I'LL Teach You Marianne

Turun ke jalan



Turun ke jalan

0Matahari pagi menyeruak masuk, menembus tirai jendela kamar besar nan mewah milik Alan Knight Clarke. Setelah merasakan sedikit nyeri di jantungnya pasca meresmikan perusahaan baru keluarganya, Alan pulang dan langsung tidur.      

"Sudah pagi rupanya,"gumam Alan lirih ketika menyadari hari sudah berganti.      

Dengan perlahan Alan bangun dari ranjang super empuk yang terbuat dari bulu angsa, ia lalu berjalan menuju balkon kamarnya untuk menikmati udara sejuk dan meminum segelas air putih sebagai rutinitas wajibnya setiap bangun pagi. Setelah berdiri cukup lama di balkon, Alan lalu melanjutkan aktivitasnya menuju kamar mandi. Karena hari masih cukup pagi untuk pergi bekerja Alan memilih untuk berendam lebih lama di bathtub sambil membawa pesan yang masuk ke ponselnya.      

"Cassie, aktingmu terlalu berlebihan Cassie,"ucap Alan lirih saat membaca sekitar lima puluh pesan yang Cassie kirimkan.     

Alan pun langsung menghapus semua pesan itu dan berniat untuk menikmati ritual paginya itu, akan tetapi saat akan meletakkan ponselnya tiba-tiba sebuah berita muncul di layar ponsel pintar Alan. Berita tentang dirinya kembali menjadi sasaran empuk para wartawan dan kini sudah menjadi headline di berbagai platform berita berbayar maupun gratis.     

"Dasar manusia-manusia tak berotak, bisa-bisanya mereka membuat berita semacam ini,"sengit Alan kesal saat membaca berita yang menyebutkan kalau dirinya kembali sakit dan belum sepenuhnya sembuh dari kecelakaan yang menimpanya 2 tahun yang lalu.      

"Kalau saja aku tak tinggal serumah dengan kakek, mungkin saja kakek sudah sangat panik membaca berita ini,"imbuh Alan kembali dengan penuh emosi, niatnya untuk berendam lebih lama di bathtub pun terpaksa ia batalkan.      

Alan lalu bangun dari bathtub dan langsung berbilas dengan cepat, ia sudah tak sabar ingin menampar para wartawan itu dengan muncul di publik supaya mereka malu atas berita yang telah mereka terbitkan itu. Biasanya setiap pagi Alan membutuhkan waktu selama tiga puluh menit untuk mandi, namun kali ini ia hanya membutuhkan waktu selama sepuluh menit saja. Dalam waktu sepuluh menit itupun Alan juga sudah selesai memakai pakaiannya, tanpa menunggu lama Alan lalu bergegas keluar dari kamar besarnya dengan membawa ponsel pintar di tangannya. Para pelayan yang sedang menjalankan tugasnya, langsung menundukkan kepalanya dan memberikan hormat pada Alan yang sedang berjalan menuruni tangga menuju meja makan dimana sang kakek berada.      

"Para wartawan ini benar-benar selalu mencari masalah,"umpat Alan dengan keras saat hampir tiba di meja makan.     

Tuan David Clarke yang sedang menikmati sarapan paginya langsung menoleh ke arah sang cucu kesayangan. "Abaikan saja seperti biasa, itu memang pekerjaan mereka. Jadi kau tak usah pikirkan hal itu, yang terpenting kita semua tahu seperti apa kebenarannya."      

Mendengar perkataan sang kakek membuat emosi Alan sedikit redup. "Akh orang-orang seperti mereka tak pantas diabaikan kek, karena semakin mereka di diamkan seperti ini maka semakin kurang ajar pula mereka."      

"Semakin tinggi pohon semakin kencang juga angin yang berhembus Alan, jadi kau tak usah heran. Toh faktanya tak sesuai dengan berita yang mereka terbitkan bukan? Jadi hiraukan saja, karena semakin kau merespon para wartawan itu maka mereka akan semakin mengejarmu. Karena itulah yang mereka inginkan, saat kau sudah kesal dengan informasi palsu yang mereka buat maka mereka akan memiliki celah baru untuk mengorek-ngorek informasi lain darimu. Maka dari itu jika ada wartawan yang menerbitkan berita seperti itu abaikan saja, anggap saja kau tak membacanya,"ucap tuan David Clarke panjang lebar.      

"Akh kakek ini, selalu saja seperti itu,"sahut Alan kesal.     

Tuan David Clarke tersenyum melihat sang cucu kesal, ia lalu menoleh ke arah Luis. Memberikan kode pada asisten pribadinya itu, Luis yang paham dengan isyarat yang diberikan sang tuan pun langsung meminta para pelayan yang lain untuk melayani Alan makan. Tak lama kemudian para pelayan pun langsung menyajikan makanan untuk Alan, potongan daging domba terbaik pun langsung tersaji di atas piring Alan bersama omelette dan beberapa sayuran dan kacang polong rebus. Aroma asparagus panggang yang berada di samping daging domba itu sangat menggugah selera, Alan pun langsung menikmati makanan paginya dengan lahap dan membuat tuan David Clarke tersenyum.      

"Oh ya kek, aku hari ini akan pergi menemui beberapa supplier di luar kota mungkin aku akan terlambat pulang,"ucap Alan tiba-tiba dengan mulut penuh makanan.     

Prank     

Pisau yang sedang dipegang tuan David Clarke pun jatuh mengenai piring dan menimbulkan suara yang sangat keras.      

"Kekk…"     

"K-kau bilang apa Alan?"tanya tuan David Clarke terbata.      

"Yang mana kek?"tanya Alan bingung.     

"Ucapan terakhirmu tadi,"jawab tuan David Clarke lirih.     

"Oh soal aku pergi keluar kota,"ucap Alan dengan cepat tanpa rasa bersalah.      

Tuan David Clarke menganggukkan kepalanya perlahan menjawab pertanyaan Alan, kedua mata rentanya menunjukkan kekhawatiran yang sangat besar saat ini dan tak disadari oleh Alan.      

Alan pun menceritakan dengan detail rencananya hari ini bersama Nicholas sang asisten kepercayaannya, Alan bicara dengan penuh semangat karena sudah tak sabar ingin pergi keluar kota untuk mengunjungi salah satu supplier bahan baku itu.      

"Jangan pergi Alan, biarkan orang lain yang pergi. Kakek akan meminta salah satu manager untuk pergi ke luar kota, kau tetap dikantor saja,"ucap tuan David Clarke dengan cepat saat sudah selesai bicara.     

"Kenapa aku tak boleh pergi kek?"tanya Alan bingung.     

"Tak ada alasan, hanya saja kau lebih baik tetap berada di kantor untuk mengurus hal-hal yang lebih besar ketimbang datang ke supplier yang berada di luar kota seperti itu karena tugas itu tak dilakukan oleh seorang pimpinan. Itu adalah tugas dari manajer yang bertanggung jawab dalam bidang itu,"jawab tuan David Clarke dengan tegas.     

Alan terdiam beberapa saat mendengar perkataan sang kakek, sampai tak lama kemudian ia tersenyum dan patuh akan perintah yang diberikan oleh sang kakek dan kembali fokus pada makanan yang sedang ada dihadapannya.      

Nicholas yang sedang berada tak jauh dari Luis pun memeriksa ponselnya yang tiba-tiba berdering karena tuan David Clarke memberikan pesan padanya, dalam pesan itu tuan David meminta Nicholas untuk mencari tahu siapa orang yang menginginkan Alan pergi ke luar kota. Tanpa diperintah dua kali Nicholas pun memeriksa ponselnya kembali untuk mencari email yang diterima oleh Alan, meskipun hany asisten pribadi namun Nicholas memiliki akses untuk membaca semua pesan Alan.      

*****     

"Anne ayo, hari ini kita mulai bekerja Anne,"ucap Linda berkali-kali pada Anne yang sedang mensetting kamera barunya pasca kamera kesayangannya rusak.      

"Sabar Linda, aku harus memastikan kamera ini bisa bekerja dengan baik,"jawab Anne datar tanpa mengalihkannya fokusnya dari kamera yang berada ditangannya.     

Linda yang sedang berdiri di jendela sudah tak tenang sekali, pasalnya saat ini semua teman-teman kuliahnya sudah mulai keluar dari tempat mereka menginap untuk mulai bekerja. Sementara Anne masih saja sibuk dengan kamera barunya, padahal sudah hampir satu jam ia menyibukkan diri dengan kamera itu.      

"Anne!!!"     

"Ok i'm done, ayo kita berangkat,"pekik Anne dengan keras, memotong perkataan Linda.      

"Akh kau ini, ya sudah ayo,"sahut Linda penuh harap.     

Anne menatap Linda sambil tersenyum, ia lalu mengalungkan kembali kamera barunya itu ke leher. Anne sudah bersumpah akan menjaga kamera barunya itu dengan baik kali ini, pasalnya kamera baru itu harganya dua kali lipat lebih mahal dari kamera lamanya yang rusak. Dan Anne harus berbesar hati membeli kamera itu, karena tak ada pilihan lain. Padahal Anne tak pernah membeli barang yang harganya lebih dari $5000 karena baginya masih banyak hal bisa dibeli dengan uang sebanyak itu, karena itulah saat ia membeli kamera seharga $5000 Anne sempat terlihat ragu. Namun karena kamera itu untuk bekerja akhirnya mau tak mau Anne harus membelinya dengan uang pribadinya sendiri, meskipun Linda ingin ikut membayar namun Anne dengan tegas menolaknya. Anne tahu keuangan Linda seperti apa, karena itulah ia membeli kamera baru itu dengan uangnya sendiri.      

"Ayo kita hunting!!!!"pekik Linda penuh semangat saat sudah berada di luar hotel.      

Anne tersenyum, ia kembali mengingat saat ia melihat sosok Jack melintas di hadapannya.      

"Beri aku kekuatan untuk melupakannya Tuhan, permudah semua urusanku di kota ini. Amen." Anne berdoa dalam hati sambil menepuk dadanya perlahan dan mulai melangkahkan kakinya menuju jalan setapak dimana Linda sudah berjalan terlebih dahulu.     

Bersambung     

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.