I'LL Teach You Marianne

Sepasang mata indah



Sepasang mata indah

0Sejak tadi malam Paul tak tersenyum sama sekali, ia terlihat marah dan kesal karena lagi-lagi akan ditinggal seorang diri di London karena sang bos dan Linda akan pergi ke Luxembourg untuk menjalankan tugas yang diberikan oleh profesor Gilbert.      

"Jangan marah Paul, kami hanya tiga minggu saja di sana. Kau juga tak perlu khawatir karena aku satu kamar dengan Anne,"ucap Linda pelan mencoba untuk menenangkan Paul untuk yang kesekian kalinya.      

"Aku tidak marah, aku hanya kesal saja bagaimana mungkin kalian selalu pergi ke luar negeri ketika libur semester seperti ini. Bukankah kalian harusnya libur, bukannya mengerjakan tugas seperti ini. Apalagi sampai harus pergi ke luar negeri dan itu hampir selalu kalian lakukan setiap enam bulan sekali,"jawab Paul kesal, ia tak bisa menutupi kesalahannya karena Linda selalu pergi meninggalkan dirinya setiap libur kuliah dan  Paul merasa sedikit takut kalau ditinggal pergi oleh Linda.      

Paul merasa kalau Linda pergi ke luar negeri, ia takut Linda akan bertemu dengan pria lain dan akan meninggalkannya. Meskipun berkali-kali Linda sudah menegaskan bahwa ia tidak melakukan hal-hal yang patut dicurigai karena selalu bersama Anne kemanapun ia pergi ketika sedang berada di luar negeri, namun tetap saja Paul selalu cemburu dan marah ketika Linda harus pergi ke luar negeri. Paul takut Linda akan bertemu dengan pria lain yang lebih mapan dan lebih tampan dari pada dirinya, yang hanya sebagai pengelola toko bunga milik Anne saja.      

"Kami benar-benar harus pergi karena tugas dari Profesor Gilbert dan jadwal kami sangat detail selama berada di luar negeri jadi kau tak usah khawatir Paul,"imbuh Linda kembali.      

Paul diam, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Pertengkarannya dengan Linda seperti ini selalu saja terjadi setiap Linda akan pergi ke luar negeri, meskipun nyatanya mereka tak bener-benar bertengkar. Anne yang hanya duduk melihat pertengkaran karyawan dan sahabat baiknya itu hanya tersenyum, ia tak lagi ikut marah jika Linda dan Paul bertengkar. Anne sekarang justru memberikan kesempatan pada sepasang kekasih itu saling mengerti satu sama lain, karena Anne tahu pertengkaran mereka hanyalah sebuah pertengkaran kecil yang dipicu rasa saling takut kehilangan bukan karena masalah lain seperti orang ketiga.      

Setelah berdebat dengan Paul selama hampir satu jam akhirnya sepasang kekasih itu mesra kembali, mereka bahkan terlihat memasak bersama di pantry karena Anne kelaparan. Tak lama kemudian di ruang tv pun sudah tersaji ayam panggang yang sudah dibuat Paul sebelumnya dan salad serta kentang goreng dengan minuman soda yang baru saja dikeluarkan dari kulkas, meskipun tinggal satu gedung apartemen yang sama dengan Linda dan Paul akan tetapi Anne selalu menghabiskan waktunya di unit apartemen Linda dan Paul. Ia bahkan tak pernah masak lagi sejak tinggal satu gedung yang sama dengan sepasang kekasih itu, Anne memberikan uang belanja pada Linda agar Linda bisa membuat masakan untuknya. Jadi setiap hari Anne selalu makan di tempat Linda dan Paul, meskipun kenyataannya lebih banyak Paul yang memasak untuk mereka karena ternyata masakan Paul jauh lebih enak dari masakan mereka. Setelah menghabiskan semua makanan lezat yang dibuat Paul, Anne lalu berpamitan pada sang tuan rumah untuk kembali ke kamarnya yang berada satu lantai diatas lantai kamar Linda dan Paul.     

"Kasihan bos,"ucap Paul lirih saat melihat Anne berjalan menuju lift.     

"Iya, aku tahu ia sampai sekarang belum benar-benar melupakan Jack,"jawab Linda pelan menimpali perkataan kekasihnya.     

"Apa di kampus tak ada yang mendekatinya Linda?"tanya Paul penasaran.     

"Banyak sekali, banyak pemuda yang mencoba meraih hati Anne. Akan tetapi kau tahu kan betapa dinginnya Anne, mau ada seribu pria sekalipun yang mendekatinya kalau ia tak merespon para pria itu pasti mundur perlahan. Aku kadang-kadang kasihan pada Anne, tapi bagaimana ia sendiri yang belum mau bangun dari mimpi buruknya itu. Anne selalu menganggap Jack masih hidup, padahal jelas-jelas polisi yang menangani peristiwa dua tahun lalu itu menegaskan kalau tak mungkin ada manusia yang selamat dari cuaca dingin seperti itu di tengah laut,"jawab Linda lirih dengan mata sayu menatap Anne yang menghilang di balik lift.      

Paul menghela nafas panjang, ia kembali mengingat peristiwa 2 tahun yang lalu saat polisi menyatakan Jack benar-benar meninggal. Anne yang ceria berubah 360 derajat tak ada senyum ataupun tawa dari wajah Anne selama hampir satu bulan, sampai akhirnya Linda berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan tawa Anne kembali dengan mengajaknya pergi ke taman hiburan untuk naik berbagai wahana extrem. Linda meminta Anne untuk melupakan segala rasa dalam dirinya dengan cara berteriak sekencang-kencangnya ketika menaiki wahana-wahana itu, dan rencana Linda berhasil. Sepulang dari tempat hiburan Anne berangsur-angsur mulai mau bicara dan akhirnya ia kembali seperti semula meskipun ia menjaga jarak dengan pria lain, Anne membuat istana es dalam dirinya yang tak pernah bisa dirobohkan siapapun. Karena hari demi hari ketebalan dinding istana es itu semakin kuat.      

Karena hari sudah malam Paul mengajak Linda untuk istirahat, besok pagi sekali Linda dan Anne harus berada di bandara untuk berangkat ke Luxembourg seperti jadwal yang dibuat profesor Gilbert. Anne pun juga langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjangnya ketika ia sampai dikamar, diatas ranjang Anne terpasang foto dirinya dan Jack yang berlatarkan York Minster tempat dimana mereka mengikat janji. Satu-satunya foto yang ia miliki karena Jack pernah mengirimkan foto itu pada Erick sebelum ponselnya ikut hilang di selat Inggris.      

Sementara itu di kediaman milik David Clarke terlihat sebuah mobil Ferrari warna hitam milik Alan masuk, Alan dan asistennya Nicholas berhasil menyelamatkan diri dari Andriana dari pesta pernikahan Brandon Rex setelah beberapa bodyguard Brandon membantu Alan dan Nicholas dengan menahan Andriana.     

"Mereka benar-benar ganas,"ucap Nicholas pelan saat keluar dari mobil kesayangan Alan.      

Alan tersenyum tipis mendengar perkataan Nicholas, ia tak bicara sejak kembali dari pesta Brandon Rex. Perasaannya tiba-tiba sangat kacau sekali, sebuah perasaan yang sangat asing sekali. Nicholas yang sedang melepaskan jas yang melekat pada tubuhnya itu akhirnya menyadari kalau ada yang salah dengan Alan sang tuan, perlahan lalu mendekati Alan dan menepuk pundaknya perlahan.     

"Kau kenapa Tuan?"tanya Nicholas lirih. "Kita sudah dirumah, Andriana tak mungkin bisa mengejar anda kesini Tuan."     

"Nick, apa aku boleh bertanya sesuatu padamu?"tanya balik Alan serius.     

"Silahkan saja Tuan, saya akan dengan senang hati menjawabnya,"jawab Nicholas sambil tersenyum.     

Alan menatap tajam ke arah Nicholas. "Apa aku pernah memiliki kekasih yang bermata amber?"     

"Gadis bermata Amber?"     

"Yes,"sahut Alan dengan cepat.      

"Sepertinya tidak Tuan, pasalnya wanita-wanita yang mendekati anda selama ini memiliki warna mata biru, hazel atau pun hitam. Tak ada yang bermata amber,"jawab Nicholas serius saat berhasil mengingat wanita-wanita yang pernah dekat dengan sang tuan.     

"Aneh sekali,"gumam Alan lirih.      

Nicholas yang tak belum mengerti kemana arah pembicaraan Alan nampak diam, ia berdiri di samping Alan tanpa banyak bicara karena takut membuat sang tuan tak nyaman.     

"Kalau begitu siapa gadis bermata indah itu,"ucap Alan lirih sambil memejamkan matanya mengingat kembali sosok wanita yang wajahnya tak jelas tengah menatapnya dengan sendu, sorot matanya pun dipenuhi kesedihan yang mendalam sehingga sepasang mata ambernya terlihat sangat menyedihkan.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.