I'LL Teach You Marianne

Villa pribadi



Villa pribadi

0Alan berdiri didepan sebuah sofa berwarna hitam pekat yang super nyaman sambil melipat kedua tangannya didada, ia tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari seorang gadis cantik yang terbaring diatas sofa itu.      

"Aku meminta kalian membawanya ke villa tanpa melakukan kekerasan, tapi ini apa Billy!"hardik Alan kesal, ia sudah tak sabar menunggu Anne bangun.     

"Maaf tuan, kami terpaksa melakukan ini demi keamanan. Pasalnya tadi suasana jalan masih cukup ramai, kami takut kalau nona ini akan menolak ikut kami. Jadi kami memilih melakukan ini, tapi sungguh kami tak melakukan kekerasan apapun padanya. Kami tak menyentuh kulitnya juga, begitu nona ini tak sadarkan diri kami langsung membawanya masuk ke dalam mobil dengan hati-hati tanpa melakukan kontak fisik,"jawab Billy dengan suara bergetar menahan rasa takutnya.      

Selama Billy bicara Alan tak mengalihkan pandangannya sedetikpun dari pria berbadan besar itu, sehingga membuat para bodyguard yang lain merasa ikut ketakutan.      

"Baik, aku percaya dengan penjelasan kalian ini. Tapi kalau nanti aku menemukan sedikit saja sidik jadi kalian di kulit tubuh wanitaku ini, maka jangan salahkan aku kalau kalian semua akan kehilangan jari-jari,"ucap Alan pelan penuh penekanan.     

Bruk     

Billy dan para bodyguard lainnya langsung berlutut meminta maaf pada Alan sambil menundukkan kepalanya, mereka benar-benar takut pada sang tuan muda saat ini. Nicholas yang berdiri dibelakang para bodyguard itu pun hanya bisa diam sambil menggelengkan kepalanya, ia tak menyangka kalau sang tuan muda akan seprotektif ini pada wanita yang baru ia temui.     

"Bangun dan pergilah, aku terima permintaan maaf kalian. Cepat pergi dari villa sekarang juga, aku tak mau gadisku ini ketakutan saat melihat para penculiknya ketika ia sadar,"ucap Alan pelan mengusir para bodyguard yang tengah berlutut itu.     

Tanpa diperintah dua kali para bodyguardnya itu pun langsung bangun dari lantai dan bergegas pergi, mereka berlarian keluar dari villa menuju pintu gerbang.      

"Makanya dengarkan perintah dengan jelas,"celetuk Nicholas pelan sambil melipat kedua tangannya di dada.      

"Kau juga keluar Nick,"lanjut Alan datar sambil menatap Nicholas dengan tajam.     

Nicholas yang sedang menatap ke arah gerbang tersentak mendengar perkataan sang tuan, ia dengan cepat menoleh ke belakang menatap Alan dengan tatapan bingung.     

"Apa maksud anda tuan?"tanya Nicholas bingung.     

"Kau juga pergi dari villa, aku tak mau diganggu saat sedang berdua dengan gadisku. Jadi sekarang kau pergi dari tempat ini,"usir Alan tanpa rasa bersalah menjawab pertanyaan Nicholas.      

"Tuan…"     

"Apa perintahku belum jelas Nick?"hardik Alan kembali, kedua matanya memancarkan kemarahan yang sangat besar saat ini.      

Nicholas menelan ludahnya dengan susah payah, karena menyadari sang tuan benar-benar sedang marah akhirnya Nicholas pun memilih pergi dari villa. Ia berjalan dengan cepat saat menuruni anak tangga, kedua mata Alan pun masih menatap tubuh Nicholas. Sampai akhirnya mobil Nicholas pergi dari villa dan pintu gerbang villa ditutup lagi oleh para penjaga gerbang, Alan baru menekan tombol rahasia yang berada di bawah meja yang hanya mampu ia gunakan seorang diri karena tombol itu membaca sidik jari Alan. Begitu Alan menekan jarinya di tombol itu pintu utama villa langsung tertutup otomatis, setelah melihat semua akses masuk ke villanya tertutup sebuah senyum pun tersungging di wajah Alan. Perlahan ia mengalihkan pandangannya ke arah Anne yang masih terlelap di bawah pengaruh bius, meskipun bius yang dipakai Billy hanya sedikit dan tak akan membuat Anne hilang kesabaran selama berjam-jam namun Alan tetap kesal. Ia tak mau melihat Anne dalam posisi seperti itu.      

"Sihir apa yang kau gunakan untukku kitty, kenapa aku tak bisa berhenti memikirkanmu,"ucap Alan lirih saat sedang duduk disamping Anne dengan tangan yang menyentuh pipi Anne yang tanpa make up, Alan tak pernah memanggil seorang gadis dengan panggilan kitty. Ia selalu memanggil nama setiap wanita yang menjadi kekasihnya, namun entah kenapa kali ini ia memberikan julukan untuk Anne.      

Karena dadanya semakin sesak Alan pun memutuskan untuk menjauh dari Anne dan berjalan menuju meja yang terdapat berbagai minuman keras kesukaannya, tanpa menggunakan gelas Alan langsung menenggak minuman itu dari botolnya secara langsung.      

"Aarrgghhh Billy brengsek, kalau kitty tak bangun dalam 20 menit kedepan maka kau akan kubuat umpan para singa gunung kesayanganku yang kelaparan itu,"umpat Alan penuh emosi saat sudah menenggak minumannya untuk ketiga kalinya.      

Dengan membawa botol minumannya Alan berjalan kembali mendekati Anne, tubuhnya yang sudah panas karena menginginkan Anne pun bertambah panas saat ia menenggak minuman kerasnya dalam jumlah yang banyak. Pada awalnya Alan ingin membiarkan Anne tersadar di sofa, namun dirinya sudah tak bisa menunggu lama. Tanpa berpikir lagi Alan pun meraih tubuh ramping Anne dalam satu kali gerakan, Alan menggendong Anne ala bridal style menaiki tangga menuju lantai dua. Saat sedang berjalan di tangga Alan tak memperhatikan langkahnya, ia justru menatap leher jenjang Anne yang semakin membuat birahinya bergolak. Alan pun semakin mempercepat langkah kakinya saat merasakan kejantanannya sesak dan menyakitkan, ia mengumpat juniornya itu yang sudah on fire saat ia belum melakukan apa-apa. Karena tak mau tersiksa Alan lalu berkonsentrasi pada langkah kakinya, ia kini baru menyadari bahwa di villa pribadinya itu ternyata memiliki banyak anak tangga.     

      

Setelah tersiksa selama hampir dua menit Alan akhirnya tiba di kamar utama yang paling besar di villa yang merupakan kamar pribadinya, dengan perlahan Alan membaringkan tubuh Anne diatas ranjang super besar miliknya. Warna rambut Anne yang di cat hitam bertolak belakang dengan warna seprai yang putih bersih, keberadaan Anne di ranjang benar-benar menyempurnakan keindahan ranjang mahal itu. Ia nampak seperti dewi dari kayangan yang begitu mempesona, begitu indah dan polos dalam tidur nyenyaknya yang menambah otak Alan semakin gila.      

Alan masih mematung di tempatnya pasca meletakkan Anne diatas ranjang, ia seperti tersihir akan keindahan tubuh Anne yang sangat natural itu. Tanpa ada tambahan silikon di payudara atau diboyongnya, tak seperti wanita-wanita lain yang selama ini Alan kenal.     

"Sadar Alan, tahan dirimu. Kau manusia, jangan sentuh wanita yang sedang tidur. Kalau kau menidurinya saat ia sedang tak sadarkan diri seperti ini itu sama saja kau sedang bercinta dengan sex doll,"ucap Alan lirih dengan suara parau.      

Tepat saat Alan berhenti bicara kesadaran Anne kembali, ia mulai mengernyitkan keningnya yang terasa sakit karena pengaruh bius yang terhirup olehnya masih terasa. Ketika sudah bisa menyesuaikan diri Anne akhirnya menyadari kalau dirinya sedang berada ditempat lain saat merasakan empuknya tempat ia berada saat ini, kedua matanya pun terbuka lebar seketika saat menyadari ia sedang berada di sebuah ranjang.      

"J-jack!!! Jack kau kembali?"pekik Anne histeris saat melihat wajah Alan yang berdiri disamping ranjang, Anne yang belum sepenuhnya sadar belum mengingat dengan jelas siapa sosok pria yang ada di hadapannya dan masih menyebut nama Jack padanya seperti saat pertama kali bertemu di depan restoran.      

"Who is Jack?"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.