I'LL Teach You Marianne

Ajakan berpisah



Ajakan berpisah

0Anne duduk di balkon hotel menatap pelabuhan Tromso, hotel tempat mereka menginap ini berada dekat sekali dengan laut.      

"Nanti malam kita bisa berburu Aurora dan Milky way." Alan tiba-tiba berkata dari belakang mengagetkan Anne.     

"Aurora? Milky Way?"     

"Yes, dua fenomena alam itu bisa dilihat dengan mata telanjang di kota ini. Kau pasti suka,"jawab Alan penuh keyakinan.      

"Apakah orang-orang sering datang ke kota ini karena itu?"Anne kembali memberikan pertanyaan pada Alan dengan rasa penasaran yang tinggi.     

Alan tersenyum, ia lalu menyesap kopi yang ada di tangannya. "Sepertinya begitu, selain untuk berburu fenomena alam indah itu di Tromso juga sempurna dijadikan tempat bulan madu. Seperti yang kita lakukan ini."     

Wajah Anne langsung terasa panas mendengar perkataan Alan, meskipun ia tak menyukai pernikahan ini akan tetapi setiap membahas soal bulan madu tetap saja ia gugup. Ada rasa tak nyaman yang mengusik hatinya.      

"Apa aku tak suka tempat ini?"tanya Alan tiba-tiba memecah keheningan.      

Anne memejamkan kedua matanya, menghirup dalam-dalam udara bersih dari lantai 5 hotel Scandic Ishavshotel tempatnya berada saat ini. "Bukankah kau tak peduli dengan pendapatku, kenapa harus bertanya seperti itu?"     

"Bukan begitu Anne, hanya saja.."     

"Apa kau peduli perasaanku?"Anne memotong perkataan Alan dengan cepat.      

Alan tak menjawab pertanyaan Anne, ia terlihat bingung harus menjawab apa. Rasanya sangat aneh sekali saat bicara seperti ini dengan Anne, ia merasa bahagia dan sakit di waktu yang sama. Sungguh perasaan yang sama sekali tak ia mengerti.      

"Apa kau tertekan berada disampingku?"tanya Alan tanpa sadar.      

Anne hampir berteriak mendengar perkataan Alan, ia tak percaya seorang Alan Knight Clarke yang sangat menyebalkan bisa bicara seperti itu tanpa rasa bersalah setelah semua yang ia lakukan selama beberapa minggu ini. Anne hampir memukul kepala Alan saat mendengar pertanyaannya itu, beruntung akal waras Anne masih bekerja.      

"Setelah semua yang kau lakukan padaku selama ini kau bertanya seperti ini? Kau sadar kan Alan? Kau tak sedang bermimpi bukan?"Anne balik memberikan pertanyaan pada Alan.     

"Aku menyukaimu dari pertama melihatmu di depan kantorku Anne, saat itu meski hanya sekilas melihatmu namun dadaku berdebar keras sampai terasa sakit. Sampai akhirnya kita bertemu di depan restoran saat itu, rasa untuk memilikimu semakin besar. Karena itulah aku berusaha dekat denganmu, akan tetapi karena kau menolak niat baikku saat itu rasa ingin memilikimu justru semakin tinggi. Sampai akhirnya aku meminta orang-orangku untuk membawamu ke ranjangku dan membuatmu menjadi milikku malam itu,"jawab Alan jujur. "Dan aku tak tahu kalau kau masih perawan."      

Dada Anne terasa sangat sesak mendengar perkataan Alan, semua suaranya tercekat di tenggorokan. Anne tak percaya Alan memperkosa dirinya hanya karena ia menolak ajakannya untuk makan malam bersama, karena ia mengabaikan pesan-pesan yang dikirimkan Alan saat itu.      

"Kau jahat." Dua kalimat yang tanpa sadar meluncur begitu saja dari bibir Anne, meskipun lirih namun masih bisa terdengar dengan baik oleh Alan yang berdiri di sampingnya.     

"Iya aku jahat, aku brengsek. Aku benar-benar tak tahu Anne, se-seandainya saat itu kau tak menolak ajakan ku untuk makan, seandainya kau tak menolakku untuk…"     

"Menjadi kekasih kontrakmu begitu? Wanita normal mana yang mau menjalani hubungan seperti itu Alan? Menjalani hubungan kontrak dengan seorang pria yang harus kau layani dengan tubuhmu!! Itu adalah hal paling gila yang aku dengar selama ini Alan, meskipun aku yakin masih ada wanita yang mau menjalani hubungan seperti itu di luar sana akan tetapi aku dengan tegas menolaknya. Aku tak mau menjalani hubungan seperti itu, lebih baik aku tetap sendiri sampai Tuhan mengirimkan jodoh untukmu." Anne memotong perkataan Alan dengan penuh emosi, ia masih tak mengerti dengan pola pikir Alan yang sangat brengsek ini. Apalagi saat mendengar alasan Alan memperkosa dirinya karena apa, luka yang belum kering dalam diri Anne kini kembali berdarah karena perkataan Alan.     

"Aku tak mengerti dengan pola pikir dan gaya hidupmu itu Alan, yang jelas kita sangat tidak cocok. Lebih baik kita sudahi pernikahan ini, lebih baik kita…"     

Prank      

Alan melayangkan tinjunya ke kaca yang ada di samping kirinya, beruntung kaca di pintu kamarnya itu terbuat dari kaca anti peluru yang sangat tebal sehingga tak pecah saat terkena pukulan Alan yang sangat kuat itu.     

Anne memegangi dadanya karena kaget atas apa yang baru saja Alan lakukan, belum hilang kekagetannya tiba-tiba Alan sudah meraih rahangnya dan mencengkeram dengan kuat sehingga membuat kedua pipi Anne terasa sakit karena tertekan jari-jari Alan yang besar.      

"Jangan berharap kau bisa pergi dariku Anne, bukankah tadi aku sudah bilang padamu bahwa sejak kau menginjakkan kaki di Luksemburg kau sudah menjadi milikku. Jadi jangan pernah bermimpi kau bisa pergi meninggalkan aku, kau adalah istriku dan tugasmu adalah setia padaku dan melayaniku. Bukan melawanku seperti tadi,"ucap Alan penuh emosi tepat didepan wajah Anne yang sedang ia cengkram.      

Dalam posisi seperti itu Anne tak bisa bicara, karena bibirnya dicengkram kuat oleh Alan. Hanya kedua matanya saja yang menunjukkan kemarahan besar dalam dirinya saat ini karena Alan.     

Setelah Alan bicara dengan penuh kemarahan seperti itu ia menyeret Anne masuk ke dalam kamar, tanpa kelembutan sedikit pun Alan mendorong Anne ke ranjang. Beruntung ranjang di kamar itu cukup empuk dan nyaman sehingga Anne tak merasakan sakit yang menusuk, meskipun saat di dorong Alan ia merasakan sakit pada kaki kirinya. Setelah melempar Anne ke ranjang dengan cepat Alan melepas kancing kemejanya satu demi satu dengan kasar dan langsung naik ke atas tubuh Anne dengan penuh emosi, deretan otot perut dan dada Alan terlihat jelas pasca ia melepaskan pakaiannya.      

"Alan…"     

"Kau yang memancingku Anne, kau sepertinya memang tak bisa diajak bicara baik-baik. Baiklah kalau begitu, kau harus dihukum sekarang,"ucap Alan dingin, sedetik kemudian terdengar suara pekik kesakitan dari Anne saat tubuhnya terangkat ketika Alan menyobek paksa t-shirt yang ia pakai. Meski tidak tajam, akan tetapi bagian tubuh belakang Anne memerah meninggalkan bekas yang jelas ketika Alan menarik dan menyobek t-shirt yang ia pakai.     

Setelah Alan berhasil merobek pakaian Anne kini Alan disuguhkan dengan pemandangan luar biasa indah, dua payudara kenyal sempurna milik Anne tersaji di depan matanya. Meski sudah melihatnya beberapa kali, namun tetap saja Alan merasa takjub ketika melihat keindahan sepasang daging yang membusung indah itu.      

"Alan...ja-jangan…"     

"Kenapa? Kenapa tidak boleh, kau adalah istriku dan aku bebas melakukan apapun yang aku mau padamu….kau harus melayaniku kapanpun aku menginginkanmu." Alan memotong perkataan Anne dengan ketus.      

Air mata Anne kembali mengalir membasahi sudut matanya. "Alan.. ma-maaf, maafkan aku…"     

Anne tak bisa melanjutkan perkataannya karena lidah Alan mulai menyentuh kulit dadanya dan memberikan gigitan kecil di area itu yang tentunya akan meninggalkan bekas yang sangat jelas.      

"Fuck, aku tak bisa menahan diriku lebih lama lagi." Alan membatin lirih, menyentuh dan menikmati kulit Anne membuat celananya terasa sesak seketika.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.