I'LL Teach You Marianne

Hilangnya Jack



Hilangnya Jack

0Anne yang tertidur dalam posisi meringkuk tanpa selimut dikagetkan dengan suara ketukan pada pintu yang sangat keras, dengan nyawa yang belum seperti terkumpul Anne turun dari ranjang dan berjalan mendekati pintu untuk membuka kunci yang ia pasang dari dalam.      

Dug     

Dug     

"Nyonya...buka pintunya nyonya…"     

Dug      

Dug     

"Tunggu, sebentar. Kakiku hanya dua,"jawab Anne asal bicara sambil menutup mulutnya yang menguap, tidur saat menjelang pagi membuatnya masih sangat mengantuk.     

"Kak Anne.. ini aku Alice!! Cepat buka pintunya,"teriak Alice keras, dari suaranya terdengar ia sedang khawatir saat ini.      

Anne menggaruk kepalanya yang gatal, ia yang belum benar-benar sadar merasa jengkel mendengar orang-orang berteriak di depan kamarnya. Dengan susah payah akhirnya Anne berhasil membuka pintu kamarnya dan langsung berdiri tepat di depan Alice dan beberapa pelayan lainnya yang terlihat tegang.      

"Ada apa Alice?"tanya Anne lirih.     

"Jangan bertanya dulu kak, sekarang kita bersiap dan pergi ke Portsmouth,"jawab Alice dengan cepat sambil mendorong Anne masuk kembali ke dalam kamar.      

Anne yang tak mengerti apa yang terjadi nampak seperti orang bodoh, ia hanya menurut ketika Alice memintanya untuk berganti pakaian dan segera pergi. Namun karena Anne belum mencuci wajah dan menggosok gigi akhirnya ia pergi ke kamar mandi terlebih dahulu.     

"Ayo kak...kita tak punya banyak waktu,"ucap Alice berkali-kali di depan pintu kamar mandi.     

Anne yang sedang menggosok gigi lalu menoleh ke arah Alice dan mengeluarkan sikat giginya dari dalam mulutnya dan langsung membilasnya dengan cepat tanpa mengulanginya kembali, padahal biasanya Anne akan menyikat giginya dua kali untuk memastikan giginya benar-benar bersih.      

"Sebenarnya kita mau apa ke portsmouth sepagi ini Alice?"tanya Anne penasaran saat selesai menyeka wajahnya menggunakan handuk kecil yang baru ia ambil dari tempat penyimpanan handuk bersih.     

Wajah Alice memucat mendengar pernyataan dari Anne. "Na-nanti saat sudah sampai disana Erick yang akan menjawab pertanyaanmu itu kak."     

"Erick? Kenapa harus Erick, bukankah ada kau yang bisa menjelaskan padaku,"sahut Anne dengan cepat, ia merasa aneh sekali dengan sikap Alice pagi ini.     

Karena tak mau banyak bicara Alice pun akhirnya memilih meraih tangan Anne dan langsung menariknya keluar dari kamar mandi untuk segera berangkat menuju Portsmouth, Anne tak membawa apa-apa karena ia tak punya ponsel pasca ponselnya ia buang di jalan setelah bertengkar dengan Leon. Dalam perjalanan selama 1 jam 45 menit dari London menuju Portsmouth Anne terus bertanya pada Alice tentang apa yang sebenarnya sudah terjadi sampai-sampai ia diseret ikut pergi ke kota dekat selat Inggris itu, namun Alice sama sekali tak menjawab satupun pertanyaan yang Anne berikan. Ia justru sibuk dengan ponselnya dan berbicara terus dengan beberapa orang yang tak Anne kenal, Anne semakin merasa aneh saat hampir tiba di pelabuhan Internasional Portsmouth. Pasalnya saat ini di pelabuhan itu sudah penuh sekali dengan mobil polisi dan ambulance serta beberapa mobil besar lainnya yang Anne tak tahu mobil siapa.      

"Apa yang terjadi ditempat ini Alice? Kenapa banyak sekali mobil polisi dan ambulance?"tanya Anne lirih, rasa kantuknya yang beberapa saat lalu masih sedikit tersisa kini hilang sempurna saat ia melihat banyak mobil polisi. Perasaannya tiba-tiba tak enak.      

"Kak, ayo turun kita temui Erick,"jawab Alice pelan dengan suara parau, kedua matanya terlihat merah saat ini.     

Anne menatap Alice dengan tatapan penuh kebingungan, Anne semakin tak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini. Karena Alice sudah keluar dari mobil Anne pun bergegas turun dan langsung berdiri disamping Alice yang sedang memakai id card Muller Finance Internasional yang digantungkan di leher.      

"Kenapa memakai id card perusahaan disini Alice?"Anne kembali bertanya untuk kesekian kalinya karena merasa semua yang dilakukan Alice sangat membingungkan.      

Alice menoleh ke arah Anne dan mencengkram tangannya. "Jangan banyak tanya kak, ikut aku ya."      

Anne menganggukkan kepalanya perlahan mendengar perkataan Alice, ia lalu berjalan pelan mengikuti langkah kaki Alice yang membawanya masuk ke area pelabuhan melewati barisan polisi yang mengelilingi area pelabuhan. Awalnya Anne tak diperbolehkan masuk ke area pelabuhan karena ia tak membawa id card seperti Alice, namun karena tiba-tiba Erick datang ketempat itu akhirnya Anne dan Alice pun bisa melewati barikade polisi yang mengamankan area itu.      

"Ada apa Erick, kenapa dengan semua ini? Kenapa banyak polisi, petugas kesehatan dan semua orang ini?"tanya Anne dengan nafas tersengal-sengal karena berjalan dengan cepat mengikuti Erick menuju ke area pinggir laut, Anne merasa risih banyak sekali wartawan yang mengambil foto mereka saat berjalan tadi. Beruntung Anne sempat menyembunyikan wajahnya sehingga para wartawan tak mendapatkan foto wajahnya secara sempurna.      

Erick hanya diam mendengar pertanyaan dari Anne, wajah lelah yang pucat dan kurang tidur terlihat jelas menunjukkan betapa kacaunya kondisi Erick saat ini dan hal itu semakin membuat Anne tidak tenang. Alice yang berjalan di samping Erick pun hanya menunduk dan terlihat pura-pura tak mendengar perkataan Anne.      

Karena kesal Anne pun mempercepat langkah kakinya dan langsung berhenti didepan Erick dan Alice yang berjalan sangat cepat, Anne menghadang kedua orang itu dengan penuh emosi.      

"Kalau tak ada yang menjelaskan apa yang terjadi saat ini juga kepadaku, maka lebih baik aku pulang. Aku tak mau menghabiskan waktu di tempat ini seperti orang gila yang diacuhkan oleh kalian berdua,"hardik Anne dengan keras penuh emosi.      

Erick menggigit bibir bawahnya dengan kuat, ia terlihat sangat bingung sekali mau bicara dari mana. Begitu juga dengan Alice, yang perlahan menundukkan kepalanya menghindari kontak mata dengan Anne yang berdiri di hadapannya mereka.     

"Aku bertanya satu kali lagi Erick, jawab atau aku pulang. Aku tak mau berada ditempat yang dingin seperti ini Erick, kau lihatkan pakaianku tak terlalu tebal. Katakan apa yang terjadi Erick, aku siap mendengarnya,"ucap Anne pelan.      

"Erick…"     

"Tuan menghilang dari kapal pesiar Nyonya, sejak jam tiga pagi kami tak berhasil menemukan keberadaannya di dalam sudut kapal itu dan sa-saat kami melihat cctv ternyata…."     

"Ternyata apa Erick?!!"sahut Anne dengan cepat memotong perkataan Erick, Anne merasa Erick bicara lambat sekali.      

Erick menatap Anne dengan mata berkaca-kaca. "Ternyata dari pantauan cctv terlihat Tuan jatuh ke laut pada pukul 2.30 pagi."      

Deg     

"Apa kau bilang!!!!!"jerit Anne histeris.      

"Nyonya…"     

"K-kau bohong Erick, aku tahu Jack tak akan mungkin sebodoh itu. Dia tak akan mungkin berani terjun ke laut yang dingin sepagi itu, dia bukan orang bodoh Erick...Jack tak mungkin melakukan itu,"pekik Anne dengan keras.     

Melihat Anne histeris Alice kemudian mendekatinya dan langsung memeluknya dengan erat, Alice berusaha menenangkan Anne yang sedang terus berteriak memanggil nama Jack. Sementara Erick dengan wajah lelahnya tak bisa berkata apa-apa, ia yang tak tidur semalam suntuk tak punya banyak tenaga untuk menenangkan Anne yang sedang menjerit-jerit dengan terus memanggil nama Jack yang membuat semua orang yang mendengarnya terenyuh karena Anne memanggil Jack dengan suara yang bergetar yang hampir tak terdengar.      

"Tenang kak petugas sedang bekerja keras untuk mencari Tuan, harapan kita masih besar jadi tolong jangan panik seperti itu lebih baik kita berdoa semoga tuhan segera ditemukan,"ucap Alice pelan menenangkan Anne.      

"Tapi ini laut Alice, musim dingin... bagaimana kalau dia…"     

"Jangan patah semangat kak, kita belum menemukan tubuhnya. Jadi jangan mengambil kesimpulan seperti itu, para polisi saat ini sedang bekerja keras kak,"sahut Alice dengan cepat memotong perkataan Anne.      

Mendengar perkataan Alice membuat Anne diam sejenak, perlahan Anne menyeka air matanya dan berjalan mendekat Erick. Dengan kasar Anne meraih tangan Erick dan mencengkramnya dengan kuat.      

"Antar aku ke ruang cctv kapal pesiar itu Erick...aku harus melihatnya sendiri, aku yakin itu bukan Jack. Jack pasti masih berada disalah satu ruangan kapal pesiar itu Erick."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.