I'LL Teach You Marianne

The Mother of my Future children



The Mother of my Future children

0Alan memeluk Anne dengan erat setelah Anne menjerit, Alan tak mau membuat Anne semakin membencinya.     

"Maaf Anne, aku tak bermaksud ingin memaksamu lagi. Aku hanya ingin memeriksa saja, karena aneh sekali kau masih merasakan sakit setelah percintaan kedua kita. Sekali lagi maafkan aku Anne,"ucap Alan berkali-kali sambil terus mencium pucuk kepala Anne yang sedang berada dalam pelukannya.     

Anne terdiam, ia menyeka air mata yang mengalir dari dua mata indahnya. "Lepaskan aku Alan, biarkan aku mandi dengan tenang."     

"Tidak, aku tak mau. Aku takut kau berbuat macam-macam, aku janji tak akan mengulangi lagi perbuatanku. Kita hanya akan mandi saja, tanpa melakukan apapun ok."     

"Tapi..."     

"Aku bersumpah, aku tak akan mengganggumu. Aku hanya ingin mandi bersama denganmu." Alan langsung memotong perkatan Anne dengan cepat.     

"5 menit, aku hanya mau mandi 5 menit,"ujar Anne lirih.     

Alan menganggukkan kepalanya penuh semangat, ia kemudian membasuhkan air ke tubuh Anne yang sudah duduk membelakanginya. Berada dalam satu tempat sempit bersama Anne tanpa memakai pakaian membuat batin Alan tersiksa, ia harus sekuat tenaga menahan diri agar tidak membuat Anne bertambah marah kepadanya.     

Setelah 5 menit berlalu Anne dan Alan sudah keluar dari kamar mandi, kini keduanya berada dikamar kembali. Alan membantu Anne mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer, sementara Anne hanya duduk diam didepan meja rias. Menatap dirinya yang sangat kacau, setiap kembali mengingat apa yang Alan lakukan tadi malam Anne selalu ingin menangis. Kembali disentuh oleh Alan membuat Anne membenci dirinya sendiri yang lemah, ia merutuki kebodohannya yang tak kabur tadi malam bersama Erick dan Alice. Meski konsekuensinya ia akan tertangkap pihak imigrasi karena dianggap warga tanpa identitas, tapi setidaknya ia tak akan merasakan kembali pelecehan yang Alan lakukan padanya.     

"Ok, kau sudah selesai. Pakai bajumu, setelah itu kita makan,"ucap Alan pelan saat sudah berhasil mengeringkan rambut panjang Anne.     

Anne menetap Alan dari pantulan kaca yang ada dihadapannya, menatap pria yang sangat ia benci. "Aku mau pulang,"ujarnya lirih.     

"Pulang?"     

"Iya pulang, aku tak mau ada disini. Aku tak mau melihat aurora, aku tak mau melihat milky way, aku tak mau itu semua...aku hanya ingin pulang bertemu dengan Linda dan melanjutkan pendidikanku tidak lebih,"jawab Anne dengan cepat, suaranya terdengar sedikit bergetar karena menahan tangis.     

Alan menyentuh leher belakangnya dan memijatnya perlahan dengan mata setengah tertutup, setelah itu ia menatap istrinya kembali yang masih menatapnya dari pantulan kaca.     

"Satu hal yang harus kau ingat sayang, setelah kau menjadi Nyonya Clarke maka kau tak perlu lagi kuliah. Kau tak perlu bersusah payah belajar dan menghabiskan waktumu dengan memikirkan design design pakaian untuk para gadis dimasa depan, yang perlu kau lakukan hanyalah duduk manis dirumah menungguku pulang, melayaniku dengan baik selayaknya istri pada umumnya. Di rumah kau bebas melakukan apapun, akan ada pelayan yang melayanimu 24jam. Apapun yang kau inginkan akan mereka lakukan, kalau kau bosan kau bisa pergi belanja sepuasmu. Ingat uangku adalah uangmu, kau bisa menggunakannya sesuka hatimu,"ucap Alan panjang lebar. "Dan ya, Nicholas sudah menghubungi kampusmu dan profesormu kalau kau tak akan kuliah lagi. Kewarganegaraanmu juga dalam proses pemindahan dari warga Jeman menjadi warga Luksemburg, mengikutiku suamimu."     

Blar     

Rasanya ada petir yang sangat besar menyambar diri Anne saat ini, setelah mendengar semua perkataan Alan. Ia tak menyangka Alan akan melakukan hal sejauh itu untuk membuatnya tetap ada disisinya. Berhenti kuliah, ganti kewarganegaraan dua hal yang tak pernah Anne pikirkan. Pasalnya selama ini ia selalu bangga dengan kewarganegraannya dan kuliah adalah hidupnya, ia bertahan sejauh ini melewati semua rintangan adalah untuk bisa meraih pendidikan tertinggi sebagai pembuktiannya pada kedua orang tuanya yang telah tiada. Anne sudah merelakan cita-citanya menjadi seorang pianis, tapi kalau ia kembali dipaksa meninggalkan mimpinya untuk bisa lulus kuliah rasanya Anne tak akan mau.     

Anne memutar tubuhnya, ia menatap Alan dengan tatapan tajam. "Ini hidupku Alan, kau tak berhak mengaturnya. Aku punya hak atas diriku, termasuk hak untuk tetap kuliah dan hak untuk tetap menjadi warga Jerman. Jangan kira dengan uangmu itu kau bisa berbuat seenaknya seperti itu, aku masih bisa menghasilkan uang dengan cara halal untuk melanjutkan hidup meskipun aku yakin uang penghasilanku sebulan hanya sepadan dengan satu kali kau pergi makan. Tapi aku bahagia dengan hidupku itu, kau sudah menghancurkan masa depanku Alan. Apa kau ingin merusak yang lain juga?" nafas Anne naik turun saat bicara, ia benar-benar sedang dikuasai amarah yang membludak saat ini. Kesabarannya menghadapi Alan sudah habis.     

"Kau istriku, kau harus..."     

"Stop, jangan terus ucapkan kalimat itu. Aku sama sekali tak ingin menjadi istrimu, aku tak ingin menjadi nyonya Clarke. Aku hanya ingin hidupku yang tenang kembali, lagipula kau bisa mencari wanita lain untuk menjadi Nyonya Clarke sesuai kemauanmu. Yang dengan senang hati melayanimu, duduk manis dirumah, menunggumu pulang seperti yang kau katakan tadi. Posisi itu sungguh tidak pantas untukku Alan, aku tak memiliki keinginan seperti itu." Anne kembali memotong perkataan Alan dengan cepat, setelah sekian lama bersama Alan baru kali ini Anne berani bicara dengan lantang pada pria yang sedang menatapnya tanpa berkedip itu. "Lebih baik kau pilih saja salah satu wanita-wanita yang pernah menjadi kekasih kontrakmu itu untuk menjadi istrimu, aku yakin mereka akan senang hati melakukannya tanpa berpikir dua kali."     

Suara nafas Alan terdengar berat, pria itu marah. Bahkan sangat marah setelah mendengar perkataan Anne, selama ini tak ada yang berani membantahnya. Bahkan sang kakek yang selalu memanjakan dirinya pun tak berani melarangnya jika ia sudah memiliki sebuah keinginan, akan tetapi kali ini seorang Marianne. Wanita yang sudah sah menjadi istrinya, wanita yang sudah ia nikahi berani menolaknya bahkan memintanya untuk memilih para pelacur yang sudah ia tiduri itu untuk dijadikan istri. Emosi Alan benar-benar sudah berada dipuncak kepalanya, kedua matanya menatap tajam ke arah Anne seolah ingin menelannya hidup-hidup saat itu juga.     

"Ada beberapa hal yang harus kau ingat Anne, aku Alan Knight Clarke memang sudah meniduri banyak wanita tapi aku tak mungkin sembarangan memilih satu diantara mereka menjadi istriku. Aku juga berhak memutuskan apapun atas hidupmu, bukankah aku sudah mengatakan sebelumnya padamu bahwa sejak kau menginjakkan kaki di Luksemburg kau sudah ditakdirkan menjadi milikku. Menjadi istriku, jadi jangan berpikir untuk memberikan posisimu kepada wanita lain. Karena hanya kau yang pantas ada di tempat itu dan karena kau istriku kau harus patuh atas semua yang aku tetapkan. Mulai dari berhenti kuliah dan menjadi warga negara Luksemburg, aku tak mau nanti ketika anakku lahir dia memiliki dua kewarganegraan."     

Kedua mata Anne membeliak. "A-anak?"     

"Ya, kau harus melahirkan anak-anakku Anne."     

Bersambung     

Dan jangan lupa ikuti kisah Angelica dalam Cruel CEO : The Forgotten Princess, secepatnya Angelica akan di update secara rutin di webnovel tentunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.