I'LL Teach You Marianne

Rindu yang mendalam



Rindu yang mendalam

0Rumah Sakit Universitas Norwegia Utara     

Anne duduk seorang diri dengan wajah pucat didepan ruangan IGD dimana saat ini para dokter sedang berusaha untuk menolong Alan yang tiba-tiba mimisan sampai akhirnya jatuh pingsan, Anne yang tak punya pengetahuan tentang dunia medis sama sekali hanya bisa menunggu dan mendoakan agar tak terjadi hal buruk pada Alan. Ya Anne mendoakan pria yang sangat ia benci itu dengan tulus, walaupun ia sangat membenci pria itu namun Anne tetap berdoa untuk keselamatannya.     

Setelah Alan pingsan dalam pangkuanya Anne langsung menghubungi petugas Camp North Tour untuk datang, ia berusaha tenang dan tak panik sambil terus mencoba untuk membangunkan Alan yang tak sadarkan diri walau usahanya sia-sia. Karena sampai dibawa ke salah satu rumah sakit terbaik di Tromso pun Alan belum kunjung membuka matanya, Anne melupakan kalimat terakhir yang Alan ucapkan karena memilih untuk meminta bantuan dan menghubungi keluarga Alan di Luksemburg dan dokter Leo tentunya. Dokter yang baru tadi malam ia hubungi saat melihat Alan tiba-tiba mengalami sakit didadanya, Anne benar-benar tak mengerti kenapa orang sehat seperti Alan bisa jatuh pingsan.     

"Leukimia, apa dia punya Leukimia. Tapi mana mungkin, apakah bisa orang sesehat dia bisa punya penyakit yang mengerikan seperti itu....tapi dia pingsan, mimisan dan belum sadar juga bahkan setelah berada diruang perawatan selama hampir dua jam. Akh memusingkan sekali."     

Anne terus bicara dalam hati, menerka-nerka apa yang menyebabkan Alan pingsan. Meski mencoba tenang namun kenyataannya sudah tak terhitung berapa kali Anne bangun dan duduk kembali ke kursi setelah mencoba mencari tahu apa yang dilakukan para dokter diruang perawatan berjam-jam, ponsel Alan yang kini ada ditangannya pun masih stanby dan terus terhubung dengan Luis yang saat ini dalam perjalanan menuju Tromso bersama tuan David Clarke dan seluruh tim dokter keluarga Clarke beserta Nicholas yang tentunya tak meu ketinggalan. Anne merasa sedikit bersalah, karena tak bisa menjaga Alan dengan baik sehingga ia bisa pingsan. Padahal secara logika seharusnya laki-laki yang menjaga wanitanya ketika sedang berpergian, bukan wanita yang menjaga pasangannya. Dan Anne terus menerus dirundung rasa bersalah yang sangat tak masuk akal itu.     

Ketika sedang membalas pesan Luis tiba-tiba pintu ruang perawatan Alan dibuka dari dalam dan keluarlah seorang dokter pria yang merupakan dokter terbaik di Rumah Sakit Universitas Norwegia Utara tempat dimana Alan dirawat saat ini.     

"Bagaimana dok...bagaimana kondisinya? Apa sakitnya parah?" Anne langsung memberondong dokter itu tanpa jeda.     

Dokter pria berambut putih itu tersenyum melihat kepanikan Anne. "Kalau saya boleh tahu anda ini siapanya pasien?"     

Dengan spontan Anne mengangkat jari manisnya ke arah sang dokter. "Saya istrinya, kami sedang berlibur ke Tromso dan ini adalah hari ketiga kami di Norwegia dok."     

"Oh jadi anda Nyonya Marianne."     

"Wait, dari mana anda tahu nama saya Marianne?"tanya Anne bingung.     

"Tuan Clarke dalam ketidaksadarannya sempat menyebut nama anda dua kali, karena itulah saya bisa menebak kalau anda adalah Nyonya Marianne yang disebut oleh Tuan Clarke sebelumnya,"jawab sang dokter sambil tersenyum.     

Anne terdiam, ia tak percaya Alan menyebut namanya disaat sedang tak sadarkan diri.     

"Anda diperbolehkan masuk Nyonya, Tuan Clarke akh maksud saya suami anda membutuhkan anda didalam,"ucap sang dokter lembut.     

Anne menghela nafas panjang, ia sadar bahwa saat ini Alan memanggil namanya karena sedang tidak sadar. Bukan karena memang membutuhkan dirinya, karena itu Anne sedikit keberatan ketika diminta untuk masuk keruang perawatan Alan. Sampai akhirnya sang dokter kembali meminta dirinya untuk masuk untuk ketiga kalinya, barulah Anne mengalah dan mau masuk kedalam ruangan yang berbau obat-obatan menyengat itu. Meski Anne awalnya menolak namun ada perasaan lega saat bisa melihat Alan secara langsung, hatinya merasa sakit ketika melihat pria pemaksa itu saat ini sudah menggunakan alat bantu nafas dihidungnya dengan kedua tangan yang sudah terpasang jarum entah apa. Anne tak bisa menebaknya, ia terlalu takut dengan semua hal berbau rumah sakit, sehingga Anne tak bisa menebak apa yang saat ini terpasang di tubuh Alan.     

"Alat apa ini?"tanya Anne lirih pada seorang suster yang berada disamping ranjang Alan, Anne akhirnya tak bisa menahan rasa penasarannya melihat sebuah kabel yang ditempel di dada Alan.     

"Ini elektroda Nyonya, alat yang digunakan untuk mengetahui Gelombang denyut jantung, tekanan darah, oksigen yang diserap tubuh, temperatur, frekuensi pernapasan pasien,"jawab sang suster lembut.     

"Lalu bagaimana cara kalian melihat semua hal yang baru anda sebutkan itu suster?"     

"Semuanya dapat kami lihat melalui Alat monitor hemodinamik dan saturasi ini Nyonya, jadi setelah elektroda ditempel di tubuh pasien semua data yang kami inginkan akan muncul di layar monitor alat ini." Suster baik hati itu kembali menjelaskan pada Anne mengenai alat yang menempel pada tubuh Alan. "Tenang Nyonya, suami anda kondisinya sudah jauh lebih baik. Saat ini beliau sedang tidur karena pengaruh obat yang kami berikan sebelumnya."     

Anne menganggukkan kepalanya mendengar perkataan sang suster, senyumnya tersungging saat mengetahui Alan sudah baik-baik saja saat ini.     

"Apa dia terkena Leukimia sus?" tanya Anne spontan saat tiba-tiba teringat dengan mimisan yang dialami Alan sesaat sebelum ia pingsan.     

"Tidak nyonya, suami anda sangat sehat. Apa yang terjadi padanya saat ini akan dijelaskan lebih lanjut oleh dokter, saya tak bisa menjelaskan pada anda."     

"Kenapa? Bukankah sama saja,"     

"Beda Nyonya, saya hanya seorang suster dan yang berhak penuh atas pasien ini adalah dokter. Tapi percayalah, suami anda tidak terkena Leukimia atau penyakit berbahaya lainnya. Beliau baik-baik saja,"jawab sang suster kembali, meski ia menggunakan masker namun Anne bisa tahu kalau gadis muda dihadapannya sedang tersenyum padanya.     

Setelah memberi penjelasan pada Anne, suster muda itupun pergi meninggalkan ruangan itu untuk memberikan kesempatan pada Anne bersama Alan berdua. Meski dibelakangnya terdapat sebuah kursi nyaman yang sudah disedikan oleh suster untuknya namun Anne memilih untuk tetap berdiri menatap Alan lebih dalam.     

"Kau sebenarnya kenapa Alan, kalau suster itu mengatakan kau baik-baik saja tapi kenapa semua alat medis ini terpasang ditubuhmu saat ini. Rasanya kalau kau hanya pingsan saja tak perlu sampai ada alat pedeteksi denyut jantung terpasang di tubuhmu seperti ini,"ucap Anne lirih saat melirik ke arah alat-alat medis yang terpasang hampir di semua bagian tubuh Alan.     

"Bangunlah Alan, aku tak suka melihatmu seperti ini."     

Anne bicara dalam hati, ia memutuskan untuk tak bersuara lagi karena takut mengganggu Alan. Karena itulah ia memilih untuk menutup mulutnya rapat dan memilih duduk dikursi yang ada disamping ranjang Alan, Anne merasa sedikit dingin berada diruangan steril itu. Karena tak melakukan apapun akhirnya rasa kantuk mulai menghampiri Anne, secara tak sadar Anne mulai memejamkan kedua matanya.     

Tak lama setelah Anne tertidur, samar-samar Alan kembali menyebut nama lengkap Anne dengan tetesan air yang mengalir dari kedua sudut matanya.     

"Maafkan aku Anne...maafkan aku Marianne..."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.