I'LL Teach You Marianne

Sekelebat ingatan



Sekelebat ingatan

0Meskipun waktu menunjukan pukul tiga pagi namun Anne tak juga memejamkan kedua matanya, ia terus saja memikirkan cara untuk melarikan diri dari kediaman keluarga Clarke. Ditambah lagi cacing-cacing dalam perutnya tak bisa diajak kompromi, Anne sangat kelaparan karena dari siang ia belum makan apa-apa lagi.      

"Alan Knight sialan, kenapa kau harus muncul dalam hidupku lagi,"umpat Anne kesal sambil memegangi perutnya yang keroncongan sejak satu jam terakhir.      

Karena sudah tidak bisa menahan rasa laparnya Anne kemudian memberanikan diri keluar dari kamar dan mencari makanan di dapur, meskipun kediaman keluarga Clarke sangat besar namun Anne yang sudah lebih dari 4 hari tinggal di tempat itu sudah mulai hafal letak dapur. Dengan hati-hati Anne melangkahkan kakinya menuju lantai satu dan berharap tak ada satupun orang yang melihatnya mencari makanan di dini hari seperti ini, namun harapan Anne hanyalah sebuah harapan saja. Pasalnya saat ini tepat di sofa yang ada di bawah tangga terlihat seorang pria sedang duduk seorang diri di kegelapan dengan membawa sebotol minuman keras, meskipun lantai 1 cukup gelap namun karena sedikit penerangan dari beberapa lampu yang berada di meja bar akhirnya Anne bisa mengenali sosok pria itu yang tak lain adalah Alan.     

Anne langsung menutup mulutnya dengan tangan supaya suaranya tak bisa keluar, saat ia hampir menjerit karena melihat sosok Alan berada di hadapannya.      

"Who is that!!"pekik Alan dengan keras, telinganya yang tajam berhasil mendengar langkah kaki Anne.     

Deg      

Deg     

Deg      

Anne memilih diam, ia mematung dalam kegelapan di anak tangga. Anne tak memiliki jalan lain, ia terjebak saat ini karena sudah berada di tengah tangga.      

"Cepat jawab atau aku akan menembakmu,"imbuh Alan kembali sambil meraih sebuah pistol yang berada di sebuah tempat kecil yang berada di sofa tempatnya duduk saat ini.      

Mendengar ancaman dari Alan membuat Anne bertambah takut, apalagi ia sudah melihat sebuah pistol yang kini Alan pegang. Dalam keadaan terpojok yang Anne bisa lakukan hanya pasrah, dengan kedua kaki yang lemas Anne terduduk di anak tangga sembari menyembunyikan wajahnya menggunakan kedua tangannya.      

Sebuah senyum tersungging di wajah Alan saat melihat siapa orang yang sudah mengganggu waktunya untuk minum, perlahan ia meletakkan pistolnya di sebuah vas bunga yang berada persis di samping tangga.     

"Apa yang kau lakukan selarut ini sayang?"tanya Alan lirih sambil berjongkok di hadapan Anne yang masih duduk ketakutan itu.      

"No, jangan sentuh aku,"jawab Anne dengan cepat saat merasakan tangan Alan yang ingin membelai kepalanya.      

Alan yang sedikit mabuk langsung mencengkram kuat tangan Anne. "Kau milikku, aku bebas melakukan apapun padamu. Jangan lupa hal itu sayang."     

"Kau mabuk Alan, lebih baik kau tidur. A-aku juga akan kembali ke kamarku,"ucap Anne pelan memberanikan diri untuk berbicara dengan Alan, meskipun seluruh tubuhnya terasa sangat lemas saat ini.      

"Aku baru minum sedikit sayangku, jadi aku masih sadar. Apa yang kau lakukan semalam ini? Apa kau sedang berusaha mencari kamarku? Apa kau rindu padaku?"      

"T-tidak aku hanya…"     

Plak      

"Awww!!!"     

Anne menjerit dengan keras saat Alan mendaratkan sebuah tamparan di bokongnya yang tiba-tiba diangkat oleh Alan.     

"Gadis nakal, kau yang memancingku. Kau tahu kan betapa besar hasratku padamu,"bisik Alan lirih tepat di telinga Anne saat sudah berhasil membuat Anne bangun.      

Hawa panas dari nafas Alan yang mengenai kulit lehernya membuat Anne menggelinjang, rasa takutnya pun semakin besar saat ini.      

"Alan, lepaskan aku...aku mohon,"pinta Anne dengan suara serak menahan tangis saat Alan mulai meremas-remas bokongnya.     

"Fuck, aroma tubuhnya membuatku langsung bergairah."Alan bicara dalam hati, tubuhnya langsung bereaksi dan menginginkan Anne kembali saat ini juga. Apalagi ditambah mendengar suara isak tangis Anne, gairah Alan langsung memuncak.      

"Alan..please…"     

"Ssttt jangan menangis,"ucap Alan dengan cepat sambil mendorong tubuh Anne menjauh darinya, kedua tangan Alan mencengkram kuat kedua pundak Anne saat ini.      

"Le-lepaskan aku, aku mohon,"pinta Anne kembali dengan suara yang lebih memelas, berharap agar dibebaskan oleh Alan.     

Akan tetapi harapan Anne tak sesuai kenyataan, karena faktanya Alan semakin menginginkan dirinya.      

"Mana mungkin aku melepaskanmu sayang, kau tak tahu kan betapa gilanya aku beberapa hari terakhir ini karenamu. Jadi malam ini aku tak akan…"     

"Aku sedang datang bulan Alan, k-kau tak bisa melakukan itu!!"sahut Anne dengan cepat memotong perkataan Alan.      

Deg     

"Datang bukan bagaimana bi…"     

Alan tak dapat menyelesaikan perkataannya saat berhasil merasakan pembalut yang sedang Anne gunakan, sementara itu Anne langsung lemas saat tangan Alan tiba-tiba sudah berada di area kewanitaannya lagi. Anne mengutuk pakaian tidurnya yang berbentuk dress itu, sehingga Alan dengan mudah menjamah dirinya seperti saat ini.      

Saat akan menarik tangannya dari balik pakaian tidur Anne, Alan menyadari tubuh Anne yang gemetaran. Senyumnya yang sempat hilang karena tahu Anne sedang datang bulan kini kembali lagi, ia tiba-tiba memiliki sebuah ide untuk memuaskan diri bersama Anne dengan cara lain.     

"Arghh, please stop Alan!"pekik Anne keras saat Alan kembali meremas bokongnya, namun kali ini Alan tak melakukan dari balik pakaian tidurnya tapi langsung masuk melalui celana dalam yang ia gunakan. Sehingga tangan kekar Alan langsung menyentuh kulit tubuh Anne yang sensitif itu.      

"Kau masih sensitif sekali sayang, sama seperti saat aku pertama kali menyentuhmu,"ucap Alan pelan, suaranya terdengar berat dan penuh nafsu saat ini.      

Anne yang masih waras berusaha untuk melepaskan diri dari Alan, ia tak mau menjadi makanan monster kelaparan itu. Karenanya dengan sekuat tenaga Anne berusaha melepaskan diri dari pelukan Alan, tanpa pikir panjang Anne langsung menginjak kaki Alan dengan sekuat tenaga.     

"Aarggghh." Alan memekik cukup keras karena tenaga yang Anne berikan saat menginjak kakinya benar-benar besar, sehingga terasa sakit sekali.      

Karena merasakan sakit di kaki akhirnya pelukannya pada tubuh Anne pun mengendur, Anne yang sudah mengharapkan hal itu tak menyia-nyiakan kesempatan. Tanpa pikir panjang Anne langsung berlari dari Alan menaiki anak tangga kembali dengan cepat dan berlari sekuat tenaga menuju kamarnya, selama berlari Anne tak menoleh sama sekali ke arah belakang. Ia mengeluarkan seluruh tenaganya untuk kembali ke kamar.      

Alan yang berhasil meredakan sakit pada kakinya hanya tersenyum saat melihat Anne berlari secepat itu darinya. "Sejauh apapun kau berlari aku akan tetap bisa menangkapmu sayang, sejak awal kau menginjakkan kaki di Luksemburg kau sudah ditakdirkan untuk menjadi milikku Marianne."     

Deg      

Jantung Alan tiba-tiba terasa sakit, begitu pula dengan kepalanya. Rasanya seperti ada ratusan jarum yang menusuk-nusuk kepalanya dari berbagai sisi saat ini, karena tak mau jatuh di tangga Alan pun memutuskan untuk bergegas menuruni tangga dan duduk dilantai dengan bersandar pada sofa yang berada tepat di samping tangga.      

"Apa yang terjadi argh..kepalaku sakit sekali,"ucap Alan lirih sambil memegangi kepalanya.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.