang cukup berat karena mengangkat tema tentang perjuangan hidup seorang anak kecil yang tak tak pernah menyerah dalam menghadapi cobaan yang menerpa dirinya, oleh karena itu aku tak mau ada kesalahan apapun baik dari segi visual, audio, pengeditan gambar, pemberian suara dan efek lainnya. Saya minta untuk masing-masing tim memberikan pekerjaan dengan hasil yang maksimal,"ucap Leon panjang lebar saat tanya jawab dengan Anne bersama timnya selesai.      

"Siap Tuan, kami mengerti." Jawab semua peserta meeting dengan kompak, kecuali Anne yang sedang minum. Terus bicara selama hampir dua jam membuat tenggorokannya terasa kering.     

Tak lama kemudian satu persatu peserta meeting keluar meninggalkan ruang meeting, sementara Anne yang sedang merapikan laptop terlihat bersama Edward yang juga sedang merapikan berkas-berkas miliknya. Sebenarnya Edward tak terlalu berkepentingan dalam meeting ini, akan tetapi dia tetap ikut pasca dipanggil oleh Leon secara langsung.     

"Semangat Anne, setelah ini pekerjaan kita akan sangat banyak,"ucap Edward pelan memberikan semangat pada Anne.      

"Iya, pekerjaan yang sebenarnya sudah ada di depan mata." Anne menjawab pelan sambil tersenyum.      

"Ya sudah ayo kita kembali bekerja lagi, semakin cepat kita mulai bekerja maka akan cepat pula selesainya. Semangat Anne,"imbuh Edward kembali memberikan dukungan dan semangat pada Anne saat mereka baru saja keluar dari ruang meeting.      

Anne menganggukan kepalanya merespon perkataan Edward dengan sebuah senyuman yang sedikit dipaksakan, karena masih banyak pekerjaan yang harus diurus akhirnya Edward langsung pergi ke ruang editing music menyusul anak buahnya. Sementara Anne yang sudah sangat lelah hari ini memilih untuk pergi ke pantry terlebih dahulu untuk minum, berbicara dan berada satu ruangan dengan Leon selama hampir dua jam membuat moodnya hancur. Leon benar-benar sudah seperti parasit yang menghirup semua energinya, karenanya ia membutuhkan sedikit ruang untuk berjauhan dengan Leon saat ini. Namun dewi fortuna belum memihak pada Anne, saat ia baru tiba di pantry Leon justru sudah ada disana dan terlihat sedang berbicara dengan seorang manajer lainnya.      

Melihat ada Leon di pantry membuat Anne akhirnya memilih segera kembali ke ruangannya, seperti yang dikatakan oleh Edward sebelumnya bahwa semakin cepat ia mengerjakan tugasnya maka semakin cepat pula ia selesai. Dengan begitu ia bisa lebih cepat pulang dari kantor dan menjauhi Leon.      

Saat Anne sedang melanjutkan pekerjaannya tiba-tiba Leon sudah berdiri didepan pintu dengan membawa dua gelas ice coffee     

"Boleh aku masuk Anne?"ucap Leon pelan meminta izin pada Anne.     

"Masuklah."     

Dengan tersenyum lebar Leon pun melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan Anne, ia kemudian meletakkan segelas ice coffee dihadapan Anne.     

"Minumlah, kau akan lebih baik,"ucap Leon pelan sambil tersenyum.     

"Kau tak perlu repot-repot seperti ini Tuan…"     

"Please no, jangan panggil aku Tuan. Panggil aku dengan nama saja Anne, aku merasa tak nyaman dipanggil dengan sebutan itu olehmu. Sejak tadi di ruang meeting aku sudah banyak sekali memanggil Tuan padaku, aku tak mau mendengar lagi kau memanggil dengan sebutan itu lagi."Leon memotong perkataan Anne dengan cepat, ia benar-benar merasa tak nyaman dipanggil dengan sebutan Tuan oleh Anne karena sebutan itu membuatnya terasa semakin jauh dengan Anne.     

Mendengar ucapan Leon berhasil membuat Anne tersenyum. "Saya adalah bawahan anda tuan, jadi wajar kalau misalkan saya memanggil anda dengan sebutan Tuan. Rasanya sangat tidak sopan jika saya langsung memanggil anda dengan menggunakan nama saja Tuan walau bagaimanapun saya adalah seorang bawahan di sini dan saya juga hanya seorang pekerja magang dari sebuah kampus yang bekerjasama dengan perusahaan ini, jadi rasanya sangat aneh jika saya langsung menyebut nama anda,"jawab Anne dengan cepat.     

"Iya Anne, maksudnya kalau sedang berdua saja denganku kau bisa…"     

Drrrtt     

Drrrtt     

Ponsel yang ada di saku baju Leon bergetar cukup keras namun ia tak mau mengangkatnya dan cukup membuat Anne sedikit terganggu.      

"Angkat dulu Tuan telepon anda, siapa tau itu telepon penting,"ucap Anne pelan sambil tersenyum ramah.     

Karena ponselnya terus bergetar cukup keras mau tak mau Leon harus segera mengangkatnya, ia merasa tak tega pada Anne yang terlihat menutup satu telinganya kanannya menggunakan jemari tangannya karena merasa terganggu dengan suara getaran ponsel yang ada di dalam saku bajunya. Air muka Leon pun langsung berubah drastis saat melihat layar ponselnya yang memperlihatkan nama Steffi muncul sebagai penelpon, tanpa bicara apa-apa lagi Leon akhirnya pergi meninggalkan ruangan Anne dengan cepat. Ia berjalan menuju ruangannya sendiri dan menutup pintunya dengan sangat keras, sehingga membuat beberapa staf yang sedang bekerja kaget. Anne yang berada di ruangannya sendiri saja juga mendengar dengan jelas suara bantingan pintu itu, namun Anne hanya diam dan pura-pura tak tahu. Tujuannya saat ini adalah ingin menyelesaikan semua pekerjaannya dengan cepat, ia sudah muak berada di kantor dan bertemu Leon selama berjam-jam.     

"Aku sudah bilang padamu tadi Steffi, jangan ganggu aku. Apa kau tak punya telinga? Apa kau tuli? Jadi kau tak memperdulikan peringatan dariku ya? Baiklah kalau itu maumu, aku akan menonaktifkan semua kartu kredit mu sekarang juga." Leon bicara penuh emosi ditelepon membentak-bentak Steffi yang lagi-lagi mengganggunya.      

"Bukan honey, bukan begitu. Aku tak bermaksud untuk...hallo, honey...hallo…" Steffi yang sedang berada di toko berlian panik saat Leon mematikan panggilannya.     

Saat ini Steffi sedang berada di sebuah toko perhiasan mewah yang menjual aneka perhiasan dari batu safir, diamond dan beberapa batu langka lainnya yang luar biasa cantik dan mewah. Ia yang sudah mengincar salah satu koleksi cincin dari batu safir langka bernama padparadscha sapphire itu sudah ada di toko itu sejak dua jam yang lalu sebelum toko dibuka dan saat ini ia sedang kebingungan mau membeli yang mana, karena itu ia menghubungi Leon untuk meminta pendapat. Akan tetapi ia justru mendapat sambutan buruk dari sang suami.      

Saat sedang bingung karena sambungan teleponnya dimatikan secara sepihak oleh Leon, datanglah karyawan toko perhiasan itu melaporkan bahwasanya kartu kredit yang ia berikan sudah tak bisa digunakan. Steffi yang sangat menginginkan padparadscha sapphire yang juga merupakan salah satu batu permata terindah sekaligus terlangka di dunia itu sangat terkejut, pasalnya batu safir incarannya sangat langka. Safir tersebut selalu memiliki potongan yang kurang simetris. Nama batu safir ini berasal dari nama warna bunga teratai dalam bahasa Sansekerta, yaitu campuran antara pink dan jingga. Steffi yang asalnya ingin meminta pendapat pada Leon kini justru tak bisa berbuat apa-apa karena semua kartu kreditnya benar-benar dimatikan oleh Leon.     

Dengan menahan malu Steffi akhirnya membatalkan niatnya untuk membeli safir langka tersebut, ia lalu mencari sebuah taksi untuk pergi ke kantor suaminya untuk meminta penjelasan kenapa kartu kreditnya dinonaktifkan sehingga ia tak bisa membeli perhiasan mewah tersebut.      

"Kau harus membayar mahal atas apa yang menimpaku ini Leon, aku malu Leon. Aku malu dihadapan teman-teman sosialiataku... arrgghh Leon aku benci padamu!!!!" Steffi menggila di dalam taksi saat sedang dalam perjalanan menuju Ganke Inc Production kantor sang suami.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.