I'LL Teach You Marianne

Posesif



Posesif

0Mendengar namanya dipanggil oleh Alan seluruh persendian ditubuh Anne seperti lepas saat ini, ia bahkan hampir terjatuh kalau saja Alice tak langsung melingkarkan tangannya di pinggang Anne. Tak lama kemudian dari arah kerumunan keluarlah Alan bersama Nicholas dan anak buahnya mendekati Anne, dari wajahnya terlihat kemarahan yang sangat besar dan tertuju pada Anne. Melihat Alan membuat Erick hampir berteriak keras dan menghampirnya, akan tetapi karena merasakan hawa kemarahan yang besar dari pria itu Erick pun membatalkan niatnya     

Saat sudah tiba didepan Anne, tanpa bicara Alan langsung meraih tangan Anne dan menariknya dengan keras kepelukanya.     

"Sakit."     

"Kalau kau tahu sakit seharusnya kau jangan memancing amarahku Anne,"sahut Alan dengan cepat.     

Anne langsung menutup rapat bibirnya, ia terlalu takut untuk menjawab perkataan Alan kembali. Padahal saat ini ia merasakan sakit pada pinggangnya karena jari-jari Alan mencengkramnya dengan kuat.     

"Ini bukan salah kakak ini, Tuan." Tanpa rasa takut Alice tiba-tiba ikut bicara.     

Alan yang sedang fokus pada Anne tak menyadari keberadaan wanita dan laki-laki yang berada dihadapannya. "Anda siapa? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?     

"Tentu tidak, ini pertemuan pertama termasuk dengan kakak cantik ini juga,"jawab Alice asal bicara, bertatap muka dengan seorang pria yang memiliki wajah seperti tuannya membuat Alice tak bisa tenang. Pasalnya tekanan dari pria yang berada dihadapannya itu terlalu kuat dan membuatnya merasa tak nyaman.     

Satu alis Alan terangkat. "Kakak? Siapa yang kau sebut kakak? Istriku?"     

"Iya."     

"Kalau ini pertemuan pertama kalian kenapa kau bisa memanggil kakak padanya? Aku tak suka ada orang asing sok akrab dengan istriku,"sahut Alan ketus.     

"Tadi kami sempat berbincang sebentar, karena itulah saya..."     

Alan langsung melangkah maju kedekat Alice. "Berbincang, wah menarik. Kalian baru pertama kali bertemu dan sudah bisa berbincang-bincang, aku penasaran apa yang kalian bicarakan."     

Menyadari bahaya mengintai Alice secara spontan Erick pun meraih tangan Alice agar mundur kebelakangnya. "Maafkan kekasih saya Tuan, ia terlalu bersemangat bertemu nona ini setelah berjam-jam duduk di acara amal sebelumnya Tuan."     

Kedua mata Alan langsung menatap Erick dengan tajam, dari atas kepala sampai kaki.     

"Maaf Tuan, saya sangat tidak sopan sekali. Perkenalkan saya Erick Maguire dan ini tunangan saya Alice, Alice secara tidak sengaja bertemu dengan nona ini beberapa saat yang lalu ketika ia keluar dari ruangan karena jenuh pasca berjam-jam mengikuti acara di dalam gedung ini tuan,"ucap Erick pelan memperkenalkan diri sembari menceritakan bagaimana Alice bisa bertemu dengan Anne agar pria yang ada dihadapannya ini tak marah, Erick merasa kalau pria yang wajahnya mirip dengan tuannya ini bukan pria yang mudah diajak berbicara.     

"Oh jadi kalian salah satu orang yang datang dalam acara amal ini?"     

"Betul tuan, sebenarnya tadi kami ingin mengantarkan nona ini kembali ke tenda. Akan tetapi..."     

Alan mengangkat tangannya ke udara, tepat didepan wajah Erick sehingga membuat Erick tak melanjutkan perkataannya. "Tidak usah repot-repot tuan, saya hargai niat baik anda berdua. Tapi karena saat ini saya sudah ada disini jadi anda berdua tak perlu mengantar istri saja kembali, kalau begitu kami permisi. Masih banyak hal yang harus kami lakukan dan selamat malam."     

Setelah berkata seperti itu Alan kemudian berbalik badan dan mengajak Anne berjalan kembali menuju tenda, dengan sangat terpaksa Anne pun mengikuti langkah Alan yang memaksanya kembali ke tenda meninggalkan Erick dan Alice.     

"Mengerikan, pria itu benar-benar berbeda dengan Tuan Jack. Tuan Jack tak sekasar dia, kasihan kak Anne,"ucap Alice lirih ketika rombongan Alan sudah menghilang dari pandangannya.     

Erick tak mengomentari perkataan Alice, ia masih larut dalam pikirannya. Erick masih tak percaya melihat seorang pria yang wajah dan suaranya sangat mirip dengan Jack, kalau saja ia tak melihat langsung mungkin ia tak akan percaya.     

"Sekarang apa yang akan kau lakukan Erick, bukankah tadi kau sudah berjanji akan menolong kak Anne dari pria jahat itu Erick."     

"Tunggu Alice, aku masih harus memastikan hal yang lain lagi,"jawab Erick pelan.     

"Hal lain? Hal lain apa? Bukankah kau sudah melihat bagaimana pria itu memperlakukan kak Anne, kak Anne pasti tersiksa Erick. Aku kasihan padanya,"rengek Alice setengah memohon agar Erick segera bertindak.     

"Tenang Alice, semua ada waktunya. Kau tak usah khawatir, sekarang lebih baik kita kembali ke dalam temui tuan Antonio sebelum kembali ke villa."     

Alice mendongakkan kepalanya, menatap Erick dengan kesal. "Ke dalam lagi? Oh tidak Erick, aku tak suka bertemu orang-orang itu."     

Erick tersenyum mendengar perkataan kekasihnya, dengan lembut ia kemudian meraih tangan Alice dan mengajaknya masuk kembali ke dalam gedung untuk bertemu tuan Antonio. Niatnya untuk segera pulang pun terpaksa ia tunda.     

Tepat pada saat Erick dan Alice masuk kedalam gedung Alan kembali muncul ketempat itu seorang diri, ia ingin memastikan apakah yang dikatakan sepasang kekasih itu benar atau tidak. Karena itulah ia langsung menyelinap masuk kedalam gedung, untuk mencari tahu secara langsung. Alan sedikit menundukkan kepalanya saat masuk kedalam gedung yang masih ramai itu, pasalnya saat ini banyak sekali wartawan di tempat itu. Alan tak mau keberadaannya di Tromso diketahui banyak orang, terutama Roger Dauglas.     

Ketika sudah berasa didalam ruangan tempat acara amal berlangsung sebelumnya, langkah Alan terhenti saat melihat sepasang kekasih yang baru saja bersama istrinya nampak sedang berbincang dengan beberapa pengusaha senior.     

"Ternyata mereka jujur, baiklah. Aku tak perlu menyelidiki mereka lebih jauh, sepertinya Anne memang baru pertama bertemu mereka,"ucap Alan dalam hati, rasa khawatirnya pun sirna seketika. Alan takut sekali Anne bertemu dengan orang-orang dari masanya, Alan takut Anne akan dibawa pergi darinya. Karena itulah ia rela kembali ketempat itu untuk mencari tahu sendiri, meninggalkan Anne yang ia perintahkan untuk mandi.     

Ketika Alan berjalan keluar dari gedung itu tiba-tiba ia tertabrak seseorang dan hampir membuatnya terjatuh kalau saja tak ada orang yang menahan beban tubuhnya.     

"Maaf tuan saya tak sengaja, apa anda tidak apa-apa Tuan?"tanya seorang wanita kepada Alan.     

Alan yang sudah berhasil berdiri dengan tegak lalu menoleh ke arah wanita yang sudah menabraknya itu. "Lain kali gunakan seluruh organ di tubuh anda untuk beraktivitas nona, jadi hal semacam ini tak terulang lagi."     

"Jaga ucapanmu Tuan, nona ini sudah meminta maaf. Kenapa anda harus... Jack."     

Alan mengangkat satu alisnya mendengar perkataan pria yang berdiri dihadapannya itu, meski tak mendengar jelas apa yang dikatakan oleh pria itu namun Alan yakin sekali kalau pria itu menyebutkan sebuah nama. Karena urusannya sudah selesai ditempat itu Alan pun memilih untuk pergi dari hadapan kedua orang itu, ia masih punya jadwal penting lainnya bersama Anne malam ini.     

Melihat orang yang ia tabrak pergi begitu saja wanita yang sedang membawa kamera itu lalu mendekati pasangannya yang sedang berdiri mematung setelah melihat Alan.     

"Kau kenapa?"     

"Cubit aku Rose, aku ingin tahu sedang bermimpi atau tidak."     

Bersambung     

Hallo sahabat pembaca \(^_^)/     

Terima kasih sudah menunggu novel saya terbit. Bagi yang ingin membaca novel berikutnya, Saya rekomendasikan novel sahabat saya "dewisetyaningrat" dengan judul "CIUMAN PERTAMA ARUNA" aku yakin kakak-kakak penasaran. So, tambahkan ke daftar pustaka.     

Salam sayang dari Thor     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.