I'LL Teach You Marianne

Honeymoon 1



Honeymoon 1

0Mobil yang membawa tuan David Clarke dan mobil Alan tiba secara bersamaan, sehingga mereka terlihat seperti pergi bersama.      

"Biarkan aku yang mendorong kakekku Luis." Alan yang sudah keluar dari mobil terlebih dahulu menghadang Luis yang ingin mendorong tuan David Clarke masuk ke dalam rumah.     

"Baik tuan muda." Luis langsung melepaskan tangannya dari kursi roda tuan David Clarke dan mempersilahkan Alan.      

Dengan tersenyum Alan pun langsung memegang handle kursi roda sang kakek dan mendorongnya masuk kedalam rumah.      

"Dari mana kau Alan?"tanya tuan David Clarke pelan pada cucunya yang sedang mendorongnya itu.     

"Kantor, ada beberapa dokumen yang harus aku bawa pulang dan mungkin aku akan simpan dirumah saja,"jawab Alan jujur.     

"Istrimu?"     

"Dirumah kek, aku juga hanya sebentar di kantor. Tak lebih dari satu jam aku meninggalkan rumah."     

Tuan David Clarke menganggukkan kepalanya perlahan, ia lalu melirik ke arah Nicholas yang sedang membawa sebuah koper.      

"Dokumen apa yang kau bawa pulang?"tuan David Clarke kembali bertanya dengan suaranya yang lembut.      

"Rancangan para desainer perhiasan yang sudah aku setujui, aku tak mau kejadian beberapa bulan yang lalu kembali terulang kek,"jawab Alan dengan cepat.      

"Pameran?"     

"Yes, pameran akan dilaksanakan beberapa bulan lagi dan perusahaan sudah mengeluarkan banyak uang untuk pameran tunggal ini. Aku tak mau terjadi kesalahpahaman lagi seperti pameran beberapa bulan yang lalu, jadi aku bawa pulang saja desain-desain perhiasan itu.  Aku yakin Luis akan menjaga dokumen-dokumen itu dengan baik selama aku pergi bulan madu dengan Anne." Alan kembali menjelaskan lebih detail alasannya membawa pulang dokumen-dokumen penting itu.     

Deg      

"Coba ulangi lagi apa yang kau katakan baru saja nak,"pinta tuan David Clarke terbata.      

"Pameran tunggal?"     

"Bukan, setelah itu!!"     

"Perusahaan sudah mengeluarkan banyak uang?"     

"Alan!!!"     

"Oh bulan madu maksud kakek?"tanya Alan sambil menahan tawa.     

"Dasar anak nakal!!"     

Alan tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan sang kakek, ia senang sebenarnya sudah tahu dengan maksud pertanyaan sang kakek justru menggodanya dengan pura-pura tidak tahu.      

"Kau harus baik pada Anne, dia anak baik Alan. Kalau kau sampai membuatnya sedih dan menangis maka kakek akan membuatmu menyesal,"ancam tuan David Clarke serius.     

"Kenapa jadi kakek lebih perhatian padanya? Cucu kakek itu aku bukan dia."protes Alan dengan cepat.     

"Kau sudah membuatnya terluka dari awal nak, jadi tolong jangan buat Anne merasa sedih lagi. Cukup satu kali kau membuatnya hancur seperti itu, sekali lagi kakek tegaskan kalau sampai kakek tahu Anne menangis lagi maka lawanmu adalah kakek,"jawab tuan David Clarke dingin.     

"Iya kek iya aku tahu…"     

"Baik, kakek akan ingat ucapanmu ini. Ya sudah kau pergi cari istrimu, biarkan Luis yang membantu kakek masuk ke dalam rumah." Tuan David Clarke langsung memotong perkataan Alan.     

Mendengar perkataan sang kakek, Alan pun langsung menghentikan langkah kakinya dan berpindah posisi kembali pada Luis yang sejak tadi berada di samping kirinya. Luis pun kembali melanjutkan perjalanan dengan mendorong sang tuan menuju ke dalam rumah, meninggalkan Alan dan Nicholas yang masih berdiri dibelakang.      

"Anne bukan hanya gadis baik kek, dia juga gadis yang sempurna,"ucap Alan dalam hati sambil mengingat kembali malam dimana ia memperkosa Anne yang ternyata masih perawan.      

"Oohh!!"     

"Anda kenapa Tuan?"tanya Nicholas panik pada Alan yang tiba-tiba kesakitan sambil memegangi kepalanya.     

Alan yang sedang setengah menunduk lalu menatap Nicholas yang kini berdiri dihadapannya. "Aku tak tahu, tiba-tiba saja dadaku sakit."     

"Apa perlu kita kerumah sakit atau memanggil dokter tuan?"tanya Nicholas kembali.      

"Tak usah Nick, mungkin ini gara2 aku kelelahan dan kurang istirahat. Tadi malam aku tidur sangat larut gara-gara para bajingan sialan itu yang memaksaku terus minum untuk pengganti pesta lajang,"jawab Alan pelan sambil berusaha berdiri tegak kembali.     

"Tapi Tuan…"     

Alan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "I'm fine Nick, ya sudah ayo masuk. Aku ingin segera bertemu istriku dan kau simpan koper itu di ruang kerjaku."      

"Baik Tuan, saya mengerti."      

Alan tersenyum dan menepuk pundak sang asisten lalu kembali meneruskan langkahnya masuk ke dalam rumah, Nicholas pun kemudian mengekor di belakang.      

Kalau biasanya setiap Alan pulang ia akan langsung naik ke kamarnya yang ada di lantai dua, namun kali ini ia bertanya pada pelayannya terlebih dahulu untuk mencari tahu keberadaan sang istri. Alan sudah tak sabar ingin memberitahu Anne perihal rencananya untuk berbulan madu.      

"Nyonya ada di sofa di dekat telepon tuan, tadi dokter Caitlyn menghubunginya."Seorang pelayan wanita dengan sopan menjawab pertanyaan Alan.     

"Dokter Caitlyn? Kenapa dia menghubungi istriku lagi?"tanya Alan bingung.      

"Untuk itu saya tidak tahu Tuan." Pelayan itu kembali menjawab dengan gugup.     

Alan tersenyum mendengar perkataan pelayannya, ia tahu kalau semua pelayan takut kepada dirinya karena sikapnya yang sangat pemarah. Dengan memasang wajah yang ramah Alan berkata, "It's ok, aku tak sedang berbicara denganmu. Tadi aku bicara sendiri, ya sudah kalau begitu kau bisa melanjutkan pekerjaanmu lagi."      

Tanpa berpikir lama pelayan wanita itu langsung menundukkan kepalanya memberikan hormat pada Alan, ia kemudian langsung pergi dari hadapan tuan mudanya itu untuk kembali melanjutkan pekerjaannya.      

Melihat pelayannya berlari ketakutan seperti itu Alan tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, ia lalu melangkahkan kakinya menuju tempat Anne berada sesuai petunjuk yang diberikan pelayan sebelumnya. Senyum Alan mengembang saat melihat Anne tengah duduk bersandar di sofa menatap taman, rambut panjangnya yang tergerai indah tergerai indah sesekali bergerak karena terkena tiupan angin. Melihat keindahan didepan matanya Alan benar-benar tak bisa menahan diri, tanpa pikir panjang Alan pun mendekati sang istri dan berniat memeluknya dari belakangnya. Akan tetapi Alan membatalkan niatnya saat mendengar suara isak tangis Anne.     

"Kau menangis?"     

Anne yang sedang meratapi nasibnya langsung menoleh seketika saat mendengar suara yang sangat ia hafal, saat Anne menoleh ia langsung bertatapan mata dengan Alan.     

"Kenapa tak menjawab pertanyaanku?"ucap Alan kembali.      

"Untuk apa aku menjawab pertanyaanmu itu, bukankah kau juga sudah tahu jawabannya,"jawab Anne ketus.     

"Aku tak sedang ingin berdebat denganmu Anne, aku tanya sekali lagi kenapa kau menangis? Apa aku meratapi malam pengantin kita yang terlewat saja tadi malam?"tanya Alan pelan menggoda Anne.     

"Jangan gila, aku tak mungkin meratapi hal seperti itu!!" Dengan setengah berteriak Anne menjawab pertanyaan suaminya.     

Alam tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan sang istri, meskipun saat ini istrinya itu sedang membentaknya namun Alan tidak kesal sama sekali. Ia justru semakin terpikat pada Anne, karena Anne terlihat semakin menggemaskan saat sedang marah seperti itu.     

"Sudahlah jangan menangis lagi, lebih baik sekarang kau bersiap-siap. Kita akan pergi ke Norwegia siang ini,"ucap Alan lembut sambil tersenyum.     

"Norwegia...untuk apa?"tanya Anne bingung.     

"Honeymoon tentu saja, aku ingin menghabiskan banyak waktu denganmu di sana. Di sana kita bisa bercinta dibawah langit…"     

"Jangan gila Alan, aku tak pernah akan mau pergi ke tempat itu. Lagi pula hubungan kita tak sebaik itu sampai bisa pergi honeymoon." Anne memotong perkataan Alan dengan penuh emosi dengan mata berkaca-kaca, setelah berkata seperti Anne pun bergegas pergi dari hadapan Alan dan berlari menuju kamarnya.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.