I'LL Teach You Marianne

Let me see



Let me see

0Meskipun matahari sudah tinggi namun Anne masih belum bangun dari tidurnya, ia masih meringkuk membelakangi Alan dalam posisi tidur yang sama sejak tadi malam Alan berhenti menyentuhnya. Sementara Alan yang bangun sejak 30 menit yang lalu memilih untuk menikmati kopi yang dibawakan pelayan dari tenda tempatnya menginap diatas ranjang, Alan belum mau meninggalkan ranjang. Anne tidur dengan sangat nyenyak, tak ada dengkuran sama sekali. Benar-benar anggun dan membuat Alan semakin tergila-gila padanya. Kulit tubuh Anne yang seputih pualam kini memiliki bercak-bercak merah disekitar punggung dan dadanya, love bit yang Alan buat membekas di sana dengan sangat jelas.     

Karena tak mau sarapan sendiri Alan kemudian mengulurkan tangannya ke punggung Anne, menyentuh kulit Anne kembali memberikan sensasi aneh padanya. Meski sudah berhasil memiliki Anne secara utuh namun Alan masih dibayangi ketakutan yang besar.     

"Kau pasti akan mencintaiku Anne, aku yakin itu."Alan bicara dalam hati penuh percaya diri saat mulai menyentuh pundak Anne yang indah.     

Merasakan ada tangan besar yang menyentuh tubuhnya, Anne membuka kedua matanya secara perlahan. Kesadarannya pun langsung kembali, saat ia berhasil mengingat apa yang terjadi pada dirinya semalam. Dengan gerakan cepat Anne kembali merapatkan selimut yang membungkus tubuhnya.     

"Jangan takut, aku tak akan menyentuhmu sepagi ini. Lagipula aku tak suka bercinta disaat matahari bersinar terang."     

Anne langsung menoleh ke arah Alan, kedua matanya masih bengkak karena peristiwa tadi malam. Sorot matanya masih sama, menunjukkan kebencian dan kemarahan pada Alan. Pria yang sudah mengobrak-abrik jiwa dan raganya.     

Alan tersenyum melihat tatap mata Anne padanya, ia tahu Anne masih sangat sulit menerimanya karena itu ia tak marah. Padahal seorang Alan Knight Clarke sangat membenci orang yang menatap matanya langsung seperti yang Anne lakukan padanya saat ini. "Bersihkan tubuhmu, setelah itu kita makan pagi."     

"Aku tak lapar!!"     

"Kalaupun kau tak lapar ka harus tetap mandi, apa kau mau seharian seperti ini di ranjang? Tanpa pakaian dan hanya menggunakan selimut?"     

Anne terdiam, kedua tangannya semakin kuat mencengkram selimut yang sedang membungkus tubuhnya itu.     

"Kalau kau tak keberatan maka aku juga tak masalah, karena itu artinya kau memberikan akses padaku untuk menyentuhmu lagi. Jadi kita bisa mengulangi percintaan kita semalam dengan gaya yang lain."     

"In your dream!!" Anne langsung menyahut perkataan Alan dengan cepat.     

Setelah berkata seperti itu Anne pun bergegas turun dari ranjang untuk pergi ke kamar mandi, akan tetapi baru saja melangkah turun dari ranjang rasa sakit yang menggigit kembali menyerang area kewanitaannya. Melihat Anne mematung Alan pun langsung menghampiri wanitanya itu.     

"Masih sakit?"tanya Alan dengan cepat saat mencengkram kedua pundak Anne.     

"Jangan sentuh akh..."     

Anne menghentikan perkataannya, setiap kali bergerak rasa sakit itu kembali menyerangnya. Karena tak tega akhirnya Alan membopong Anne menuju kamar mandi, Alan tak memperdulikan pukulan demi pukulan yang Anne berikan padanya yang ia tahu hanya secepatnya membawa Anne menuju kamar mandi agar Anne bisa berendam di air panas sehingga mengurangi rasa sakitnya.     

Sesampainya dikamar mandi Alan tak serta merta menurunkan Anne ke bathup, ia lebih dulu menyalakan air hangat untuk mengisi bathup dengan tidak melepaskan pelukannya dari tubuh Anne. Alan menggunakan kakinya untuk menekan tombol yang ada di pinggiran bathup dan tak lama kemudian bathub pun mulai terisi air.     

"Lepaskan selimutnya,"titah Alan dingin.     

Anne bergeming, ia mengabaikan perintah Alan.     

"Aku tak suka dibantah Anne, kau lupa itu?"     

"Aku mau kau keluar, aku bisa mandi sendiri..aku bisa melakukannya tanpa.."     

Alan mencium bibir Anne dengan cepat sehingga membuat Anne tak dapat menyelesaikan perkataannya. "Aku sudah melihat dan menikmati tubuhmu, tak ada ada lagi yang perlu kau sembunyikan dariku."     

Darah Anne mendidih mendengar perkataan kurang ajar dari Alan, meskipun yang dikatakan Alan adalah fakta tapi tetap saja ia tak suka jika selalu diingatkan akal hal mengerikan itu. Dalam keragu-raguannya tanpa sadar Anne menggigit bibir bawahnya dan hal itu membuat Alan semakin gila, Anne semakin terlihat menggoda saat melakukan hal itu. Tanpa rasa malu Alan kembali mencium bibir Anne, meskipun sebenarnya tak bisa disebut ciuman pasalnya Alan hanya menempelkan bibirnya sedetik pada bibir kenyal Anne yang tak terpulas apa-apa itu.     

"Alan! Jangan sembarangan menciumku!"protes Anne jengkel sambil menutupi bibirnya dengan tangan.     

Alan terkekeh. "Kau istriku, aku bebas melakukan apapun padamu."     

"Dan aku punya hak menolak, sebagai manusia merdeka yang punya hak asasi." Anne menjawab perkataan Alan asal bicara, entah darimana ia mempunyai keberanian yang sangat besar saat ini.     

"Tapi hak-ku atas-mu lebih besar dari sekedar hak asasimu itu darling, ingat hubungan kita bukan hanya disahkan oleh negara. Tuhan juga sudah mengesahkan pernikahan kita, memang ada kekuatan di dunia ini yang bisa menandingi kekuatan Tuhan?"     

Sialan!     

Anne mengumpat dalam hati, sepagi ini ia sudah dibuat kesal oleh Alan yang sudah membawa-bawa Tuhan dalam perdebatan mereka. Anne sangat kesal pada Alan yang tanpa dosa mengingatkan soal Tuhan kepada dirinya, padahal apa yang dilakukan Alan kepada dirinya adalah hal yang paling dibenci oleh Tuhan.     

Karena Anne tak merespon perkataannya Alan kemudian menarik selimut yang masih Anne pegang dengan kuat, karena kekuatan Anne tak sebanding dengan Alan akhirnya selimut itupun tertinggal ditangan Alan saat Anne berhasil ia masukkan ke dalam bathub.     

Anne langsung menundukkan kepalanya ketika tubuhnya menyentuh air, rasa nyeri yang mengigit itu kini bercampur dengan rasa perih yang melingkupi area kewanitaannya. Melihat eksperesi kesakitan yang Anne berikan membuat Alan langsung melempar selimut ditangannya dan langsung berlutut tepat disamping bathub.     

"Sesakit itukah?"     

Anne tak merespon perkataan Alan, ia masih berupaya untuk beradaptasi menahan rasa perih yang menyerang pangkal pahanya.     

"Tapi ini bukan yang pertama, tapi kenapa masih sesakit ini? Apa perlu kupanggilakan dokter Anne?"     

"Diam, hanya itu yang harus kau lakukan saat ini!!"Anne berteriak cukup keras setelah sejak tadi menahan diri. "Pergi, aku tak mau melihatmu di sini."     

Diusir oleh Anne tak serta merta membuat Alan patuh, bukannya melakukan apa yang Anne inginkan Alan justru melepas piyama tidurnya dan langsung bergabung ke dalam bathub bersama Anne.     

"Alan apa yang kau.."     

Perkataan Anne terhenti saat Alan meraih tubuhnya ke arah Alan dan bukan hanya itu Alan bahkan mengerakkan kedua tangannya membuka kedua paha Anne lebar-lebar.     

"Alan!!"     

"Ssst diamlah, aku harus memastikan kau memiliki luka atau tidak. Aku penasaran kenapa kau masih kesakitan seperti ini, padahal kita sudah pernah melakukannya sekali."     

Anne tak bisa berkata-kata saat Alan berada tepat didepan area kewanitannya, menatap area paling intim dari dirinya tanpa berkedip.     

"Alan, kakiku sakit. Lepas."desah Anne frustasi.     

"Tak ada luka, aku juga tak melakukan oral kenapa kau kesakitan. Apakah dibagian..."     

"Ouuchh Alan!!!"jerit Anne dengan keras saat Alan kembali menyentuh tubuh intinya itu menggunakan lidahnya.     

Bersambung     

Hallo sahabat pembaca \(^_^)/     

Terima kasih sudah menunggu novel saya terbit. Bagi yang ingin membaca novel berikutnya, Saya rekomendasikan novel sahabat saya "dewisetyaningrat" dengan judul "CIUMAN PERTAMA ARUNA" aku yakin kakak-kakak penasaran. So, tambahkan ke daftar pustaka. ^_^     

Salam hangat Anne-Jack     

Dan jangan lupa ikuti kisah Angelica dalam Cruel CEO : The Forgotten Princess, secepatnya Angelica akan di update secara rutin di webnovel tentunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.