I'LL Teach You Marianne

Membuka luka lama



Membuka luka lama

0Setelah berkendara selama satu jam Jack akhirnya tiba di komplek apartemen Anne, kedua matanya menyipit mencoba mencari keberadaan Anne di antara rombongan para pekerja wanita yang baru saja turun dari bus menuju ke apartemen.      

"Sayang, kau dimana? Kau sudah pulang kan? Kau tak menungguku di kantor singa brengsek itu kan?" Jack terus bergumam lirih dalam mobilnya, ia tak bisa mempercepat laju mobilnya saat ini karena banyaknya para pejalan kaki di mobilnya.     

Dibuntuti Shopia, ditelpon nyonya Hannah sudah cukup membuat mood Jack hancur. Karenanya ia berusaha untuk tetap tenang saat mencari Anne kali ini, setelah mengemudi dengan sangat perlahan Jack akhirnya berhasil memarkirkan mobilnya di area basement. Tanpa pikir panjang ia langsung keluar dari mobil menuju lift yang hampir tertutup.     

"Ahhhh…"     

Lima orang wanita berteriak keras saat melihat ada sebuah tangan tiba-tiba menahan pintu lift yang hampir tertutup, mereka semua kaget karena mengira tangan itu akan hancur terjepit pintu lift.      

"Maaf, saya ikut." Tanpa rasa bersalah Jack langsung masuk ke dalam lift setelah ia berhasil menghentikan pergerakan pintu lift yang hampir tertutup.      

"Tangan anda tak apa-apa Tuan?"tanya seorang wanita muda yang berdiri tepat di samping Jack.     

"Kedua tanganku baik-baik saja, memangnya kenapa?"tanya balik Jack bingung, ia bahkan sampai mengangkat kedua tangannya kedepan dadanya untuk memperlihatkan pada wanita yang baru saja bertanya pada dirinya.     

"Akh syukurlah, kami kita tangan anda tadi terluka karena menghentikan lift yang hampir tertutup."     

"Iya Tuan, tadi saya kira tangan anda putus."     

"Betul, apa yang anda lakukan tadi sangat berbahaya anak muda. Untung saja sensor pintu lift apartemen ini masih berfungsi dengan baik, coba bayangkan seandainya sensor pada pintu lift ini tak berfungsi dengan baik. Kemungkinan besar tanganmu utuh sangat kecil,"ucap seorang wanita paruh baya ikut bicara mengomentari apa yang baru saja Jack lakukan. "Jangan bermain-main dengan maut anak muda, untuk orang yang meninggal mungkin segala bebannya akan hilang. Tapi coba pikirkan dengan orang yang ditinggal."     

Senyum Jack langsung menghilang mendengar perkataan wanita paruh baya yang baru saja berbicara, ia terdiam cukup lama sampai akhirnya senyumnya kembali lagi. "Terima kasih nasehatnya nyonya, saya akan selalu mengingatnya mulai saat ini."     

"Baguslah anak muda, oh ya sudah aku sudah sampai di lantai lima. Aku permisi, sampai jumpa lagi,"ucap wanita paruh baya itu dengan sopan.      

Jack yang berdiri didepan pintu lalu menyingkir, ia mempersilahkan wanita baik hati itu keluar dari lift bersama tiga orang gadis muda lainnya. Suasana lift pun menjadi hening, karena hanya tinggal Jack dan dua gadis lainnya yang akhirnya turun di panti tujuh. Sehingga hanya Jack sendiri yang masih terus naik ke lantai sepuluh, lantai dimana unit apartemen Anne berada. Begitu keluar dari lift Jack langsung berjalan dengan cepat menuju kamar Anne yang masih tertutup, awalnya Jack menekan tombol bel berkali-kali namun karena tak kunjung mendapat jawaban ia akhir memutuskan untuk masuk karena sudah tau password pintu apartemen Anne.      

Begitu melangkahkan kakinya masuk degup jantung Jack makin kencang saat menyadari Anne belum sampai dirumah, penghangat ruangan dan lampu masih belum dinyalakan. Tak terlihat tanda-tanda keberadaan siapapun di dalam kamar apartemen yang sangat rapi itu, Jack yang belum melepaskan sepatunya lalu memutuskan untuk keluar dan mencari Anne lagi ke kantor Leon. Akan tetapi niatnya itu terpaksa ia batalkan saat mendengar suara yang cukup bising di depan pintu, tanpa berpikir dua kali Jack lalu memutuskan bersembunyi untuk memberikan kejutan pada Anne. Ia memilih masuk ke sebuah lemari kecil yang biasa Anne pakai untuk menyimpan sepatu dari luar, ia berdiri dalam lemari itu saat pintu terbuka dari luar.      

Anne yang sebelumnya mampir ke minimarket yang ada di lobby meletakkan barang belanjaannya di atas meja, ia pun langsung terduduk di lantai yang beralaskan karpet tanpa menyalakan lampu ataupun penghangat ruangan. Anne masih mengingat kejadian terakhir yang ia lalui di kantor hari ini, di mana lagi-lagi ia memergoki Steffi dan Leon bercinta. Meskipun kali ini status mereka adalah suami istri, akan tetapi rasa sakit Anne masih sama.      

Tak lama kemudian terdengar suara isak tangis dari Anne yang sedang duduk di lantai, Jack yang berada dalam lemari bisa mendengar dengan jelas suara tangisan Anne. Tanpa pikir panjang Jack pun keluar dari tempat persembunyiannya, kedua matanya langsung membulat sempurna saat melihat Anne duduk di karpet sambil memegangi kedua lututnya.      

Grebb     

Jack langsung memeluk Anne dari belakang sambil ikut berlutut.     

"Maaf Anne, maafkan aku. Bukan maksudku untuk mengingkari janji yang sudah aku buat sebelumnya, aku benar-benar minta maaf kepadamu. Aku bersalah Anne, aku rela kau hukum. Tapi tolong jangan menangis seperti ini Anne, aku tak bisa melihatmu seperti ini,"ucap Jack lirih saat memeluk Anne.      

Anne yang kaget karena tiba-tiba dipeluk seperti itu hampir berteriak kalau saja Jack tak langsung bicara, Anne yang sudah sangat hafal dengan suara Jack pun langsung menutup bibirnya kembali. Ia kini justru menggigit kuat bibir bawahnya menahan tangisnya supaya tak pecah lagi, hanya saja ia lupa bahwa Jack tak mudah dibohongi. Jack yang yakin Anne menangis langsung membalik tubuhnya dengan mudah, sehingga saat ini mereka pun saling berhadapan.     

"Kau kenapa Anne? Kau marah padaku? Kau benci padaku karena aku tak menjemputmu?"tanya Jack bertubi-tubi.      

Ditanya seperti itu membuat Anne semakin teringat kejadian yang ingin ia lupakan, air matanya pun mengalir semakin deras membasahi pipinya yang memerah karena kedinginan. Jack yang tak suka melihat Anne menangis langsung memberikan ciuman, melumat bibir Anne dengan rakus dan ikut menelan air mata Anne yang tak terasa asin baginya. Anne yang biasanya menolak dicium seperti itu kali ini hanya pasrah, sehingga membuat Jack heran. Ia pun langsung menyudahi ciuman panasnya dengan sendirinya.     

Jack meraih wajah Anne yang masih tertunduk pasca ia melepaskan pagutannya dan menatap dalam kedua mata Anne yang masih terus mengalirkan air mata. "Hentikan tangismu atau aku akan menidurimu sekarang juga Anne,"ucapnya pelan, memberikan ancaman maut yang selalu berhasil membuat Anne menghentikan tangisnya.     

      

Mendengar ancaman Jack membuat Anne mengangkat wajahnya dan membalas tatapan maut Jack. "Kenapa? Kenapa sepenting itu seks untuk laki-laki? Apakah tak ada hal lain yang kalian pikirkan selain seks? Kenapa Jack...kenapa kau selalu mengintimidasi ku dengan membawa-bawa seks seperti itu, apakah setelah kau berhasil melakukan itu denganku kau merasa puas Jack? Apakah itu tujuan seorang laki-laki mendekati seorang wanita? Apakah hanya seks yang benar-benar ada dalam pikiran kalian para laki-laki huhuhu…"      

Tangis Anne pecah, ia menangis lebih keras dari sebelumnya. Air matanya pun juga lebih banyak keluar dari kedua matanya yang sudah bengkak, melihat Anne menangis seperti itu membuat Jack diam. Ia merasa ada yang salah dengan Anne, ia yakin Anne bukan menangis karena tak ia jemput.      

"Leonardo Ganke, apakah pria brengsek itu yang membuatmu seperti ini Anne? Apa yang ia lakukan? Apa singa brengsek itu mencoba menyentuhmu lagi?" Jack memberikan berbagai pertanyaan yang langsung terlintas dalam benaknya.      

Anne yang masih menangis pun tak menghiraukan pertanyaan dari Jack, ia masih ingin mengeluarkan segala sesak di dadanya yang ia tahan pasca mendengar apa yang Steffi dan Leon lakukan di kantor.      

"Kalau kau tak menjawab maka aku anggap kau mengiyakan pertanyaan yang aku berikan sebelumnya, kau tunggu disini. Akan kubuat singa itu menyesal karena sudah membuatmu menangis seperti ini Anne, akan kubuat dia tak berguna menjadi seorang laki-laki dengan…"     

"Ste-Steffi...bukan Leon, wanita itu sengaja mengorek lagi luka dalamku yang sudah kering Jack huhu." Anne memotong perkataan Jack dengan terbata, menyebut nama Steffi lagi membuat dadanya sakit.      

Deg     

Dengan mata memerah Jack berkata, "Steffi, apa yang wanita tak tahu balas budi itu lakukan padamu?"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.