I'LL Teach You Marianne

Serpihan memori



Serpihan memori

0Saat makan siang tiba hanya Alan dan Nicholas saja yang pergi ke restoran, sementara Anne yang mengatakan belum lapar memilih untuk tetap berada di kamar dengan pengawasan penuh dari para bodyguard yang berjaga di depan pintu atas perintah Alan.     

Karena apa yang terjadi di kamar mandi sebelumnya sangat mengganggu dirinya, akhirnya Alan pun menceritakannya pada Nicholas.     

"Gereja? Yang saya tahu sejak anda sembuh dari kecelakaan mobil 2 tahun yang lalu, anda belum pernah pergi ke gereja untuk menghadiri pesta pernikahan siapapun Tuan. Pesta pertama yang anda hadiri setelah kecelakaan dua tahun yang lalu adalah pesta pernikahan Tuan Brandon Rex dan itu pun dilakukan di rumahnya bukan di gereja Tuan,"ucap Nicholas pelan mengomentari rumah Alan.     

"Benarkah? Seingatku juga begitu, lalu bagaimana dengan tahun-tahun sebelumnya Nick?"tanya Alan kembali.     

"Anda adalah orang yang paling malas pergi ke gereja Tuan, apalagi untuk acara pernikahan seperti Tuan. Jadi rasanya tidak mungkin kalau anda mengatakan pernah pergi ke gereja dalam waktu dekat ini,"jawab Nicholas dengan cepat.     

Alan meletakan garpunya diatas piring dan menatap Nicholas tanpa berkedip. "Hal apa saja sudah aku lupakan Nick?"     

"Banyak Tuan, apalagi pada saat anda baru sadar dari koma pasca kecelakaan mengerikan itu Tuan,"jawab Nicholas kembali.     

"Benarkah?"     

Nicholas menarik nafas panjang, ia pun kemudian menceritakan apa yang Alan alami saat pertama kali ia sadar dari koma pasca mengalami kecelakaan 2 tahun yang lalu. Selama Nicholas bercerita Alan sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari sang tangan kanannya itu.     

"Waktu itu aku bahkan merasa anda seperti orang lain ketika baru sadar dari koma Tuan, anda benar-benar tidak mengingat apapun yang pernah kita lalui bersama. Sampai akhirnya sedikit demi sedikit ingatan anda kembali, setelah anda menjalani beberapa terapi bersama para dokter di bawah pimpinan dokter Leo,"ujar Nicholas pelan menyudahi ceritanya.     

"Ya kau benar, aku ingat dulu memang sering datang ke rumah sakit untuk menjalani terapi bersama dokter Leo. Hanya saja yang membuat aku bingung kenapa kadang-kadang aku seperti mengingat kejadian yang aku tak tahu itu apa dan jujur saja aku sangat bingung Nick, seperti mimpiku tentang seorang gadis yang menangis di pinggir sungai itu Nick. Dan setiap aku terbangun dari mimpi itu aku selalu merasa sedih, padahal aku sama merasa tak pernah pergi ke sungai atau pernah melihat gadis itu Nick. Akan tetapi setelah aku mengenal Anne, aku tak pernah bermimpi seperti itu lagi Nick. Aneh sekali bukan,"ucap Alan lirih.     

Nicholas tersenyum mendengar perkataan sang tuan, ia kemudian meraih sapu tangan yang ada diatas meja dan menyeka bibirnya perlahan. "Itu artinya kehadiran Nyonya melengkapi anda tuan hehe."     

Plak     

"Awww."     

"Aku serius brengsek!!"sengit Alan jengkel sambil melayangkan pukulan ke lengan kekar Nicholas.     

"Sakit Tuan hehe,"ucap Nicholas sambil tertawa lebar.     

"Jangan akting, malu pada otot-otot di tubuhmu itu!!"sahut Alan ketus.     

Nicholas tertawa lebar mendengar pertanyaan sang tuan, sementara Alan masih memikirkan soal potongan-potongan kejadian yang beberapa kali muncul dalam ingatannya. Entah mengapa ia merasa pernah ada di gereja yang muncul dalam mimpinya itu, akan tetapi ia tak ingat apa yang sedang ia lakukan di gereja itu atau dimana letak gereja itu. Memikirkan hal itu benar-benar membuat Alan bingung, nafsu makannya pun hilang seketika. Padahal sebelumnya ia merasa sangat lapar sekali, saat Alan memutuskan untuk kembali ke kamar ia dikagetkan dengan kedatangan Anne bersama para bodyguardnya ke restoran.     

Anne memakai celana panjang warna hitam dengan atasan t-shirt berwarna putih plus menggunakan jaket yang cukup tebal dengan sepatu boots selutut.     

"Apa-apaan ini?"tanya Alan dengan cepat mencoba menutupi keterkejutannya melihat penampilan Anne.     

"Aku bosan dikamar, aku mau jalan-jalan keluar,"jawab Anne dengan cepat.     

"No, kau tak diizinkan untuk itu Anne. Tujuan kita kesini adalah untuk…"     

"Membuat bayi maksudmu?"Anne langsung memotong perkataan Alan tanpa rasa malu.     

Nicholas yang sedang menikmati sup kepiting sampai tersedak mendengar perkataan Anne, beruntung ia berhasil menguasai dirinya kembali dengan langsung minum air putih.     

"Bukan hanya itu, tujuan kita ke Norwegia adalah untuk menjadi lebih dekat lagi satu sama lain. Jadi kau tak diizinkan keluar dari hotel tanpa persetujuanku,"jawab Alan dengan cepat, pipinya terasa panas saat berbicara. Ia masih tak menyangka Anne bisa bicara seperti tadi.     

"Tapi aku bosan dikamar Alan!!"sahut Anne kembali.     

"Kalau begitu kita keluar bersama,"ucap Alan tiba-tiba.     

"A-apa kau mau ikut juga?"tanya Anne terbata, rencana yang sudah ia buat akan hancur jika Alan ikut.     

"Yes, kau istriku dan aku tak akan membiarkan istriku berjalan seorang diri di luar sana. Apalagi saat ini kita sedang berada di negara orang, Aku tak mau terjadi hal-hal yang tak diinginkan,"jawab Alan tegas.     

Anne menatap Alan dengan tatapan penuh kebencian, ia ingin sekali memukul wajah Alan saat ini. Akan tetapi karena ia miliki sebuah rencana besar akhirnya Anne menahan dirinya agar tak meledak saat ini juga.     

"Bagaimana, jadi pergi atau tidak?"tanya Alan balik.     

"Tapi aku tidak pergi sendiri, aku pergi dengan beberapa bodyguard mainnya jadi…"     

"Pergi denganku atau tidak pergi sama sekali,"sahut Alan dengan cepat memotong perkataan Anne.     

"Fuck...dasar monster, Tyrex, Thanos, Dementor menyebalkan!!!!" Anne mengutuk Alan dalam hati, kesabarannya benar-benar diuji oleh sifat Alan yang menyebabkan.     

Kedua alis Alan saling bertautan melihat Anne tiba-tiba diam, ia bingung kenapa istrinya tiba-tiba diam seperti itu.     

"Anne…"     

"I-iya pergi denganmu!!"jawab Anne panik setengah berteriak.     

"Ok, kalau begitu tunggu aku disini. Aku akan bersiap dan selama aku naik ke kamar jangan berbuat macam-macam Anne,"ucap Alan kembali penuh ancaman.     

"Aku tahu, lagi pula bagaimana mungkin aku bisa macam-macam. Anak buahmu ini selalu menempel padaku,"sahut Anne ketus sambil melirik ke arah empat orang pria berbadan besar yang sejak tadi mengikutinya.     

Alan tersenyum mendengar perkataan Anne, ia tak mengomentari lagi ucapan istrinya itu karena apa yang dikatakan olehnya cukup masuk akal. Dengan menarik Nicholas yang masih sibuk makan Alan naik ke kamarnya untuk mempersiapkan diri untuk keluar dari hotel bersama sang istri, Alan merasa senang Anne mau banyak bicara dengannya seperti itu. Walaupun masih sangat ketus sekali tapi Alan senang, setidaknya Anne mau berinteraksi dengannya. Karena sudah mempersiapkan semuanya dengan baik, Alan tak membutuhkan waktu lama untuk berganti pakaian yang lebih hangat. Senada dengan sang istri, Alan juga menggunakan jaket yang cukup tebal serta sepatu boots, ketika ia keluar dari kamar Nicholas sudah menunggunya di depan pintu.     

"Anda yakin ingin jalan-jalan di cuaca sedingin ini Tuan?" tanya Nicholas kepada Alan saat berada di dalam lift.     

"Tentu saja, memangnya kenapa. Apa ada yang salah?"tanya balik Alan.     

"Bukankah selama ini anda sangat tidak menyukai sekali cuaca dingin seperti ini Tuan, apalagi dengan salju. Tapi kenapa anda bersemangat sekali saat ini ketika Nyonya yang…"     

"Nah itu dia bedanya Nick, karena kali ini yang mengajakku pergi adalah Anne maka aku mau. Kalau bukan dia mana mungkin aku sudi berjalan-jalan di tengah-tengah salju seperti itu,"Alan langsung memotong perkataan Nicholas dengan cepat sambil tersenyum lebar.     

"Iya tapi…"     

Nicholas tak dapat menyelesaikan perkataannya karena Alan langsung keluar dari lift yang sudah terbuka karena tiba di lantai satu.     

Dengan penuh semangat Alan menghampiri Anne yang sedang berdiri di dekat jendela, saat akan membuka mulutnya untuk memanggil Anne tiba-tiba Alan terkejut saat mengingat gadis dalam mimpinya. Sosok gadis dalam mimpinya itu sepintas terlihat seperti Anne, rambut panjangnya dan caranya berdiri.     

"Is that you Anne,"ucap Alan tanpa sadar.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.