I'LL Teach You Marianne

I'll teach you



I'll teach you

0Semua orang yang ada di dalam pesawat tampak terkejut saat mendengar suara tamparan yang cukup keras, meski tak melihat secara langsung namun mereka yakin sekali kalau tuannya terkena tamparan dari sang nyonya.     

"In your dream Alan, aku tak mau satu kamar denganmu!!"jerit Anne panik.     

Alan yang tak menyangka akan menerima tamparan dari Anne tersenyum, ia menyentuh pipinya yang terasa panas dengan sorot mata penuh kemarahan pada Anne. Dengan gerakan cepat Alan kembali meraih leher Anne dan mencengkramnya kuat. "Kau istriku, kemanapun aku membawamu kau harus patuh. Jadi kau tak bisa menolakku Anne."     

Setelah berkata seperti itu Alan kemudian melepaskan tangannya dari leher Anne dan langsung meraih lengan Anne dengan kasar untuk dipaksa bangun, Anne yang tak bisa melakukan apa-apa hanya bisa pasrah. Ia kini menyesali perbuatannya beberapa saat yang lalu, karena kini Alan menjadi lebih marah kepada dirinya. Saat Alan keluar dari pesawat Nicholas dan para bodyguard lainnya tak ada yang bicara meski mereka melihat ada tanda merah di pipi Alan.     

Selama berjalan menuju hotel Alan tak melepaskan tangannya detik pun dari tangan Anne, ia terus menggenggam erat tangan istrinya itu dan tak sabar ingin membuatnya menyesal karena sudah menamparnya. Ketika Alan dan Anne tiba di hotel mereka disambut seorang petugas yang sudah menanti kedatangan suami istri it     

"Selamat datang di My Cloud Transit hotel Tuan dan Nyonya, silahkan ikuti saya. Saya akan mengantar anda berdua menuju kamar,"ucap seorang staf My Cloud Transit hotel pada Alan dengan sopan.     

"Apakah hotel ini sedang ramai saat ini?"tanya Alan basa-basi.     

"Tidak terlalu Tuan, karena bukan dalam suasana liburan jadi banyak penumpang yang tidak transit di bandara ini. Dan ini adalah kamar anda berdua Tuan, silahkan masuk,"jawab staf hotel itu kembali sambil membuka sebuah kamar hotel yang cukup luas untuk dua orang.     

Alan tersenyum saat melihat isi kamar yang akan ia tempati, meskipun tak seperti kamar hotel bintang 5 seperti yang selalu ia datangi akan tetapi kamar hotel itu cukup nyaman.     

"Good, i like it,"ucap Alan pelan saat sudah berada di dalam kamar.     

"Kalau ada sesuatu yang anda perlukan jangan sungkan untuk menghubungi kami di line 0 tuan, sekarang saya pamit undur diri Tuan, permisi."     

Dengan senyum mengembang Alan mempersilahkan staf hotel itu untuk keluar dari kamarnya, setelah staf hotel itu pergi Nicholas kemudian menyerahkan tas tangan milik Anne kepada Alan yang berdiri di depan pintu.     

"Dimana kamarmu Nick?"tanya Alan penasaran.     

"Ada disebelah tikungan itu Tuan,"jawab Nicholas singkat, ia sengaja memilih kamar itu karena kami memberikan privasi kepada tuannya itu.     

"Baiklah kalau begitu, istirahat. Besok kita akan menerima perjalanan lagi,"ucap Alan datar sambil melirik ke arah Anne yang baru saja keluar dari kamar mandi.     

Nicholas yang sadar diri akhirnya memilih untuk segera pergi dari hadapan Alan, ia tak mau merusak suasana hati tuannya kembali. Beruntung cahaya lampu di dalam hotel tidak terlalu terang, sehingga bekas tamparan Anne yang berada di pipi Alan tak terlihat begitu jelas.     

Alan tersenyum ketika melihat Nicholas pergi, ia jadi tak perlu bersusah payah mengusir tangan kanannya itu dari hadapannya. Kewaspadaan Anne pun meningkat saat melihat alam menutup pintu kamar.     

"Kenapa? Kau takut padaku?"tanya Alan datar tanpa rasa bersalah, ketika meletakkan tas milik Anne diatas nakas.     

"Tidak, untuk apa aku takut. Kalau kau berbuat macam-macam padaku, aku bisa berteriak,"jawab Anne asal bicara, mencoba menutupi rasa takutnya.     

"Haha apa kau bilang? Berteriak? Haha kau pikir saat ini kita sedang ada dimana? Kita sedang ada di hotel, lagipula saat Nicholas check-in ia mencantumkan status pernikahan kita. Jadi apa yang akan kau lakukan itu sia-sia, tak akan ada orang yang memperdulikanmu. Orang-orang diluar sana justru akan berpikir bahwa kalau kau sedang mencapai puncak kenikmatan karena permainanku sayang,"ucap Alan sambil tertawa lebar.     

Blush     

Wajah Anne memerah mendengar perkataan vulgar Alan, ia tak menyangka Alan akan berpikir sejauh itu. Padahal sebenarnya ia hanya asal bicara saja untuk mengancam Alan.     

"Dasar gila,"desis Anne kesal penuh kebencian.     

Alan menghentikan tawanya dan mendekati Anne yang berdiri didepan kamar mandi, dalam waktu singkat Alan pun berhasil berada didepan Anne yang tak bisa kemana-mana karena ada tembok dibelakangnya.     

Srettt     

"Akhhh!!!"     

Anne menjerit keras saat blouse yang ia pakai di robek paksa oleh Alan, karena blouse itu berbahan kain yang lembut maka mudah saja bagi Alan untuk menyobeknya. Secara spontan Anne pun menutupi dadanya yang kini terlihat jelas.     

"Jangan tutupi, apa lagi yang harus kau sembunyikan? Aku sudah melihat semuanya sayang,"ucap Alan lirih dengan suara seraknya yang menunjukkan betapa berhasratnya ia kepada Anne.     

Anne kembali meneteskan air mata, lagi-lagi ia dilecehkan oleh Alan. Laki-laki yang sangat ia benci, meskipun saat ini laki-laki itu adalah suaminya yang sah.     

Melihat Anne meneteskan air mata Alan tersentak, perlahan ia menggerakkan tangannya mencoba meraih wajah Anne. Akan tetapi Anne menghindar.     

"Jangan sentuh aku,"pinta Anne lirih.     

"Kau istriku Anne, aku bebes melakukan apa saja padamu. Apa kau lupa dengan upacara pernikahan kita kemarin?"tanya Alan ketus.     

"Aku tak menginginkan pernikahan ini, aku tak mau menjadi pemuas nafsumu seperti ini. Lebih baik kau cari saja perempuan lain yang dengan senang hati melayanimu,"jawab Anne dengan cepat, air matanya masih menetes dengan deras saat berbicara seperti itu.     

Mendengar perkataan Anne membuat hasrat Alan semakin tak terbendung, dalam sekali gerakan Alan berhasil meraih tubuh Anne kedalam pelukannya dan langsung melemparkannya ke atas ranjang. Saat Anne sudah terlentang Alan tak menyia-nyiakan kesempatan, tanpa pikir panjang ia pun langsung baik ke atas tubuh Anne dan mengunci kedua tangannya diatas kepalanya. Dalam posisi seperti itu kedua payudara Anne yang menyembul indah dari bra berwarna hitam terlihat lebih menggairahkan.     

"J-jangan Alan, jangan seperti ini. Aku mohon,"pinta Anne memelas.     

"Maafkan aku...aku salah, tolong lepaskan aku Alan…"     

"Aku suamimu Anne, aku punya hak penuh atas dirimu dan kau tak bisa menolakku. Salah satu tugasmu sebagai istriku adalah melayani kebutuhan biologisku,"jawab Alan lirih sambil menciumi payudara Anne yang tak tertutup bra.     

Anne menggelinjang, merasakan lidah Alan menari-nari di bagian tubuhnya yang sensitif. Tubuh Anne bergetar dengan hebat saat lidah Alan mencoba masuk ke dalam bra yang ia gunakan.     

"Alann stopp pleasee…."     

"Aku bahkan belum memulainya sayang, nikmati saja permainanku. Akan ku ajarkan bagaimana cara bercinta dengan baik."     

"Alann ohhh…     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.