I'LL Teach You Marianne

Titik terang



Titik terang

0Sejak kehadiran dokter Caitlyn kondisi Anne sudah sangat jauh lebih baik, ia sudah tak ketakutan lagi  dan sudah bisa diajak berkomunikasi dengan baik. Meskipun masih memilih-milih orang yang diajak berbicara, namun hal ini sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.     

"Tuan muda adalah pemuda yang menjadi idaman banyak wanita Anne, selain karena ia adalah seorang Clarke wajahnya juga sangat tampan. Jadi tak heran banyak wanita yang mengantri untuk dekat dengannya,"ucap dokter Caitlyn pelan menceritakan tentang Alan pada Anne.     

"Monster, bagiku dia adalah monster."     

Dokter Caitlyn yang sedang menyisir rambut Anne tersenyum, ia tahu kalau Anne masih sangat membenci Alan. Dan dokter Caitlyn sangat memahami hal itu, tak lama kemudian dokter Caitlyn mengikat rambut panjang Anne yang sudah ia rapikan ala ekor kuda.      

Sementara itu Anne hanya diam dan pasrah menatap dokter Caitlyn tanpa berkedip dari kaca yang berada di hadapannya.     

"Oh iya apakah vaginamu masih sakit?"tanya dokter Caitlyn tiba-tiba.     

Blush     

Wajah Anne memerah seketika mendengar pertanyaan vulgar seperti itu, meskipun ia dokter Caitlyn adalah wanita namun tetap saja pertanyaan itu masih tabu untuk Anne.     

"Kenapa? Apa masih sakit? Kalau begitu biar aku periksa..."     

"Tidak, jangan dok. Aku sudah baik-baik saja,"pekik Anne panik sambil menahan rok yang sedang ia pakai agar tak disingkap dokter Caitlyn.     

Melihat sikap Anne membuat dokter Caitlyn tersenyum geli. "Kenapa harus malu, aku juga wanita sepertimu Anne."       

"Anda dokter, anda sudah biasa melihat hal-hal seperti itu. Lagipula aku sedang datang bulan, memangnya anda tak jijik melihat darah kotor seperti itu?"     

Dokter Caitlyn menepuk kedua pundak Anne dan tersenyum ke arah kaca dimana Anne juga sedang menatapnya melalui pantulan kaca. "Darah adalah makanan sehari-hari para dokter Anne, jadi itu bukan masalah besar dan sudah berapa hari kau datang bulan?"     

"Satu hari setelah kejadian itu aku datang bulan, karena memang sudah jadwalnya,"jawab Anne pelan sambil menundukkan wajahnya.     

"Ayo kita ke taman, berada di kamar selama tiga hari pasti jenuh bukan. Kau butuh udara segar,"ucap dokter Caitlyn mengalihkan pembicaraan, mengajak Anne pergi ke luar.     

"Keluar? Tapi nanti dia..."     

"Tenang saja, tuan muda tak akan bisa masuk ke area rumah ini. Tuan besar yang menjaminnya secara langsung Anne,"sahut dokter Caitlyn memotong perkataan Anne.     

Anne diam, ia tak memberikan respon apapun. Baginya selama ia masih berada di rumah ini keselamatannya tak terjamin, karena itu meski tuan David sudah meyakinkan dirinya berkali-kali kalau Alan tak akan bisa mendekatinya lagi namun tetap saja Anne tak tenang. Karena tak mendapatkan respon apapun dari Anne akhirnya dokter Caitlyn mengambil sikap.     

"Aku anggap kediamanmu adalah sebuah jawaban, jadi ayo keluar. Kita harus menikmati matahari pagi yang indah ini Anne,"ucap dokter Caitlyn kembali penuh semangat sambil meraih tangan Anne agar mau segera keluar dari kamar.     

Anne yang tak bisa menolak permintaan dokter Caitlyn akhirnya pasrah, mereka berdua lalu keluar menuju taman belakang untuk menikmati udara pagi.  Saat sudah ada ditaman dokter Caitlyn mengajak Anne bercengkrama, membahas banyak hal dengan penuh semangat. Ia berharap Anne bisa melupakan apa yang terjadi pada dirinya dan mau mempertimbangkan permintaan tuan David Clarke agar mau menikah dengan Alan.     

"Menakjubkan bukan, kau pasti sangat senang jika pergi ke tempat itu Anne. Nanti kau dan tuan muda bisa menjelajahi kota Clervaux dan menjelajahi kastil-kastilnya,"ucap dokter Caitlyn pelan saat mengakhiri ceritanya yang sedang membahas keindahan kota-kota di Luksemburg.     

Anne menatap dokter Caitlyn dengan mata sendu. "Aku ingin pulang, aku ingin kembali ke Inggris dan menjalani kehidupan normal di sana bersama teman-teman kuliahku dok. Aku tak mau menikah dengan Alan, aku tak menuntutnya untuk menikahiku dok. Aku tak mau."     

"Anne..."     

"Mana mungkin aku bisa hidup bahagia dengan seorang pria yang sudah memperkosaku dok, membayangkannya saja aku tak berani. Jadi tolong bantu aku, bantu bicara pada tuan David agar mau melepaskan aku. Aku janji tak akan membocorkan hal ini, ja-jadi nama baik keluarga ini akan tetap terjaga,"imbuh Anne kembali menambahkan perkataannya yang sebelumnya.     

Dokter Caitlyn menghela nafas panjang, usahanya selama tiga hari ini sia-sia. Karena Anne tetap pada keputusan awalnya yang ingin kembali ke Inggris, perlahan dokter setengah baya itu menyeka air mata yang membasahi wajah Anne dengan lembut.     

"Sebenci itukah kau pada tuan muda?"tanya dokter Caitlyn lirih.     

"A-aku hanya tak mau melihatnya lagi dok, aku tak mau bertemu dengan orang jahat itu...aku tak mau,"jawab Anne terbata, kedua matanya pun kembali dipenuhi air mata yang bersiap jatuh membasahi wajah cantiknya yang terlihat lebih tirus.     

Dokter Caitlyn menggelengkan kepalanya, ia melarang Anne agar tak menangis lagi.      

Dengan penuh keibuan ia meraih Anne      

dan merengkuhnya dengan lembut dalam pelukannya. "Aku tak bisa menjanjikan banyak padamu Anne, tapi aku akan mencoba berbicara dengan tuan besar. Semoga saja beliau mengabulkan permintaanmu sayang, tapi aku tak berjanji Anne. Jadi kau jangan berharap terlalu besar terlebih dahulu ya."     

Anne menganggukkan kepalanya penuh semangat, mendengar perkataan dokter Caitlyn membuat Anne sangat senang. Setelah empat hari merasa hidupnya hampa baru kali ini Anne kembali bersemangat lagi, harapannya untuk bisa hidup normal bersama Linda dan teman-temannya yang lain pun kembali lagi. Anne benar-benar bahagia sampai memeluk erat tubuh dokter Caitlyn dengan kuat.     

Sementara itu Alan yang disibukkan dengan pekerjaannya baru saja bisa bersantai setelah meeting selama hampir dua jam sejak pagi, ia tak mengerti kenapa pekerjaannya selama beberapa hari terakhir ini sangat banyak. Belum lagi dengan para pemujanya yang tak henti-henti menghubungi dirinya hampir secara bersamaan.     

Prank     

Ponsel pintar Alan berbunyi keras saat menghantam dinding yang keras.     

"Carikan ponsel baru untukku, aku sudah muak sekali dengan para wanita itu,"ucap Alan penuh emosi, ia sudah habis kesabaran pasca Cassandra Lim dan Andriana menghubunginya secara bergantian sepanjang ia meeting. Alhasil dengan terpaksa ia harus menonaktifkan ponselnya, padahal sebenarnya ia harus menggunakan ponsel untuk mencatat hal-hal penting selama meeting berlangsung.     

"Siap tuan,"jawab Nicholas dengan cepat.     

Rahang Alan mengeras sehingga      

membuat giginya berbunyi saat beradu satu sama lain. "Bagaimana perkembangannya Nick?"     

"Nihil tuan, Luis tak melakukan hal yang mencurigakan. Ia masih setia mendampingi tuan besar di rumah, melayaninya seperti biasa. Hanya sesekali ia terlihat berada di samping mobilnya untuk sekedar membersihkan atau memanaskan mobilnya saja, selebihnya ia masih sibuk dengan pekerjaan utamanya. Teman-teman nona Anne masih ada waktu empat hari lagi di Luksemburg, setelah itu mereka akan kembali ke London. Dan ada satu hal yang agak aneh menurut saya tuan,"jawab Nicholas serius.     

"Apa itu?"     

"Dokter, selama tiga hari terakhir ini banyak dokter yang datang menemui Tuan besar. Padahal biasanya para dokter itu akan datang satu minggu sekali, namun dalam tiga hari berturut-turut ini mereka terus datang terutama dokter Caitlyn..."     

"Coba perjelas Nick, katakan lebih detail,"sahut Alan dengan cepat memotong perkataan Nicholas.     

Nicholas pun mulai menjelaskan dari awal apa yang ia ketahui berdasarkan laporan anak buahnya, selama Nicholas bicara Alan tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari asistennya itu. Saat Nicholas sudah selesai bicara Alan tiba-tiba bangun dari tempat duduknya secara tiba-tiba.     

"Ayo pulang Nick,"ucap Alan penuh semangat.     

"Tapi anda masih memiliki jadwal untuk meeting lagi sesaat lagi Tuan,"jawab Nicholas kaget.     

Alan yang sudah berdiri dan memakai jasnya kembali langsung menoleh ke arah Nicholas. "Tak ada yang lebih penting bagiku selain menjemput wanitaku pulang Nick."     

      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.