I'LL Teach You Marianne

Siang yang panas



Siang yang panas

0Baru saja Anne melangkahkan kakinya keluar dari kamar Alice tiba-tiba tanpa permisi Alan langsung meraih tubuhnya dan meletakkannya dipundak, seperti sedang membawa kantung beras. Anne yang kaget sempat terdiam beberapa saat, sampai akhirnya berteriak keras saat sadar Alan membawanya pergi menuju kamar. Meski Anne meminta tolong diturunkan berkali-kali, Alan tak mengubris. Ia mengabaikan teriakan Anne dan terus saja pergi menuju kamar tidur mereka, beberapa pelayan yang berpapasan dengan Alan yang sedang menggendong Anne hanya bisa tersenyum. Mereka senang melihat kemesraan pasangan suami istri itu.     

Begitu sampai dikamar Alan langsung menurunkan tubuh Anne diatas ranjang, setelah mengunci rapat pintu kamar dengan rapat karena tak mau ada yang mengganggu dirinya dan Anne.     

"Alan, apa yang kau lakukan?"tanya Anne pelan, mencoba untuk tenang meski saat ini Alan sudah menahanya diranjang.     

"Seharusnya aku yang memberikan pertanyaan itu padamu sayang,"jawab Alan dengan suara serak. "Katakan apa maksudmu yang sebenarnya membawa dua orang asing ke rumah ini, kau tak berniat kabur bersama mereka bukan?"     

"Kabur? Mana mungkin aku kabur, aku hanya ingin membalas kebaikan mereka saja karena waktu itu menolongku. Tidak lebih, aku merasa tak enak saja jika mereka tinggal di hotel saat sedang berada di Luksemburg. Akan lebih menyenangkan jika mereka tinggal disini, lagipula di rumah ini masih banyak kamar kosong maka dari itu aku meminta izin pada kakek dan kakek mengizinkan mereka tinggal disini,"jawab Anne dengan cepat mencoba untuk memberikan penjelasan pada Alan semasuk akal mungkin supaya tak membuat suaminya itu curiga.     

Alan terdiam beberapa saat mencerna kata demi kata yang Anne ucapkan. "Apa ucapanmu bisa aku pegang?"     

"Tentu..tentu saja bisa, aku tak bohong."     

Bibir Alan menipis melihat sikap istrinya yang tiba-tiba penuh semangat, otaknya yang cerdas pun langsung menemukan sebuah ide besar yang akan mampu menguji kejujuran Anne. Perlahan Alan melepaskan genggaman tangannya dari kedua tangan Anne dan duduk dengan tenang di pinggiran ranjang menunggu Anne untuk duduk, Anne yang terbebas dari Alan pun langsung bangun dan menjaga jarak dengan suaminya yang masih sangat beringas itu.     

"Kalau kau tak bohong buktikan padaku,"ucap Alan tiba-tiba.     

"Bukti, harus dengan bukti apa? Bukankah aku sudah bilang mereka adalah sepasang kekasih yang berasal dari Swiss dan aku benar-benar tak ada hubungannya dengan mereka Alan, kemarin di Tromso adalah pertemuan pertama kami jadi..."     

Anne menghentikan perkataannya saat melihat Alan mengangkat tangannya ke udara, memintannya untuk berhenti bicara.     

"Bukan penjelasan itu yang aku mau,"ujarnya kembali.     

Anne yang belum paham dengan arah pembicaan Alan berusaha untuk tenang karena tak mau memancing kemarahan. "Lalu apa yang kau mau?"     

Kedua mata Alan langsung berbinar mendengar kalimat yang terlontar dari bibir Anne, dengan senyum yang mengembang diwajahnya Alan menatap Anne tanpa berkedip. "Kau tahu apa yang aku mau Anne."     

"Bagaimana aku bisa tahu kalau kau tak mengatakan keinginanmu Alan,"ucap Anne bingung.     

Dengan senyum yang masih mengembang, Alan mendekatkan wajahnya ketelinga Anne. "I want you, it's been more than five days Anne."     

Wajah Anne seketika memerah mendengar perkataan Alan, jantungnya berdegup sangat cepat saat ini. Sejak kembali dari Norwegia Anne memang selalu mencari cara untuk menghindari Alan yang selalu berusaha untuk menyentuhnya, Anne bertekad untuk tak bercinta dengan suaminya itu setidaknya sampai Jack mendapatkan sedikit ingatannya. Akan tetapi sepertinya keinginannya itu tak akan bisa terjadi karena kali ini sepertinya ia tak bisa melarikan diri lagi dari Alan yang sudah sangat menginginkannya.     

"Tapi diluar ada tamu, mereka pasti akan mencariku kalau..."     

"Ada Nick, Nick yang akan mengurus kedua tamu itu saat kita sibuk,"ucap Alan dengan cepat memotong perkataan Anne.     

"Tapi.."     

"Sttt...aku akan menghubungi Nick sekarang juga." Alan kembali memotong perkataan Anne dengan cepat.     

Sedetik kemudian Alan sudah tersambung dengan Nicholas dan terlibat pembicaraan serius dengan asistennya itu, berkali-kali Alan menegaskan tak mau diganggu oleh siapapun dan memberikan ancaman serius pada Nicholas kalau perintah ini bersifat wajib dijalankan dan tak bisa diganggu gugat. Nicholas yang merasa posisinya terancam pun dengan semangat menerima tugas dari sang tuan, ia berjanji akan melakukan tugas yang diberikan padanya itu dengan baik tanpa ada kesalahan sedikitpun.     

"Ok, masalah selesai. Tak ada lagi yang perlu kau khawatirkan,"ucap Alan dingin dengan nafas yang sudah memburu.     

"K-kau ingin melakukan itu disiang bolong saat matahari setinggi ini?"tanya Anne tergagap berusaha mengulur waktu sepanjang mungkin.     

"Yes, kenapa memangnya? Tak ada masalah, lagipula saat ini kita sedang ada dikamar kita sendiri dan tak ada orang yang berani mengganggu. Jadi tak ada hal lain lagi yang perlu kau khawatirkan sayang,"jawab Alan datar sembari melepas satu demi satu kancing yang kemeja yang membalut tubuh kekarnya.     

Anne menelan ludahnya dengan cepat saat melihat deretan otot perut dan dada suaminya yang mulai terlihat jelas ketika pria itu mulai melepas kemeja putih dari tubuhnya, Anne tak munafik. Ia sebenarnya juga menginginkan pria yang berdiri dihadapannya itu, melihat Anne menatapnya tanpa berkedip senyum Alan tersungging lebar. Setelah berhasil melepas kemejanya Alan kemudian berjalan menuju dinding untuk mengatur suhu kamarnya menjadi lebih dingin, ia ingin percintaan panasnya sesaat lagi benar-benar sempurna.     

Tanpa melepas celana panjang yang membalut tubuh bawahnya Alan berjalan mendekati Anne yang masih duduk di pinggiran ranjang, perlahan Alan mengeluskan jemarinya ke balik lutut Anne yang masih terlindungi dress yang ia gunakan. Sentuhan Alan menstimulasi setiap saraf di tubuh Anne, membuat pertahanan yang ia buat goyah dan hancur seketika. Aroma maskulin yang keluar dari tubuh Alan membuat Anne hilang kewarasan, ia menginginkan Alan sekarang juga.     

Sungguh gila dan tidak benar.     

Anne benar-benar merasa menjadi jalang ketika tubuhnya mulai bereaksi, memberikan respon atas sentuhan yang Alan berikan. Tanpa Anne sadari ia membuka kedua pahanya, memberikan akses pada Alan untuk leluasa melakukan apa yang ia inginkan. Melihat respon yang Anne berikan membuat Alan senang, ia menjadi tak harus mengeluarkan tenaga untuk membuat Anne mengangkat baju yang ia pakai. Secara alami saat Anne membuka kedua pahanya rok yang menutupi tubuhnya mulai terangkat, sehingga paha mulusnya terlihat jelas dan membuat Alan semakin liar.     

"Alan..." ceracau Anne saat Alan mulai meraba paha bagian dalamnya, satu sentuhan yang baru saja Alan berikan memancing gairah Anne. Seluruh tubuhnya sudah memanas dan bergairah, wanita itu benar-benar sudah menginginkan Alan seutuhnya saat ini.     

"Not now baby, aku akan memberikan sebuah kenikmatan baru padamu. Akan kubuat siang hari yang terik ini semakin panas dengan percintaan kita,"serak Alan dengan suara parau saat akan mulai menjilati kaki jenjang Anne yang putih mulus tanpa bulu.     

"Apa yang kau...mmpphh..."     

Anne memejamkan kedua matanya seiring dengan gigitan kuat dibibir bawahnya merasaka gelayar aneh dalam tubuhnya ketika Alan mulai mengeluarkan lidahnya, menyentuh kulit kakinya. Alan menepati ucapannya, ia ingin bermain-main terlebih dahulu dengan Anne siang ini. Anne yang sudah tak menolaknya, Anne yang sudah menjadi miliknya secara utuh.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.