I'LL Teach You Marianne

Anak pembangkang



Anak pembangkang

0Leon terbangun saat mendengar suara nyanyian dari dalam kamar mandi yang tak tertutup rapat, ia mencoba untuk mengingat kejadian terakhir sebelum tak sadarkan diri.     

"Sepertinya aku hanya minum beberapa gelas saja tadi malam, tapi kenapa kepalaku saat ini pusing sekali,"gumam Leon lirih saat merasakan kepalanya yang begitu terasa berat.     

"Akh kau sudah bangun sayang, bagaimana tidurmu?"Stefi yang keluar dari kamar mandi dengan sehelai handuk yang melilit tubuhnya menatap Leon dengan mata berbinar-binar.     

Leon tak merespon perkataan sang istri, rasa bencinya pada Stefi sudah membuat Leon enggan bicara dengan wanita yang sudah hampir 4 tahun ia nikahi. Melihat sikap acuh suaminya membuat Stefi tersenyum, ia senang karena Leon sudah kembali menjadi dirinya lagi. Tak seperti beberapa jam yang lalu, dimaana Leon menyerangnya seperti beruang kelaparan yang tak puas menikmati tubuhnya.     

"Obat perangsang itu benar-benar hebat." Stefi bicara dalam hati saat menatap tubuhnya kembali didepan kaca, tanda merah keungunan nampak berhamburan hampir diseluruh tubuh Stefi. Pergulatannya dengan Leon selama hampir 5 jam tanpa henti membuatnya memiliki semua tanda itu dan Stefi bangga, sungguh perempuan gila.     

Tanpa rasa malu Stefi berjalan mendekati suaminya dengan hanya menggunakan piyama tidur yang sangat tipis tanpa memakai pakaian dalam, sehingga tubuhnya bisa terlihat jelas. Wanita itu meraih satu botol air minum yang tentunya sudah tercampur obat perangsang dari dalam kulkas dan meletakkannya diatas nampan yang berisi makanan pagi untuknya dan Leon yang diantar pelayan beberapa menit yang lalu sebelum Stefi mandi.     

"Makanlah, setelah itu minum obat ini untuk mengurangi efek mabukmu itu,"ucap Stefi lembut saat meletakkan nampan berisi makanan itu diatas nakas yang ada disebelah Leon.     

Leon membuka selimut yang ia gunakan untuk menyembunyikan wajahnya. "Cih, siapa yang percaya kalau makanan dan minuman ini sudah kau beri obat untuk menjeratku seperti yang..."     

Leon tak melanjutkan perkataannya saat melihat tubuh Stefi yang penuh dengan kissmark buatannya.     

"Wanita vulgar, pakai bajumu dengan benar. Kau seperti pelacur memakai pakaian seperti itu Stefi,"hardik Leon jengkel saat melihat pakaian yang dipakai Stefi.     

Stefi tersenyum dan bangun kursi yang ada disamping ranjang. "Seperti pelacur? Kenapa memangnya, apa ada yang salah dengan pakaianku? Lagipula aku memakainya dihadapanmu Leon, dihadapan suamiku sendiri. Tak ada yang melarang seorang istri berpakaian seksi dihadapan suaminya, justru penasehat pernikahan banyak yang menyarankan para istri melakukan ini. Menyenangkan suaminya jika ada dirumah, menjadi pelacur untuk menyenangkan suami sah-sah saja sayang. Apa kau lupa dengan semua yang kau lakukan tadi malam? Kau memuja tubuhku Leon, kau mengagumi keseksian tubuhku ini sampai kau tak melepaskanku selama hampir semalam suntuk. Lima jam Leon, selama lima jam kau mencumbuku tadi malam sampai akhirnya kau memiliki semua love bite di seluruh tubuh seperti ini."     

Kedua mata Leon terbuka lebar. "Apa kau bilang? Aku yang membuat semua tanda itu? Jangan gila kau Stefi!"     

"Kalau bukan denganmu lalu dengan siapa? Apa kau tak tahu kewanitaanku saat ini masih terasa sakit karenamu tadi malam, bisa-bisanya kau menuduhku yang tidak-tidak,"jawab Stefi dengan suara meninggi sembari menyentuh area kewanitannya menggunakan tangan kanannya dengan memasang wajah kesakitan, sungguh sebuah akting yang sempurna Stefi tampilkan saat ini.     

"Cih, kau semakin pintar saja berakting Stefi,"sahut Leon penuh penghinaan, ia merasa yakin sekali kalau tak menyentuh Stefi tadi malam.     

Stefi yang masih memasang ekspresi kesakitan lalu beranjak pergi dari ranjang, tanpa bicara wanita itu berjalan menuju ke meja makan dan meraih ponselnya. Dengan mengaktifkan bluetooth Stefi menyambungkan ponselnya ke televisi besar yang berada dikamar mereka, sedetik kemudian di layar televisi muncul adegan percintaan mereka berdua yang panas tadi malam. Suara erangan Leon terdengar jelas saat ia memacu tubuhnya diatas tubuh Stefi yang sudah kepayahan, melihat adegan itu kedua mata Leon terbuka lebar.     

"Tak mungkin, tak mungkin aku melakukan itu. Kau pasti sudah menjebakku Steffi,"pekik Leon penuh emosi, Leon tak terima kalau kembali menyentuh Stefi.     

"Menjebak apa? Memang apa yang aku lakukan padamu? Tak ada Leon, periksa saja tas atau semua barang-barang milikku jika kau mau. Tadi malam saat kau dibawa pulang oleh Wayne kau dalam kondisi mabuk berat, aku bahkan sangat kesulitan ketika harus membuka pakianmu yang berbaru alkohol. Tak ada sedikitpun pikiran dalam benakku untuk melakukan hal serendah itu dengan memberimu obat perangsang Leon, aku ini istrimu Leon. Untuk apa aku melakukan itu hikss..."     

"Akh Fuck...jangan akting Stefi, aku sudah tahu akal busukmu."     

Stefi kembali meneteskan air mata, ia lalu duduk tersimpuh dikampet yang ada didepan ranjang. Sementara itu Leon masih duduk di atas ranjang dalam keadaan tak memakai pakaian, karena haus Leon kemudian menyambar satu botol air mineral yang masih tersegel rapat dan menengguknya sampai habis. Ketika Leon akan pergi kekamar mandi ia mendengar pintu kamarnya diketuk dari luar, tanpa memikirkan Stefi yang masih menangis Leon lalu mematikan televisi dan pergi ke pintu untuk mencari tahu siapa yang mengetuk pintu kamarnya.     

"Oh kau Wayne."     

"Anda baru bangun Tuan?"tanya Wayne kaget saat melihat kacaunya kondisi Leon.     

"Iya, oh iya tadi malam jam berapa kau membawaku masuk?"     

"Hampir jam satu malam Tuan, saya terpaksa membawa anda masuk ke kamar karena anda sudah mabuk sekali,"jawab Wayne jujur, menceritakan kondisi Leon tadi malam.     

"Ok kalau begitu..."     

Leon menghentikan perkataannya saat ia merasa ada gejola aneh dalam tubuhnya, ia merasa ada hawa panas yang menjalar disekujur tubuhnya saat ini dengan dada yang tiba-tiba terasa sesak.     

Wayne yang sangat teliti mencium ada hal yang tak beres pada tuannya. "Apa anda baik-baik saja Tuan?"     

Leon yang sedang menunduk sambil memegangi perut bawahnya lalu menatap Wayne yang terlihat khawatir. "Sakit perut, sepertinya aku harus segera ke kamar mandi Wayne. Tunggulah di lobby, setelah mandi aku akan turun."     

"Baik Tuan saya..."     

Brak     

Leon langsung membanting pintu kamarnya tepat dihadapan Wayne, beruntung Wayne berhasil mundur sehingga wajah tampannya tidak terkena kerasnya pintu kamar itu. Karena sang tuan hanya mengatakan kalau sedang sakit perut biasa Wayne pun bergegas pergi ke lobby, melakukan perintah tuannya. Sementara itu Leon yang sudah dibawah pengaruh obat perangsang yang disipakan Stefi langsung meraih tangan Stefi yang masih duduk dilantai dan langsung menyentuhnya dengan beringas, Stefi yang pura-pura polos awalnya menolak namun karena tenaga Leon yang lebih besar 5x lipat dari tenaganya akhirnya Stefi menyerah dan pasrah ketika Leon kembali mengagahinya.     

"Do it babe, do it...make me pregnant baby,"ceracau Stefi saat Leon mulai memacu tubuhnya seperti tadi malam.     

***     

Karena identitasnya sudah terbongkar Rose sedikit kesal pada Aaron dan Daniel yang sejak tadi pagi terus menggoda dirinya, Rose masih sangat penasaran bagaimana Aaron tahu kalau ia adalah salah satu pertinggi di Portugal.     

"Katakan Aaron, darimana kau tahu identitasku?"tanya Rose berkali-kali pada Aaron yang sedang menikmati teh melati tanpa gula di restoran hotel.     

Dengan perlahan Aaron menyesap teh kesukaannya itu dan meletakkan cangkirnya kembali dengan hati-hati di atas meja. "Kau ingin tahu sekali?"     

"Yes!!"     

Aaron tersenyum. "Baik, tapi kau harus jawab pertanyaanku terlebih dahulu."     

Rose mengangkat satu alisnya. "Aku yang bertanya terlebih dahulu Aaron."     

"Kau sedang dalam posisi tak bisa menawar Rose,"ucap Aaron kembali.     

Rose mendengkus kesal. "Ok, aku akan menjawab pertanyaanmu."     

Aaron tersenyum penuh kemenangan, ia kemudian menatap Rose dengan intens tanpa berkedip. "Katakan padaku dengan jujur, kenapa kau menyembunyikan identitasmu yang sesungguhnya. Apa saat ini kau terlibat misi khusus?"     

��Tidak, aku tak terlibat misi apapun. Aku menyembunyikan identitasku karena aku tak mau diperlakukan secara khusus, aku tak mau orang-orang memberikan aku perlakuan spesial karena latar belakang ayahku. Aku ingin mereka memperlakukan aku secara biasa seperti orang-orang yang lain, aku sudah muak dengan perlakuan orang-orang yang mencari muka Aaron. Aku benci orang-orang seperti itu, karena itulah aku mengganti identitasku dan memilih pergi ke London untuk bekerja sebagai wartawan sebagai cita-citaku sejak kecil,"jawab Rose serius.     

"Hanya karena itu?"     

"Bukan hanya Aaron, kau tak tahu bagaimana rasanya dikelilingi orang-orang yang memakai topeng. Mereka menjilat ayahku demi posisi yang mereka inginkan sementara di belakang ayahku mereka menjelek-jelekkan ayahku, maka dari itu aku memilih untuk pergi dari rumah dan hidup mandiri dengan jalan yang aku inginkan." Rose kembali menambahkan perkataannya dengan menggebu-gebu, mengingat kembali banyaknya ular disekeliling sang ayah membuat Rose kesal.     

"Sekarang jawab aku, darimana kau tahu identitas asliku?"     

Aaron tersenyum, ia kemudian memasukkan tangannya ke dalam saku dan mengeluarkan sebuah benda berbentuk liontin yang bagian dalamnya bisa menyimpan foto.     

"Kau menjatuhkan ini saat menabrakku di samping mobilku didepan apartemen malam itu, aku tak bermasud kurang ajar tapi aku harus tahu barang ini milik siapa dan woalaa aku menemukan foto Mentri pertahanan nasional Portugal bersama dua orang wanita cantik yang merupakan istri dan anaknya yang pembangkang ini."     

Rose melipat kedua tangannya di dada. "Aku bukan anak pembangkang."     

"Anak pembangkang yang sayang pada kedua orang tuanya,"ucap Aaron pelan sembari menyerahkan kalung berliontin itu pada Rose.     

Rose tak merespon perkataan Aaron, ia masih menatap liontinnya dengan kerindungan yang mendalam, saat akan memakai kalung itu tiba-tiba Aaron menyentuh tangannya.     

"Ada apa lagi?"tanya Rose bingung.     

"AKu belum selesai, kau dapat dari mana kalung ini Rose? karena kalung ini adalah sebuah kalung edisi khusus yang tak diproduksi lagi,"tanya balik Aaron dengan kedua mata yang menatap dalam ke arah kedua mata Rose.     

"Kalung ini aku dapatkan dari temanku saat usiaku sepuluh tahun, waktu itu aku sedang pergi berlibur bersama orang tuaku ke..."     

"Paris dan bertemu seorang anak laki-laki bertopi hitam yang memberikan kalung ini padamu,"ucap Aaron memotong perkataan Rose.     

"Iya betul tapi...heiii... darimana kau tahu soal kejadian berpuluh-puluh tahun itu?"tanya Rose kaget.     

Alih-alih menjawab pertanyaan Rose, perlahan Aaron menyentuh kedua pundak Rose. "AKulah anak laki-laki bertopi hitam yang memberikan kalung ini sebagai permintaan maaf padamu, karena aku sudah menjatuhkan kembang gulamu ke tanah."     

Bersambung     

Hallo sahabat pembaca \(^_^)/     

Terima kasih sudah menunggu novel saya terbit. Bagi yang ingin membaca novel berikutnya, Saya rekomendasikan novel sahabat saya "dewisetyaningrat" dengan judul "CIUMAN PERTAMA ARUNA" aku yakin kakak-kakak penasaran. So, tambahkan ke daftar pustaka. ^_^     

Salam hangat Anne-Jack     

Dan jangan lupa ikuti kisah Angelica dalam Cruel CEO : The Forgotten Princess, secepatnya Angelica akan di update secara rutin di webnovel tentunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.