I'LL Teach You Marianne

Pertemuan 'pertama'



Pertemuan 'pertama'

0Anne tak langsung membawa Erick dan Alice pulang ke kediaman Clarke, ia mengajak kedua orang itu pergi makan siang diluar karena ingin memberitahu beberapa hal pada kedua orang itu sebelum pulang dan bertemu Alan. Selama Anne bercerita Erick dan Alice tak membuka mulutnya sama sekali, kedua orang itu benar-benar fokus pada kalimat demi kalimat yang terucap dari bibir Anne.     

"Karena itulah aku meminta kalian datang ke Luksemburg supaya membantu suamiku menemukan pembunuh saudaranya dan mengembalikan ingatannya,"ucap Anne pelan mengulangi beberapa kalimat yang sudah ia ucapkan sebelumnya untuk menutup penjelasannya pada Erick dan Alice.     

"Jadi p-pria itu benar-benar tuan Jack?"tanya Alice tergagap.     

"Iya Alice, tapi tolong tetap panggil dia dengan nama Alan. Aku tak mau membahayakan dirinya jika ia tahu bukan Alan, yang kita lakukan saat ini adalah membuatnya mengingat siapa dirinya perlahan-lahan. Aku ingin ia mengingat kenangan-kenangannya sendiri bukan karena dipaksakan, karena itulah aku memanggil kalian. Aku ingin meminta bantuan kalian berdua sebagai orang yang pernah berhubungan dengannya dulu, terutama kau Erick,"jawab Anne lirih tanpa mengalihkan pandangannya dari Erick yang sejak tadi diam membisu.     

"Apakah dengan cara ini akan berhasil?"tanya Erick pelan.     

Anne menggelengkan kepalanya perlahan. "Aku belum tahu, tapi yang jelas tak ada salahnya kita mencoba cara ini. Aku yakin ingatan-ingatannya akan kembali jika ia bersama dengan orang-orang yang sangat ia kenal, ditambah lagi para dokter sudah tak lagi memberinya terapi itu jadi kemungkinan untuk mengembalikan ingatannya lagi lebih besar Erick."     

Erick meraih tangan Anne dan menggenggamnya secara kuat. "Anda tenang saja nona...eh nyonya, aku pasti akan melakukan yang terbaik untuk membuat Tuan kembali. Akan kubuat ia ingat dirinya kembali perlahan-lahan, tak mungkin tuan bisa melupakan kebersamaan kami yang sudah bertahun-tahun semudah itu. Aku yakin sekali bisa membuat Tuan kembali seperti dulu, aku juga akan memastikan pembunuh saudara kembar Tuan segera membusuk di penjara. Manusia laknat itu harus segera mendapatkan balasan yang setimpal."     

Anne meneteskan air matanya karena terharu mendengar perkataan Erick, ia senang sekali karena Erick mau membantunya. Melihat Anne menangis dengan cepat Alice meraih tisu untuk menyeka air mata Anne.     

"Tenang kak, kau tak sendiri. Kau memiliki aku dan Erick, kami pasti akan membantumu mengembalikan ingatan Tuan kembali,"ucap Anne lembut saat sudah selesai menyeka air mata Anne.     

"Terima kasih Alice, maaf merepotkanmu."     

Alice langsung menggeleng kepalanya dengan cepat. "Jangan, jangan bicara seperti itu kak. Aku sama sekali tak merasa direpotkan, aku justru sangat senang membantu kakak. Walau bagaimanapun Tuan adalah orang yang sangat berjasa dalam hidupku kak, tanpa kebaikannya waktu itu aku mungkin akan tetap menjadi resepsionis tanpa bisa tahu aku memiliki kemampuan di bidang yang lain. Kalau tak ada kepercayaan dari Tuan waktu itu untuk mengangkatku menjadi sekertaris mungkin saat ini hutang keluargaku belum lunas kak, karena itulah aku tak merasa terbebani sama sekali. Aku justru sangat senang, Tuan Jack adalah orang baik sama sepertimu kak dan sudah saatnya kalian bahagia setelah apa yan kalian alami selama 2 tahun terakhir ini."     

Anne tersenyum haru mendengar perkataan Alice, rasa sesak yang selama beberpaa hari ini mencekalnya perlahan memudar. Dua orang yang ia sangat percayai untuk membantunya ternyata tak keberatan sama sekali dan hal ini membuat Anne semakin yakin kalau ia bisa membuat suaminya ingat kembali dengan jati dirinya yang sebenarnya tanpa membuatnya terluka.     

"Ya sudah ayo kita pulang nyonya, aku sudah tak sabar bertemu dengan Tuan,"ucap Erick penuh semangat saat bangun dari kursi, mengajak Anne untuk pulang.     

Anne menyeka tetesan air mata yang masih berada di wajahnya, perlahan ia pun bangun dari kursi dan segera keluar dari restoran tempat mereka makan untuk pulang ke rumah tuan David Clarke. Setelah kembali dari Norwegia, tuan David Clarke meminta dirinya dan Alan tinggal dirumah bersamanya yang mana keputusan itu membuat Anne sangat bahagia karena dengan begitu Alan tak bisa menyentuhnya seenak hati. Meski sudah tahu Alan adalah pria yang sangat ia cintai namun Anne tak mau Alan menyentuhnya lagi sebelum pria itu benar-benar mengingat dirinya, karena itulah Alan mudah marah sekali selama beberapa hari terakhir ini.     

Sepanjang perjalanan menuju kediaman keluarga Clarke, Anne dan kedua tamunya kembali terlibat pembicaraan serius untuk mematangkan rencana mereka. Anne benar-benar tak mau terjadi kesalahan sekecil apapun, karena itulah ia menyusun rencana dengan sangat rapi.     

"Ok, kita sudah sampai,"ucap Anne pelan saat memasuki area kediaman keluarga Clarke.     

"Wahh besar sekali,"celetuk Alice spontan.     

"Ya begitulah, karena itu sangat wajar sekali jika banyak orang yang ingin menyingkirkan ahli waris keluarga ini,"jawab Anne lirih dengan suara parau.     

Erick tersenyum mendengar perkataan Anne. "Tapi anda tak usah khawatir Nyonya, selama ada aku disisi Tuan tak akan kubiarkan siapapun berbuat jahat padanya. Akan kupertaruhkan nyawaku untuk menjaga Tuan."     

"Terima kasih Erick, terima kasih atas kesetiaamu pada suamiku."     

"Ini adalah kewajibanku Nyonya, kau tak perlu berterima kasih,"sahut Erick dengan cepat.     

Alice menepuk pundak Erick, ia senang kekasihnya sangat setia pada tuannya. Ada kebanggaan besar dalam diri Alice mendampingi Erick yang begitu loyal pada tuannya, karena Alice yakin seorang pria yang setia pada tuannya maka ia akan setia juga pada pasangannya.     

Karena tak mau membuat Alan semakin marah padanya Anne pun bergegas turun dari mobil, ia yakin sekali pria itu pasti sudah menggila karena tak menemukan keberadaannya. Ketika Anne turun dari mobil tiba-tiba ia dikagetkan dengan suara panggilan yang cukup keras dari seorang pria yang sudah sangat marah.     

"Tuan..."gumam Erick lirih, ia sangat hafal dengan suara Jack.     

Anne tersenyum dan memberikan kode pada Erick dan Alice untuk segera menaiki anak tangga untuk masuk kedalam rumah bersamanya, senyum Anne mengembang saat melihat suaminya sudah berdiri sambil berkacak pinggang didepan pintu bersama Nicholas dan beberapa orang bodyguard berpakaian serba hitam yang menundukan kepalanya.     

"Kenapa kau pergi tak berpamitan padaku Anne?!"hardik Alan dengan keras saat Anne sudah berdiri didepannya, kedua matanya berkilat menunjukkan kemarahan yang sangat besar saat ini.     

"Aku berpamitan pada kakek, tadi aku sudah menitip pesan juga pada Luis,"jawab Anne dengan sangat tenang, ia tahu Alan tak akan mungkin bisa melakukan kekerasan padanya karena ada tuan David Clarke yang melindungi dirinya di rumah ini.     

Alan mengangkat bahunya. "Suamimu aku Anne, kenapa kau berpamitan pada orang lain!!"     

"Lalu kau mau marah padaku?"tanya Anne dengan cepat.     

"Tentu saja aku marah padamu, kau sudah membuatku..."     

Alan menghentikan perkataannya saat melihat dua orang asing yang berdiri dibelakang Anne, ia terdiam dan mencoba mengingat wajah pasangan kekasih yang sedang menatapnya dengan hangat itu.     

"Erick dan Alice, kau pasti ingat mereka bukan? Mereka berdua yang bertemu denganku di Camp North Tour malam itu,"ucap Anne dengan cepat mencoba untuk mengingatkan Alan kembali.     

"Akhh i see...dua orang yang membantumu kabur dariku bukan!!"     

"Alan..."     

Alan tertawa terbahak-bahak, ia kemudian melangkahkan kakinya dan dengan cepat melingkarkan tangannya ke tubuh Anne dengan posesif.     

"Halo tuan..."     

"Panggil aku Erick Tuan, hanya Erick tanpa embel-embel apapun. aku tak pantas menyandang gelar yang hanya pantas anda gunakan itu." Erick langsung memotong perkataan Alan sembari mengulurkan tangannya ke arah sang tuan yang sangat ia rindukan itu.     

Alan menipiskan bibirnya mendengar perkataan Erick.     

"Ternyata kau cukup sopan Erick,"ucap Alan pelan dan menggenggam tangan Erick dengan kuat tanpa melepaskan pelukannya dari Anne yang sudah ia rengkuh menggunkan tangan kirinya.     

Erick menahan diri untuk tak meneteskan air mata, ia tak mau merusak pertemuan pertamanya dan sang tuan dengan air mata. "Aku bahkan bisa melakukan lebih dari ini untuk menyenangkan anda Tuan..akh maksudnya adalah saya bisa melayani anda dengan baik Tuan. Jauh lebih baik dari asisten anda."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.