I'LL Teach You Marianne

Prove it



Prove it

0Setelah pertengkaran besarnya dengan Anne, akhirnya Alan memutuskan untuk kembali ke Luksemburg. Ia membatalkan rencana bulan madunya bersama Anne di Norwegia selama sepuluh hari kedepan, rencana-rencana indah yang sudah ia susun dengan sangat baik terpaksa harus dibatalkan semuanya karena Anne membuatnya marah besar dengan memintanya untuk menikahi perempuan lain. Padahal jelas-jelas saat ini status mereka sudah resmi sebagai suami istri, Alan merasa dirinya tak dihargai oleh Anne.     

Saat berkemas Nicholas tak bicara apa-apa, ia hanya melakukan perintah sang tuan dengan patuh. Begitu juga para body yang membantu Nicholas, tak ada satupun dari mereka yang bertanya kenapa mereka harus pulang ke Luksemburg dalam waktu secepat ini.      

"Aku mau pesawat itu harus ada di bandara dalam waktu satu jam lagi, kalau tidak maka bersiaplah untuk angkat kaki dari perusahaanku."      

Alan bicara dengan penuh emosi pada seseorang di ponselnya, ia meminta segera di siapkan pesawat jet supaya bisa secepatnya tiba di vila. Alan memutuskan untuk membawa Anne ke vila, bukan ke rumah sang kakek. Alan yakin sekali kalau mereka pulang ke rumah sang kakek maka Anne akan dilindungi oleh kakeknya dan Alan tak mau itu terjadi, baginya urusan rumah tangganya tak boleh di usik oleh siapapun. Karena itulah ia memutuskan untuk membawa Anne pulang ke vila, tempat yang sangat ditakuti Anne.      

Saat semua orang sibuk Anne hanya duduk sambil menunduk penuh sesal, rencananya akan hancur jika kembali ke Luksemburg sekarang juga. Apalagi ia belum berbicara lagi dengan Erick dan Alice, Anne memutar otaknya agar Alan membatalkan niatnya untuk pulang ke Luksemburg. Akan tetapi tak ada satupun ide mengalir dalam otaknya saat ini, kemarahan Alan membuatnya tak bisa berpikir jernih. Sampai akhirnya Anne mendapatkan ide setelah melihat sepasang kekasih yang baru saja berbaikan setelah bertengkar di depan pintu tenda, jantung Anne berdetak sepuluh kali lebih cepat dari biasanya. Anne bingung, ia tak tahu apakah harus mengikuti cara si gadis yang baru ia lihat di luar itu atau pasrah dibawa pulang Alan ke Luksemburg. Hanya ada dua pilihan yang harus Anne pilih saat ini.     

Anne menghela nafas panjang, ia kemudian melepaskan satu kancing kemejanya paling atas. "Tak ada salahnya mencoba."      

Kedua mata Anne perlahan mencoba menatap Alan yang berdiri mematung, menatap Nicholas merapikan barang-barang. Sorot matanya tajam menunjukkan kemarahan yang besar, melihat Alan seperti itu nyali Anne menciut.      

Demi kebebasan!      

Dengan sedikit ragu Anne beranjak bangun dari kursi, ia mendekati Nicholas yang sedang menyeret dua koper besar menuju ruang depan saat Alan pergi ke kamar mandi.      

"Tinggalkan kami,"     

Nicholas yang sedang kepayahan karena membawa 2 koper berat di kedua tangannya langsung mengangkat wajahnya, menatap Anne yang sedang berdiri di hadapannya.      

"Apa maksud anda Nyonya?"     

Anne menelan ludah. "Keluarlah, tinggalkan aku dan Alan berdua. Ada hal penting yang harus kami bicarakan."     

Nicholas memajukan bibirnya, ia tahu kalau Anne sedang mengada-ada. Pasalnya sang tuan tidak mengatakan apa-apa, ia hanya diminta untuk segera membereskan barang-barang untuk pulang ke Luksemburg.      

"Nick!"     

Nicholas yang tak mau mencari masalah akhirnya mengajak anak buahnya untuk segera meninggalkan tenda sang tuan, ia memberikan sepasang suami istri itu untuk berbicara. Setelah Nicholas dan para bodyguard keluar, Anne langsung mengunci tenda dari dalam. Ia tak mau ada yang melihatnya merayu Alan, ya merayu Alan. Hanya itu saat ini cara terlintas dalam benak Anne, menjual tubuhnya pada Alan demi kebebasan.      

Saat Anne akan berjalan menuju kamar ia dikejutkan dengan Alan yang sudah berdiri didepannya, ia terlihat tidak senang melihat Anne menghalang jalan.     

"Hmmm aku ingin bicara,"desah Anne ragu.      

Alan melirik ke arah Anne. "Apalagi yang ingin kau bicarakan?"     

Anne menarik nafas panjang, membuang segala ketakutannya. "Aku ingin tetap ada disini, aku tak mau pulang."      

Alan yang sedang memainkan jemari di atas layar ponsel pintarnya langsung menoleh ke arah Anne. "Apa maksudmu?"     

"Aku masih ingin di Tromso, aku tak mau kembali ke Luksemburg. Aku ingin…"     

"Ingin apa? Bicara langsung ke inti, jangan basa-basi. Aku tak suka,"sengit Alan tak sabar.      

"Aku ingin melanjutkan liburan ini bersamamu." Anne kembali bicara dengan suara yang hampir tak terdengar.      

Kedua mata Alan membeliak, terbuka lebar. Ia berusaha mencerna kalimat yang baru saja Anne ucapkan. "Coba ulangi, aku tak mendengar apa yang kau katakan."     

Brengsek!      

Anne menatap Alan dengan penuh kemarahan, ia yakin Alan sengaja membuatnya mengulang perkataannya.      

"Aku ingin tetap ada di kota ini untuk berbulan madu denganmu."      

Alan menyunggingkan senyum sinis mendengar perkataan Anne, ia tak percaya dengan apa yang baru saja Anne katakan. Mengingat pertengkaran besar mereka beberapa saat yang lalu membuat ratusan pertama muncul dalam otak jenius Alan.      

"Kenapa kau masih ingin ada di kota ini? Apa kau bertemu temanmu dan berencana kabur dengannya?"     

Seluruh tubuh Anne terasa lemas tiba-tiba saat mendengar perkataan Alan, Anne tak menyangka Alan akan tahu rencananya. Namun ia tak boleh gagal, satu-satunya cara untuk lepas dari cengkraman Alan adalah Erick. Dan Anne tak boleh pergi dari Tromso sebelum berbicara dengan Erick untuk langkah selanjutnya, Anne tak mau terjebak dalam hubungan tanpa cinta dengan Alan, pria yang sangat ia benci.      

Dengan sedikit ragu Anne menatap Alan, kedua matanya yang sudah berkacalah menatap pria tampan yang berdiri di depannya tanpa berkedip. Ada kerinduan yang sangat besar dalam sorot mata Anne, Anne selalu merindukan Jack dan ia selalu sedih jika menatap Alan yang memiliki wajah seperti Jack. "Kalau niat baik ku tak dihargai tak apa, aku tak akan memaksa. Setidaknya aku sudah berusaha."      

Alan tertegun mendengar perkataan Anne tetapi ia berhasil menguasai dirinya."Niat baik? Aneh sekali, beberapa saat yang lalu kau memintaku menikahi para wanita yang pernah aku tiduri. Tapi sekarang kau meminta untuk melanjutkan honeymoon ini, sebenarnya apa maumu Anne?"     

"Lupakan saja, anggap aku tak bicara apa-apa,"jawab Anne lirih sambil menyeka air mata yang terkumpul di sudut matanya.      

Alan yang sudah sangat penasaran tak membiarkan Anne pergi begitu saja dari hadapannya, dalam satu langkah Alan berhasil sampai di samping Anne dan berhasil menghalaunya keluar dari tenda.      

"Buktikan!!"     

Anne menatap Alan yang sedang menghalau langkahnya. "Buktikan apa?"     

"Aku perlu bukti, aku ingin melihat kesungguhanmu sehingga aku bisa yakin kalau kau memang ingin berada di Tromso. Melanjutkan honeymoon ini,"jawab Alan tanpa jeda, wajahnya tersenyum dingin saat bicara.Terlihat sepuluh kali lebih menakutkan di mata Anne.      

Anne menggigit bibir bawahnya dengan cepat, ia panik. Tak terpikirkan olehnya saat ini untuk memberikan bukti pada Alan, Anne tak berpikir sejauh itu.      

Melihat Anne gelisah Alan tersenyum puas, ia menikmati kegelisahan Anne. "Waktu terus berjalan Anne, aku bukankah orang yang sabar."     

Tanpa pikir panjang Anne segera meraih wajah Alan dengan kedua tangannya dan langsung mencium pria yang sangat ia benci itu, Alan yang sangat tahu kalau Anne sangat membencinya tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia lalu meraih pinggang Anne dengan kuat ke arah tubuhnya dan membalas ciuman yang diberikan sang istri.      

"Kau harus membayar mahal atas ini Anne." Alan bicara lirih tanpa melepaskan ciumannya dari bibir Anne.     

 Bersambung     

Hallo sahabat pembaca  \(^_^)/     

Terima kasih sudah menunggu novel saya terbit. Bagi yang ingin membaca novel berikutnya, Saya rekomendasikan novel sahabat saya "dewisetyaningrat" dengan judul "CIUMAN PERTAMA ARUNA" aku yakin kakak-kakak penasaran. So, tambahkan ke daftar pustaka.  ^_^     

Salam hangat Anne-Jack     

Dan jangan lupa ikuti kisah Angelica dalam Cruel CEO : The Forgotten Princess, secepatnya Angelica akan di update secara rutin di webnovel tentunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.