I'LL Teach You Marianne

Perlahan 'kembali'



Perlahan 'kembali'

0Anne terbangun dari tidurnya saat matahari sudah tinggi, setelah menikah dengan Alan baru kali ini ia bisa tidur dengan sangat nyenyak tanpa gangguan dari Alan sama sekali. Ketika membuka kedua matanya Anne tak menemukan Alan disampingnya, kedua matanya justru menangkap penampakan sebuah kantung belanja berwarna hitam diatas meja makan. Dengan kesadaran yang belum kembali sepenuhnya Anne turun dari ranjang dan mendekati meja makan untuk mencari tahu isi kantung yang menarik perhatiannya itu, Anne hampir berteriak saat melihat isi dari kantung yang sudah ia keluarkan.     

"Apa kau menyukainya?"     

Suara bariton Alan terdengar jelas oleh Anne yang sedang memeluk kotak ponsel yang baru ia keluarkan dari kantung hitam yang ada diatas meja.     

"I-ini untukku?"     

"Yes, bukankah kemarin kau bilang ingin punya ponsel,"jawab Alan santai.     

"Suka, tapi.."     

Alan mengerutkan keningnya. "Tapi apa?"     

"Tapi sejujurnya aku lebih suka ponsel lamaku kembali."     

Begitu Anne selesai bicara aura hitam dari Alan kembali, pria itu menatapnya tanpa berkedip dengan kilat penuh kemarahan dikedua mata indahnya. "Aku tak mengizinkan hal itu terjadi Anne."     

"Kenapa?"tanya Anne memberanikan diri.     

"Saat ini kau adalah Nyonya Clarke dan kau tak membutuhkan ponsel itu kembali, tak ada gunanya kau berhubungan dengan orang-orang yang ada di Inggris. Kau akan tinggal bersamaku di Luksemburg, kau tak lupa akan hal itu bukan?"tanya Alan balik.     

"Aku butuh bersosialisasi Alan, kau tak bisa mengekangku seperti ini,"jawab Anne dengan suara meninggi.     

Alan yang sadar Anne sedang marah lalu melangkahkan kakinya mendekati wanita yang baru saja bangun tidur itu, kedua matanya yang masih sayu justru membuatnya semakin terlihat cantik. Sebuah kecantikan alami yang membuat Alan tergila-gila tentu saja.     

"Aku tak melarangmu bersosialisasi Anne, sama sekali tidak. Aku justru senang kau melakukan itu, karena itu bagus untukmu. Seorang Nyonya Clarke memang harus membuat sebuah pertemanan yang berkualitas dan itu semua kau bisa lakukan saat kita pulang nanti,"ucap Alan datar saat sudah berdiri dekat sekali dengan Anne, bahkan kalau saja Anne tak masih memeluk kantung hitam yang berisi ponsel mereka berdua sudah saling bersentuhan saat ini.     

"Aku punya teman-teman di London, aku juga masih memiliki..."     

"Akh temanmu di London, i see....sekarang ikut aku." Alan langsung memotong perkataan Anne dan mengajak wanita itu berjalan menuju ranjang, Alan mendudukan Anne diranjang tempat peraduan mereka yang sudah kacau setelah itu ia meraih tablet pintarnya dan memainkan jemarinya perlahan sampai akhirnya ia menyerahkan tablet itu pada Anne.     

"Lihatlah."     

Dengan sedikit bingung Anne menerima pemberian Alan, kedua matanya menatap tajam pada Alan yang masih tersenyum padanya,     

"Semua pertanyaanmu akan terjawab dengan melihat tablet itu Anne." Alan memerintahkan Anne untuk mengalihkan pandangannya tablet yang sedang ia pegang.     

Penasaran dengan isi tablet yang berada ditangannya Anne langsung mengalihkan pandangannya dari Alan ke tablet pintar berwarna hitam itu, kedua matanya terbuka lebar saat melihat foto-foto yang muncul di tablet pintar itu.     

"Linda dan suaminya itu saat ini sudah menjadi pemilik beberapa toko bunga besar di London, termasuk toko bunga kecilmu itu. Mereka saat ini sangat sibuk dengan bisnisnya dan anak buahku juga sudah memberikan kabar pada mereka bahwa kau sudah berhenti kuliah, selain Linda dan Paul bukankah kau tak punya teman lagi Anne jadi kau tak membutuhkan ponsel lamamu yang sudah aku singkirkan eksistentinya itu."     

"Kau singkirkan?"     

"Yes, karena kau tak membutuhkan itu,"jawab Alan kembali penuh percaya diri.     

Kedua tangan Anne bergetar saat mendengar kalimat terakhir yang lolos dari bibir Alan.     

"Lagipula," imbuh Alan "Ponsel barumu ini jauh lebih canggih dibanding ponsel lamamu itu sayang, jadi tak ada alasan untuk menolak ponsel ini bukan."     

Air mata Anne mendadak mengalir deras membasahi wajahnya saat mengingat satu-satunya foto bersejarahnya dengan Jack di York Minster yang ada di ponsel lamanya, dada Anne terasa sesak saat mengingat hal itu. Dipenuhi kemarahan yang besar Anne tiba-tiba memberanikan diri melayangkan tangannya ke arah wajah Alan dengan kekuatan penuh.     

"Kau lancang Alan, siapa yang memberimu izin untuk menyingkirkan ponsel itu. Kau tak berhak menghilangkan barang-barang pribadiku seperti ini,"pekik Anne dengan keras.     

Anne lupa bahwa saat ini sudah ada Erick yang akan menolongnya, jadi sebenarnya yang ia butuhkan memang hanya sebuah ponsel dan tak penting itu ponsel lama atau ponsel baru. Akan tetapi saat mendengar Alan sudah mneyingkirkan ponsel lamanya, emosi Anne naik kembali. Darahnya mendidih karena sangat kesal, Anne tak terima satu-satunya kenangan indahnya bersama Jack yang sangat ia cintai dimusnahkan oleh Alan seperti Alan memusnahkan harapan akan masa depannya saat ini.     

Rasa panas akibat tamparan yang dilayangkan Anne tak membuat Alan marah, bahkan saat ia merasakan ada rasa darah yang mengalir dalam mulutnya ia juga masih tenang. Tamparan Anne benar-benar sangat keras sehingga mampu membuat bibir seorang Alan Knight Clarke sedikit robek.     

"Aku suamimu Anne, jangan lupa itu. Aku bisa melakukan apapun atas dirimu termasuk menyingkirkan barang-barang pribadimu itu,"jawab Alan dengan tenang, Alan sudah bersumpah tak ingin meninggalkan bekas memar lagi pada tubuh Anne. Tadi malam, tanpa sepengetahuan Anne ketika ia terlelap Alan rupanya sudah mengoleskan krim yang ia peroleh dari salah satu staf North Camp Tour ketika ia mendatangai kantornya. Pada saat itulah Alan bersumpah pada dirinya sendiri tak ingin meninggalkan bekas luka apapun lagi pada tubuh Anne saat ia melihat tanda merah keunguan di kedua pundak Anne, Alan bahkan sudah membuat janji dengan dokter terbaik di Luksemburg untuk memeriksakan kondisi kulit Anne yang sangat rapuh itu.     

"Jangan gunakan status itu terus menerus untuk mengekangku brengsek, bukankah sejak awal saat kakek memintamu menikahi kau menolak. Lalu kenapa sekarang, saat ini kau dengan bangga sekali terus menerus menyebut status kita saat sedang bertengkar seperti ini. Apa sebenarnya maumu Alan, kau sudah merusak hidupku sekali. Apa kau ingin menghancurkan sisa umur yang aku miliki ini hah!!"     

Anne berteriak seperti orang gila, memberondong Alan dengan kata-kata kejam yang pastinya akan membuat Alan sakit hati. Namun Anne tak perduli akan hal itu, dalam benaknya saat ini hanya berisi kalimat-kalimat umpatan yang pantas Alan terima.     

Alan tersenyum, perkataan Anne akhirnya membuatnya ingat soal nama seorang pria yang sangat mengganggu dirinya. Nama pria yang disebut Anne saat ia menyentuhnya pertama kali. "Apa kau semarah ini karena di ponsel lama itu ada kenangan berhargamu dengan pria bernama Jack itu Anne?"     

"Jangan sebut nama Jack menggunakan mulut kotormu itu Alan!"     

"Hahaha....ternyata benar, karena pria sialan yang saat ini sudah mati itu."     

Wajah Anne memucat, kemarahannya sirna berganti dengan rasa sesak luar biasa saat Alan menyinggung soal Jack yang sudah meninggal.     

"Aku tidak menyangka kau akan langsung diam saat aku menyinggung soal pria bernama Jack yang...."     

Ngingg...     

Tiba-tiba Alan jatuh berlutut, memegangi kepalanya yang terasa sakit luar biasa. Dalam kepalanya saat ini Alan merasa ada suara yang sangat nyaring sampai membuatnya telinganya sakit.     

Melihat Alan jatuh berlutut Anne panik, apalagi saat melihat Alan mulai mimisan. "K-kau kenapa Alan, kenapa kau seperti ini?" tanya Anne khawatir sambil meraih kedua tangan Alan yang sedang memegangi kepalanya.     

Alan yang sedang menunduk lalu mengangkat wajahnya menatap Anne sayu. "Marianneku..."     

Satu kata terakhir yang Alan ucapkan sebelum akhirnya ia jatuh pingsan.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.