I'LL Teach You Marianne

Luka yang terlihat



Luka yang terlihat

0Air mata Anne membanjiri wajahnya saat Alan kembali melecehkan dirinya, meskipun saat ini ia sudah berstatus sebagai istri Alan Knight Clarke namun hatinya belum menerima akan hal itu.     

Alan yang sedang memberikan rangsangan-rangsangan pada tubuh Anne belum menyadari kondisi Anne, ia masih dibutakan akan kenikmatan dunianya sendiri. Meskipun sudah sering melihat wanita-wanita cantik tanpa busana, namun entah mengapa saat ini tubuh Anne lebih menggoda dirinya. Seperti bayi yang kehausan Alan menyesap dengan kuat bergantian antara kanan dan kiri payudara Anne, tanpa melepaskan bra yang melindungi kedua bukit indah nan ranum itu. Anne menggigit bibir bawahnya berusaha untuk membuat dirinya tetap sadar, meskipun ia menolak sentuhan-sentuhan yang Alan berikan namun tubuhnya berkata lain.     

Sebagai wanita dewasa normal yang mendapat rangsangan seperti itu di kedua payudaranya tubuh Anne memberikan reaksi, karena Anne belum pernah melakukan apapun tubuhnya masih sangat lah suci. Puting payudaranya yang masih kecil dan berwarna pink itu kini mengeras, merespon lidah Alan yang menari-nari di sekitarnya. Anne benar-benar didera penderitaan yang menyiksa batinnya.     

"Alaann stopp pleasee…"     

Alan yang masih tak memainkan lidahnya di puncak payudara Anne mengangkat wajahnya menatap Anne yang sudah banjir air mata, perlahan ia melepaskan benda baru kesukaannya itu dari mulutnya.     

"Kenapa? Kau menyukainya kan?"tanya Alan lirih.     

Dengan berlinang air mata Anne menatap Alan yang kini berada diatas tubuhnya. "Aku mohon jangan, jangan lakukan itu hiks…"     

"Kau istriku Anne, aku bebas melakukan apapun,"sahut Alan ketus, ia merasa kesal setelah apa yang baru saja ia lakukan Anne masih saja menolaknya.     

"Jangan buat aku semakin membencimu Alan,"ucap Anne jujur.     

Satu alis Alan terangkat mendengar perkataan Anne, ia terdiam beberapa saat mencerna kalimat yang baru saja diucapkan oleh istrinya itu. Perlahan Alan melepaskan kedua tangannya yang salah mengunci kedua tangan Anne diatas kepalanya, begitu tangannya bisa bergerak bebas Anne kemudian bergerak cepat dengan menutupi kedua payudaranya itu menggunakan tangannya. Wajah memerah karena malu dan marah.     

"Apa kau masih membenciku Anne?"tanya Alan dingin tanpa beralih dari atas tubuh Anne     

"Lepaskan aku Alan, please. Aku…"     

"Jawab Anne, apa kau membenciku!!"hardik Alan dengan keras.     

Semua kalimat yang ingin Anne katakan tercekat di tenggorokannya, ia tak bisa berbicara dalam kondisi seperti ini. Anne bisa merasakan amarah Alan lebih besar dari sebelumnya, alhasil selama beberapa kali Alan mengeluarkan pertanyaan yang sama Anne tak kunjung menjawabnya.     

"Kalau kau tak menjawab pertanyaanku maka aku anggap kau memang membenciku Anne, baik kalau itu maumu maka akan kubuat kau semakin membenciku. Akan kulihat sampai mana kau bisa membenciku,"ucap Alan dingin.     

"A-apa yang akhhh…"     

Anne menjerit keras saat Alan tiba-tiba membalik tubuhnya dalam gerakan cepat, tanpa menunggu lama Alan langsung menyingkap rok yang dipakai oleh Anne. Sehingga celana dalam indah senada dengan warna bra yang ia gunakan terlihat jelas, perbedaan warna yang mencolok antara kulit tubuh Anne dan celana dalam yang membalut tubuhnya membuat Alan semakin bernafsu.     

"Alan…"     

Plakk     

"Akhhh…"     

Plakk     

"Alann!!!!"     

"Katakan, apa kau masih membenciku Anne?"tanya Alan dengan nafas tersengal-sengal, melihat keindahan tubuh Anne didepan mata membuatnya tak bisa menahan diri lebih lama lagi. Birahinya benar-benar sudah sampai di pucuk kepalanya.     

Anne hanya bisa menangis saat mendapat perlakuan seperti itu oleh Alan, bukan rasa panas yang menyengat di bokongnya. Akan tetapi penghinaan besar yang Alan berikan padanya lah yang membuatnya hancur.     

Meskipun kamar itu menggunakan AC akan tetapi keringat Alan menetes dengan deras, berkali-kali memberikan tamparan di bokong Anne membuat Alan semakin bernafsu. Ia tak memperdulikan teriakan memilukan dari Anne yang selalu terdengar sesaat setelah ia memberikan pukulan, kini kedua bokong Anne terlihat memerah akibat perbuatan Alan.     

"Ingat ini sebagai pelajaran Anne, selanjutnya kau tak boleh membenciku. Kau hanya diizinkan untuk mencintaiku, kau harus ingat itu Anne,"ucap Alan lirih sambil menyeka keringatnya.     

"Hiks...kau jahat Alan...kau jahattt.."     

Meskipun terdengar samar akan tetapi kalimat yang baru saja Anne ucapkan tetap terdengar di telinga Alan, bukannya marah ia justru semakin senang. Alan pun berniat memberikan pelajaran lagi pada Anne, ia bersumpah akan bermain dengan kasar saat menyetubuhi Anne sesaat lagi. Karena itulah tanpa pikir panjang Alan langsung melepas paksa celana dalam Anne begitu ia berhasil membuat Anne kembali terlentang, meskipun tak menyukai posisi misionaris ketika bercinta namun kali ini Alan tak memperdulikan itu. Yang ada dalam otaknya adalah segera bisa menyatukan diri dengan Anne.     

Pada saat akan melepaskan pakaian yang masih melekat di tubuhnya, Alan merasa terganggu dengan Anne yang masih menutupi kedua payudaranya dengan menggunakan tangannya.     

"Singkirkan tanganmu, jangan biarkan keindahan tubuhmu tertutup Anne. Biarkan aku melihatnya, akan kuberikan kenikmatan yang lebih dari tadi Anne."     

"No!!! Jangan Alan…"     

Anne tak bisa melanjutkan perkataannya karena kedua tangannya ditarik paksa oleh Alan untuk melepaskan kedua payudaranya, begitu melihat kedua payudara Anne terbebas Alan langsung tersenyum lebar. Akan tetapi Alan belum puas, ia tak suka bercinta dengan wanita yang masih memakai pakaian. Tanpa bicara Alan pun meraih blouse yang masih melekat ditubuh Anne, meski sudah ada sebagian yang robek akan tetapi Alan tetap tak puas. Ia ingin menjamah seluruh tubuh Anne tanpa ada yang terlewat satu inci pun, karena itulah ia berusaha melepaskan semua kain yang melekat pada tubuh Anne. Perlahan Alan melepas rok yang masih Anne pakai, meskipun Anne sempat berontak tapi usahanya sia-sia. Karena pada kenyataannya Alan dengan mudah melepaskan rok itu dari tubuhnya, kedua mata Alan membulat sempurna saat melihat area kewanitaan Anne yang tertutupi bulu halus yang dirawat dengan baik.     

"Akhhh…"     

"Lihat, kau sudah basah sayang. Mungkin bibirmu menolakku, tapi tubuhmu tidak. Tubuhmu menginginkan aku lagi Anne seperti malam itu,"ucap Alan dengan cepat sesaat setelah ia menarik jemarinya yang baru ia usapkan ke area vagina Anne yang basah, berkali-kali dirangsang oleh Alan membuat tubuh Anne bereaksi.     

Anne menggigit bibir bawahnya dengan kuat, ia merutuki dirinya sendiri yang bodoh karena terangsang atas perbuatan keji Alan. Melihat Anne seperti itu Alan tertawa penuh kemenangan, ia puas karena berhasil menunjukkan pada Anne bahwa tubuhnya tak berbohong.     

"Sekarang kepada pakaianmu, aku tak suka bercinta dengan…"     

Deg     

Wajah Alan yang penuh nafsu seketika pucat saat melihat tubuh Anne yang dipenuhi luka memar, tanda merah keunguan di sekeliling leher Anne berhasil membuat sifat iblis Alan hilang.     

"Anne…"     

Anne tak merespon perkataan Alan, ia terlalu kecewa dan sakit hati atas perlakuan Alan padanya. Hanya air matanya sajalah yang menunjukkan betapa hancurnya Anne saat ini.     

"Sayang...lu-luka ini…"     

Tangan Alan yang akan menyentuh leher Anne terhenti saat Anne tiba-tiba menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, setelah itu suara tangis Anne kembali terdengar dengan keras. Anne menangis sejadi-jadinya, tubuh telanjangnya bergetar hebat saat ia menangis.     

Alan tak bicara apa-apa, ia benar-benar tak menyangka Anne akan memiliki luka memar seperti itu ditubuhnya. Ia kini akhirnya tahu alasan Anne mengenakan blouse turtleneck, dengan penuh emosi Alan menghantam nakas yang ada di sampingnya sehingga menimbulkan suara keras yang sekali lagi membuat Anne bertambah takut.     

"A-ampun Alan...jangan pukul aku, sa-sakit hiks…"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.