I'LL Teach You Marianne

Musuh yang tak diketahui



Musuh yang tak diketahui

0Anne melangkahkan kakinya menuju kamar mandi tak lama setelah Jack pergi, dibawah guyuran air shower yang dingin Anne diam tanpa melakukan apapun. Mengingat perbuatan Jack beberapa saat yang lalu membuat Anne kehilangan kata-kata, meskipun Jack tak sampai memaksanya melakukan hubungan seks akan tetapi apa yang Jack lakukan padanya benar-benar membuatnya tak bisa berkata-kata. Dengan menggunakan tangan Anne menggosok-gosok dadanya tempat dimana Jack meninggalkan tanda, meskipun tahu kalau usahanya sia-sia namun Anne tetap melakukan hal itu sampai kulit disekitar dadanya ikut merah.     

"Kau jahat Jack...bukankah kau bilang tak akan melakukan itu padaku terlebih dahulu Jack huhuhu. Kau jahat Jack...jahatt!!"     

Tangis Anne pun pecah saat ia menyentuh dadanya yang sudah dinikmati oleh Jack, meskipun ia dan Jack sudah mengikat janji namun Anne merasa apa yang mereka lakukan itu belumlah kuat secara hukum. Dan Anne tak mau Jack menyentuhnya terlebih dahulu sebelum pernikahan mereka benar-benar disahkan oleh negara, pernah dicampakkan begitu saja oleh Leon membuat Anne selalu takut dengan kata pernikahan.     

Sementara itu Jack yang saat ini sedang berada di mobil untuk pergi ke selat Inggris menemui Kevin Cormier bersama Erick hanya duduk diam tanpa suara, ia bahkan tak merubah posisi duduknya sama sekali dengan posisi tangan masih menggenggam ponselnya.      

"Anda baik-baik saja Tuan?"tanya Erick pelan.     

"Entahlah aku tak tahu, rasanya perjalanan kali ini aku tidak semangat sama sekali," jawab Jack jujur.     

"Tenang Tuan, ini hanya sebuah pertemuan bisnis biasa. Nanti saat semuanya sudah selesai anda bisa bersama Nyonya lagi,"sahut Erick dengan cepat menggoda tuannya, Erick menduga kalau Jack tak bersemangat karena tak mau berjauhan dengan Anne.      

Jack menipiskan bibirnya mendengar perkataan Erick, memang ia tak tenang karena meninggalkan Anne dalam kondisi masih bertengkar seperti tadi. Sebagai seorang pria yang tak suka memendam masalah terlalu lama, Jack merasa sangat tidak nyaman harus berpisah dari Anne saat masalahnya belum selesai. Dan ada lagi perasaan aneh dalam dirinya yang tak bisa ia deskripsikan saat ini, Jack memiliki firasat buruk akan pertemuan bisnisnya kali ini. Sebuah perasaan yang tak bisa ia mengerti karena apa, yang pasti hatinya sangat tidak tenang sekali. Namun Jack berusaha untuk mengubur dalam-dalam firasat buruknya itu karena ia tetap harus pergi menemui rekan bisnisnya sudah banyak membantunya itu, Jack tak mau disebut sebagai orang yang tidak tahu balas budi. Apalagi pertemuan ini hanya sebuah acara makan malam biasa, bukan sebuah pertemuan bisnis yang penting. Karena itu Jack berusaha untuk tetap tenang dan tidak terlalu memikirkan perasaannya yang sangat kacau sekali, perlahan Jack memejamkan kedua matanya untuk menenangkan diri karena perjalanan menuju ke tempat acara masih 30 menit lagi.      

Melihat sang tuan memejamkan matanya Erick pun kembali fokus pada kemudi yang sedang ia pegang dan menambah kecepatan mobilnya agar tak terlambat tiba di acara. Setelah menempuh perjalanan cukup lama mobil yang dikendarai Erick akhirnya tiba di Portsmouth tempat di mana Jack akan naik yatch, untuk menyusul kapal pesiar yang dinaiki Kevin Cormier bersama para pengusaha lainnya yang juga sudah mengenal Jack. Saat berada di yacht Jack duduk dengan tenang sambil memegang segelas wine yang memang sudah disediakan untuknya, Erick yang baru berbicara dengan nahkoda yacht lalu mendekati Jack.     

"Rasanya sudah lama sekali kita tak melakukan pertemuan bisnis seperti ini diatas laut Tuan,"ucap Erick pelan saat duduk di depan Jack.     

Jack menggoyangkan gelas wine yang ia pegang dan menenggaknya perlahan. "Kau benar, rasanya sudah lama sekali kita tidak melakukan pertemuan pertemuan seperti ini bersama para pengusaha yang lain. Apa kau sudah tahu kita akan bertemu dengan siapa saja nanti di atas kapal itu Erick?"     

Erick menggelengkan kepalanya perlahan penuh sesal sambil menunduk dan berkata, "Belum sepenuhnya saya ketahui Tuan, yang saya tahu hanyalah beberapa rekan bisnis Tuan Kevin saja yang sama-sama berasal dari Swiss. Sisanya ada beberapa pengusaha yang berasal dari Asia dan Amerika, tetapi itu pun saya juga masih ragu mereka berasal dari mana saja. Saya belum tahu persis siapa-siapa saja yang akan ikut dalam jamuan makan malam ini Tuan, maafkan saya."     

"It's ok Erick, ini hanya makan malam biasa jadi kau tak usah merasa bersalah seperti itu. Lagi pula kita menghadiri undangan dari Tuan Kevin yang merupakan penggagas acara ini, jadi ya kita lihat saja kita akan bertemu dengan siapa saja nanti di sana,"ucap Jack dengan cepat merespon perkataan Erick, Jack tahu Erick merasa bersalah karena tak tahu siapa saja yang akan datang dalam acara kali ini.      

Mendengar perkataan Jack membuat Erick mengangkat kepalanya perlahan dan tersenyum, rasa takutannya hilang saat tahu Jack ternyata tidak marah kepadanya karena ia belum tahu siapa saja orang yang akan datang dalam acara makan malam kali ini. Tak lama kemudian mereka berdua pun berdiri karena kapal pesiar yang yang dituju sudah berada di depan, Jack dan Erick bersiap untuk turun dan berpindah ke kapal pesiar yang cukup besar itu. Karena cuaca sedikit tak bersahabat keduanya harus hati-hati ketika melangkah turun supaya tak jauh di laut, awalnya Erick ingin naik ke kapal pesiar setelah Jack. Namun Jack melarangnya, akhirnya ia pun naik pertama dan langsung mengulurkan tangannya pada Jack ketika sudah tiba dengan selamat di kapal pesiar. Dengan berpegangan pada tangan Erick akhirnya Jack bisa naik ke kapal pesiar dengan aman, keduanya pun bergegas masuk ke aula utama untuk menemui tuan Kevin Cormier sang tuan acara kali ini.      

"Ramai Tuan,"bisik Erick lirih.      

"Iya, sepertinya ada lebih dari 100 orang di kapal ini,"jawab Jack pelan.      

"Apa ada yang ada kenal dari mereka Tuan?"tanya Erick penasaran, pasalnya saat ini ia berada di kerumunan orang-orang asing yang belum pernah ia lihat sebelumnya.      

"Sepertinya tidak, sejauh ini aku belum mengenali orang-orang ini. Kerja mereka terasa asing bagiku,"jawab Jack datar, sebagai orang yang bergulat dengan bisnis di wilayah Eropa Jack merasa asing dengan para pengusaha yang berwajah oriental itu. Namun meski tak mengenali mereka Jack berusaha untuk ramah dan tersenyum ketika bertemu dengan beberapa orang yang secara tidak langsung berpapasan dengannya.      

Setelah berjalan cukup lama Jack dan Erick akhirnya bertemu dengan tuan Kevin Cormier sang tuan rumah acara jamuan kali ini, begitu melihat Jack datang tuan Kevin langsung menyambutnya dengan hangat dan memeluknya erat.      

"Akhirnya kau datang juga Jack, maaf kalau aku mengundangmu secara mendadak seperti ini,"ucap tuan Kevin ramah.     

"Tentu saja saya datang tak mungkin saya mengabaikan undangan dari anda Tuan,"jawab Jack jujur.      

"Haha, kau sama sekali tak berubah Jack masih seperti dulu dan aku sangat bangga padamu melihat kemajuan pesat yang sudah kau buat di sini. Aku benar-benar tak menyangka seorang Jackson Patrick Muller berani mengambil resiko dengan membuka cabang dari Muller Finance Internasional di negara lain, di saat semua orang berlomba-lomba mengembangkan sayapnya di negara sendiri kau justru dengan gagah memulai semuanya dari nol di negara lain. Ayah dan ibumu pasti bangga padamu Jack,"puji Tuan Kevin jujur.     

"Anda tahu betul seperti apa ayah dan ibuku Tuan,"ucap Jack pelan dengan suara parau, tiap tuan Kevin menyinggung soal ayah dan ibunya Jack selalu sensitif. Pasalnya kedua orangtuanya adalah sahabat tuan Kevin.      

Tuan Kevin menepuk pundak Jack dan tersenyum tipis. "Mereka pasti bangga Jack, percaya padaku. Ayah dan ibumu sekarang juga pasti sudah tenang diatas sana saat melihat putra tunggal mereka bisa membuat Muller Finance Internasional sebesar sekarang."     

"Anda terlalu memujiku Tuan, saya benar-benar tak nyaman saat ini,"jawab Jack kembali.     

Tuan Kevin tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Jack, ia pun lalu mengajak Jack pergi ke meja makan untuk menikmati makanan yang tersedia. Erick yang sejak tadi jadi pendengar setia mengekor dari belakang, mengikuti tuannya menuju ke meja makan.     

Sementara itu dari sudut ruangan terlihat sepasang mata menatap Jack tanpa berkedip, ia terlihat shock saat melihat keberadaan Jack ditempat itu. Tatapan penuh kebencian dan dendam pada Jack pun terpancar dari kedua mata hazel itu.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.