I'LL Teach You Marianne

Perasaan yang berbeda



Perasaan yang berbeda

0Nicholas terus mengendarai mobil tanpa bicara, ia masih tak mengerti kenapa tuannya membawa gadis yang hampir tertabrak itu pulang. Pasalnya tadi saaf Alan datang kembali tiba-tiba Anne memeluknya lagi karena ada kilat yang datang dan disusul petir yang membahana, bahkan Nicholas dan Alan yang tak takut pada petir saja sempat kaget karena mendengar petir sekeras itu.      

"Dimana tempat tinggalmu Nona…"     

"Anne, namaku Anne,"sahut Anne dengan cepat memotong perkataan Alan.     

"Anne, nama yang bagus. Namaku Alan dan Nick asisten pribadiku,"ucap Alan pelan sambil mengangkat satu tangannya menunjuk ke arah Nicholas yang sedang mengendarai mobil.     

"Iya saya tahu…"     

"Tentu saja kau pasti tahu siapa tuan mudaku, semua gadis di kota atau bahkan di negara ini pun tahu siapa tuan Alan." Dari bangku kemudi Nicholas langsung memotong perkataan Anne dengan ketus, ia benci sekali dengan sikap polos Anne.      

Wajah Anne langsung berubah pucat, ia merasa sedikit tersinggung dengan perkataan Nicholas. Sedangkan Alan hanya tersenyum tipis, ia justru lebih memilih untuk melepas jas nya yang sudah basah dan meletakkannya di sebuah paper bag yang berisi pakaian bersihnya yang memang selalu di siapkan oleh Nicholas untuk berjaga-jaga. Saat Alan membuka jas dan kemejanya yang basah, Anne membuang muka. Ia tak melihat ke arah Alan. Namun tetap saja Anne merasa tidak nyaman, apalagi mereka duduk secara berdekatan seperti itu.     

"Ja-jangan disini!!"pekik Anne terbata saat melihat Alan akan berganti celana panjang.     

"Apa maksudmu nona?"tanya Jack bingung.     

"I-itu, maksudnya jangan ganti celana di dalam mobil seperti ini. K-kau bisa berganti nanti saat mobil sudah berhenti atau turunkan aku saja terlebih dahulu, batu setelah itu kau bisa berganti baju,"jawab Anne dengan cepat tanpa jeda sambil terus membuang muka ke arah jendela.      

Mendengar perkataan yg membuat Nicholas tiba-tiba menginjak rem sehingga membuat Alan dan Anne yang berada di kursi belakang terkejut.     

"Nick!!!"     

"Saya hanya melakukan apa yang ia inginkan Tuan, tadi bukankah dia ingin turun dari mobil ya sudah saya berhenti,"ucap Nicholas tanpa merasa bersalah.     

Kedua mata Alan membulat sempurna mendengar perkataan Nicholas, ia tak mengerti kenapa asistennya itu tiba-tiba sangat menyebalkan sekali sekarang.     

"Diluar hujan masih sangat lebat begitu pula dengan petir yang masih bersahutan, kau mengerti maksudku bukan Nick,"sahut Alan pelan dengan suara meninggi.      

"Saya tahu Tuan, tapi anda tetap harus berganti pakaian. Saya tak mau kalau tuan besar marah kepada saya kalau anda sakit,"jawab Nick kembali.     

Alan menghembuskan nafas panjangnya dan berkata, "Aku tahu itu, kau tak usah khawatir. Aku akan tetap berganti pakaian di dalam mobil tanpa nona Anne harus turun, sekarang lebih baik kau jalan lagi dan jangan lupa pasang kaca pelindung. Aku harus berganti celana."      

      

Nicholas yang patuh langsung melakukan apa yang diperintahkan oleh sang majikannya, sebelum menginjak gas mobil ia mengaktifkan kaca pelindung terlebih dahulu yang membuat mobil terlindungi dari orang-orang yang berada di luar.  Pelindung itu membuat orang-orang dari luar tak bisa melihat apa yang mereka lakukan di dalam mobil, namun semua orang yang ada di dalam mobil itu tetap bisa melihat ke arah luar.      

"Kalau kau merasa tidak nyaman lebih baik terus saja lihat ke arah jendela Nona, aku akan berganti celana panjang sekarang. Tenang saja hanya celana panjang, aku masih akan tetap memakai celana dalamku. Jadi kau tidak usah terlalu khawatir,"ucap Alan lirih sambil meraih resleting celananya yang basah di bagian lutut kebawah itu.     

Blush      

Wajah Anne memerah seketika mendengar perkataan Alan, jantungnya pun berdetak sangat cepat karena kata-kata Alan. Yang bisa Anne lakukan hanyalah diam dan terus melihat kearah jendela tanpa bicara, beberapa kali Anne terlihat menggeser duduknya ke arah pintu. Mencoba menjaga jarak sejauh mungkin dengan Alan, Alan yang sedang berganti celana hanya tersenyum melihat sikap Anne. Karena Alan sudah terbiasa berganti pakaian seperti ini didalam mobil, ia tak mengalami kesulitan apapun. Sehingga dalam waktu singkat, Alan sudah berhasil berganti celana panjang yang masih kering dan bersih lengkap kemeja warna putih yang pas dipakai olehnya.      

"Oh iya, dimana kau tinggal nona Anne?"     

"Anne, please panggil namaku saja. Jangan pakai nona, aku bukan orang yang pantas dipanggil nona,"jawab Anne dengan cepat merespon perkataan Nicholas.     

Mendengar perkataan Anne membuat Nicholas mengangkat wajahnya dan menatap kaca spion untuk melihat ke arah Anne. "Lalu dimana alamatmu Anne?"      

"Aku tinggal di hotel yang berada tak jauh dari pusat kota bersama teman-teman…"     

"Hotel?" Alan langsung memotong perkataan Anne dengan kaget.      

Anne menoleh ke arah Alan dengan wajah yang masih memerah. "Aku dan teman-temanku, kami adalah mahasiswa dari university of the arts London jurusan fashion design. Setiap akhir semester kami mendapat tugas dari profesor untuk melakukan penelitian di beberapa negara yang sudah dipilih oleh pihak kampus untuk melihat langsung bagaimana gaya berpakaian masyarakat di negara-negara yang ditunjuk itu, yang mana tugas itu akan menjadi acuan penilaian untuk kami di semester depan. Dan semester ini kami mendapatkan tugas untuk datang ke Luxembourg untuk melakukan tugas itu."     

"Fashion designer? Memang ada penelitian semacam itu?"tanya Nicholas ikut bicara, ia merasa apa yang dikatakan oleh Anne sangat tidak masuk akal.     

"Memang terdengar aneh, tapi itulah yang terjadi. Profesor di kampus kami memang ingin agar kami para mahasiswanya terjun langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung, bukan hanya melihat dari majalah atau media sosial saja,"jawab Anne kembali dengan tenang.      

Alan tersenyum mendengar perkataan Anne, meskipun baru berbicara sepanjang itu dengan Anne entah mengapa ia merasa sudah sangat nyaman sekali. Sebuah rasa nyaman yang berbeda yang tak dapat dideskripsikan oleh Alan sendiri, setelah menyebutkan nama hotel tempatnya menginap Anne kembali diam. Ia memilih menyibukkan diri dengan mengirimkan pesan pada Linda untuk menahan dingin yang mulai menyerangnya, Anne merasa sungkan kalau meminta Nicholas mematikan AC mobil. Karena itulah ia memilih bermain dengan ponselnya untuk menghindari kontak langsung dengan Alan yang sejak tadi tak memandangnya tanpa berkedip.      

Karena hujan cukup lebat, perjalanan yang seharusnya hanya ditempuh selama lima belas menit menjadi lebih lama. Banyak sekali mobil yang berlalu lalang sehingga membuat Nicholas harus mengemudi dengan hati-hati, ditambah lagi dengan hujan yang semakin lebat.      

"Ok kita sampai,"ucap Nicholas singkat saat sudah berada di depan lobby hotel tempat Anne menginap bersama teman satu kelasnya.     

"Terima kasih atas bantuannya dan maaf merepotkan, saya tak tahu harus dengan apa membalas kebaikan anda berdua,"jawab Anne pelan, setelah berpikir sepanjang perjalan pulang ke hotel akhirnya kalimat itulah yang keluar dari bibir Anne.      

Bibir tipis Alan melebar mendengar perkataan Anne. "Kalau begitu berikan nomor ponselmu padaku."     

Anne yang sedang menatap ke arah depan langsung menoleh kearah Alan dengan memberikan kedua mata yang membulat sempurna, ia terlihat tak percaya dengan apa yang Alan katakan. Ditatap seperti itu oleh Anne membuat Alan tersenyum, ia kemudian meraih ponsel yang masih dipegang oleh Anne dan melakukan panggilan ke nomor ponselnya sendiri.      

"Ok, itu nomorku. Kau bisa menyimpannya,"ucap Alan kembali tanpa rasa bersalah saat mengembalikan ponsel Anne kembali.     

"I-iya...ka-kalau begitu saya turun, terima kasih dan mohon maaf sudah membuat mobil ini basah dan kotor,"jawab Anne terbata dengan wajah tertunduk sambil mencengkram erat ponsel yang baru saja dikembalikan oleh Alan, ia merasa bersalah saat menyadari kursi yang ia duduki menjadi basah.     

"Tenang saja, ini bukan masalah besar,"sahut Alan dengan cepat.     

Anne mengangkat wajahnya secara perlahan dan tersenyum pada Alan, sedetik kemudian ia meraih handle pintu dan keluar dari mobil. Tak begitu lama setelah Anne keluar dari mobil Nicholas lalu memacu mobilnya kembali meninggalkan area hotel menuju jalan raya, dari kaca spion Alan tersenyum saat melihat Anne bersin.      

"Ternyata dia bukan wartawan, hmm menarik juga,"ucap Alan dalam hati, diponselnya sudah muncul artikel soal salah satu program studi university of the arts London yang sebelumnya disebutkan oleh Anne.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.