I'LL Teach You Marianne

Good girl



Good girl

0Aaron masih tak berbicara apa-apa sepanjang perjalanan kembali ke hotel bersama Rose dan Daniel yang sedang mengendarai mobil, ia membatalkan niatnya untuk menonton Aurora bersama Rose karena tidak tega melihat Rose yang sudah kelelahan pasca mengikuti jalannya acara amal yang digagas para pengusaha kota Tromso selama hampir dua jam.     

"Apa yang mengganggu pikiranmu bos?" Dari bangku depan Daniel bertanya pada Aaron dengan pelan karena takut mengganggu Rose yang tertidur.     

"Jackson Patrick Muller, aku melihatnya di tempat itu Daniel."     

"Oh, Jackson Patrick... what!!!!"     

"Ya, aku yakin kau pasti akan memberikan ekspresi seperti itu. Tapi aku berani bersumpah Daniel, pria yang baru aku temui tadi adalah Jack. Dia bahkan juga berbincang dengan Rose, walaupun sebenarnya tak benar-benar berbincang karena dia marah pada Rose yang tak sengaja menabraknya." Aaron kembali menimpali perkataannya yang sebelumnya.     

Daniel menatap Aaron melalui kaca spion. "Jackson... pria itu sudah meninggal 2 tahun yang lalu karena tenggelam di selat Inggris bos, kau juga tahu kan bagaimana media memberitakan kecelakaan besar itu. Jadi sangat tidak mungkin sekali kalau dia tiba-tiba muncul di Tromso, di Norwegia di tempat ini setelah 2 tahun kecelakaan itu berlalu."     

Aaron terdiam mendengar perkataan Daniel, ia juga sebenarnya tak akan mungkin percaya kalau ada yang mengatakan kalau Jack masih hidup. Akan tetapi karena ia melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri bersama Rose yang menjadi saksi pertemuan itu, akhirnya kini ia bingung. Rasanya sangat tidak masuk, akan tetapi apa yang baru ia lihat tadi sebuah fakta dan bukan halusinasi.      

"Seandainya kau melihatnya juga mungkin katakan berkata seperti itu Daniel, aku benar-benar bingung saat ini. Aku tidak sedang bermimpi ataupun berkhayal, karena Rose pun juga melihatnya."ucap Aaron kembali sambil memejamkan kedua matanya.      

Daniel akhirnya memilih diam, ia tak mau membahas Jack kembali karena tahu sampai saat ini bosnya belum benar-benar bisa move on dari Anne. Karena itulah ia memilih untuk tak melanjutkan pembahasan soal Jack kembali, apalagi saat ini ada Rose diantara mereka. Rasanya akan sangat canggung sekali jika membahas kekasih dari seorang wanita yang pernah dicintai Aaron didepan seorang wanita yang kini dekat dengan Aaron.     

Aaron pun tak melanjutkan lagi pembahasan soal Jack, ia benar-benar masih belum mengerti dengan apa yang baru saja ia lihat. Karena itulah ia tak memilih untuk tak lagi membahas kejadian sudah berlalu dua tahun lamanya itu.      

****     

Anne yang sudah selesai mandi atas perintah Alan kini terlihat sedang menggunakan skin care di depan meja riasnya dengan perasaan yang kacau balau, ia sedang menerka-nerka bagaimana Alan akan menghukumnya karena pergi dari tenda begitu saja. Meskipun sebenarnya ia sangat senang karena bertemu dengan Erick dan Alice, dua orang yang ia cari Oslo justru bertemu di Tromso.      

Jantung Anne berpacu lebih cepat saat mendengar langkah kaki semakin mendekat padanya, meski sudah tahu si empunya langkah kaki itu namun tetap saja Anne gelisah.      

"Sudah selesai?"tanya Alan dingin dan kaku.      

Anne menatap Alan melalui pantulan kaca yang ada dihadapannya. "Sudah."      

"Ok, kalau begitu ayo ke ranjang."      

Anne langsung menoleh ke arah Alan yang sedang berjalan menuju tempat tidur.      

"Kau tak bisa memaksaku untuk melakukan itu Alan, aku manusia. Punya hati, punya perasaan. Aku bukan robot atau sex toys yang bisa memuaskanmu kapanpun kau mau, aku manusia Alan!" Anne bicara dengan lantang tanpa rasa takut.     

"Kau istriku, yang bilang kau sex toys siapa?"     

"Kau tak bisa memaksaku!!"sahut Anne dengan cepat.     

Alan menatap Anne dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan dingin. "Bukan paksaan, itu kewajibanmu sebagai istri. Kalau bukan kau yang melayaniku, lalu siapa yang akan memuaskan aku? Wanita lain? Sudahlah aku tak mau membahas itu, cepat naik ke tempat tidur atau aku akan membuatmu tak bisa bangun dari tempat tidur selama empat hari kedepan kita berada di tempat ini."     

Mendengar perkataan Alan membuat Anne bergidik ngeri, ia tak bisa membayangkan jika ucapan Alan sampai menjadi kenyataan. Tanpa membantah lagi, Anne kemudian bergegas meninggalkan meja rias dan menuju tempat tidur. Alan tersenyum samar melihat Anne duduk di pinggiran ranjang, karena sudah sangat lelah Alan pun langsung membaringkan tubuhnya diatas kasur yang empuk. Ia mengangkat kedua tangannya dan melepaskan dibawah kepala untuk dijadikan bantal.      

"Belajarlah untuk mencintai Anne."      

Anne yang sedang menunduk langsung mengangkat wajahnya ke atas, mencoba untuk melihat Alan yang sudah berbaring di sampingnya.      

"Mungkin hubungan kita sedikit berbeda orang-orang kebanyakan di luar sana, tetapi karena kita sudah menikah maka aku mau kau mencintaiku. Hilangkan semua kenanganmu bersama orang-orang yang kau kenal di masa lalu dan hanya ingat aku saja, suamimu." Alan kembali bicara meneruskan perkataannya yang lain.      

"Tidak mungkin, aku punya kehidupan sendiri diluar sana. Aku masih ingin lanjutkan cita-citaku untuk menyelesaikan pendidikan, aku juga punya sebuah toko kecil yang harus aku urus. Kau tak bisa memaksaku seperti ini Alan,"jawab Anne dengan cepat.     

Jawaban dari Anne membuat Alan yang sudah berbaring dalam damai langsung membuka kedua matanya lebar-lebar, ia terlihat sangat marah saat ini. "Berani membantah?"     

"Aku bukan membantah aku hanya mengatakan fakta yang sebenarnya, kau tak bisa merusak semua kehidupanku seperti kau merusak masa depanku Alan. Aku masih punya cita-cita sendiri, aku masih ingin…"     

Anne menutup mulutnya saat menyadari kemarahan besar melingkupi Alan yang kini sudah duduk berhadapan dengannya, seketika semua keberanian Anne langsung hilang seketika. Ia tak berani berbicara lagi.      

"Aku sudah terlalu baik rupanya padamu Anne, seharusnya aku tak memberikanmu ruang untuk bicara. Seharusnya sejak tadi aku sudah memaksamu melayaniku diatas ranjang, sehingga kau tak akan berani bicara sebanyak ini,"ucap Alan dingin.     

Tubuh Anne menegang mendengar kata demi kata yang baru saja Alan ucapkan, ia lupa kalau pria di hadapannya itu bukanlah pria mudah yang diajak untuk berbicara. Anne lupa kalau ia tak memiliki kuasa untuk bernegosiasi dengan seorang Alan Knight Clarke yang sudah memiliki dirinya secara sah.      

"Cepat buka pakaianmu,"titah pria itu penuh paksaan.     

"Alan…"     

"Kenapa? Ingin membantah? Ingin melawanku?"     

Anne menggigit bibir bawahnya dengan kuat, akan tetapi tindakan Anne itu ternyata salah. Pasalnya Alan langsung menarik tangannya dan merebahkan Anne diatas ranjang, menindihnya dengan berat tubuhnya.      

"Please …"     

"Jangan berani-berani, jangan kau ulangi lagi menggigit bibirmu seperti tadi. Aku tak menyukainya dan tak mau pria lain melihatnya, apa kau mengerti Anne?" Dengan cepat Alan memotong perkataan Anne.     

Anne terkejut, ia merasa dejavu karena kata-kata yang Alan baru saja ucapkan. Ia kembali mengingat Jack, yang selalu marah kepada dirinya saat ia menggigit bibirnya seperti tadi. Lamunan Anne pun buyar saat Alan tiba-tiba membuka paksa piyama tidurnya, sehingga bagian tubuh Anne terlihat dengan jelas. Anne memakai lingerie seksi pemberian Alan dibalik piyama tidurnya, sehingga ketika piyamanya dibuka tubuhnya yang indah akan terlihat jelas.     

Melihat Anne mematuhi perintahnya Alan tersenyum, perlahan ia menurunkan wajahnya menuju dada kembar Anne yang membusung indah.      

"Good girl…"     

Bersambung     

****     

Hallo sahabat pembaca  \(^_^)/     

Terima kasih sudah menunggu novel saya terbit. Bagi yang ingin membaca novel berikutnya, Saya rekomendasikan novel sahabat saya "dewisetyaningrat" dengan judul "CIUMAN PERTAMA ARUNA" aku yakin kakak-kakak penasaran. So, tambahkan ke daftar pustaka.  ^_^     

Salam hangat Anne-Jack      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.