I'LL Teach You Marianne

Persiapkan dirimu



Persiapkan dirimu

0Alan sejak tadi hanya mengaduk-aduk gelas kopinya tanpa benar-benar meminumnya, saat ini Alan bersama Nicholas duduk berdekatan menatap Anne yang sedang menikmati makanan yang dipesankan secara langsung oleh Alan.      

Saat bangun tidur Alan hampir gila ketika tak menemukan keberadaan Anne dikamar, ia terkejut saat menyadari wanitanya itu tak berada dalam pelukannya lagi.      

Dengan bantuan Nicholas dan beberapa bodyguard lainnya Alan mencari Anne, sampai akhirnya mereka menemukan Anne tengah berada di sebuah ruangan khusus milik para resepsionis. Alan yang hampir meledak saat mengetahui Anne mencoba menghubungi seseorang tanpa seizinnya, akan tetapi saat mengetahui alasan Anne menggunakan telepon akhirnya kemarahan Alan hilang .     

"Perhatian cara makanmu Anne."      

Anne menatap mata Alan yang tengah memperhatikan dirinya sejak pertama mereka duduk di restoran.     

"Aku lapar, lagi pula tak ada siapapun disini." Anne menjawab sinis perkataan Alan.     

"Kau nyonya muda dari keluarga Clarke, dimanapun dirimu berada etika harus diperhatikan Anne,"sahut Alan ketus.      

Karena cara makannya di komentari mendadak selera makan Anne hilang, padahal ia masih ingin menikmati daging domba terbaik yang tersaji dengan lezat di atas piringnya.      

"Maaf, aku memang tak punya attitude saat makan. Kalau kau merasa terganggu lebih baik kau bebaskan aku, biarkan aku kembali ke.."     

Brak     

Alan menggebrak meja dengan keras, sehingga membuat Anne menghentikan perkataannya.     

"Jaga ucapanmu Anne, sadari posisimu!!"ucapnya penuh amarah.      

"Seharusnya aku yang sejak awal bicara seperti itu padamu, seandainya dari pertama kau menyadari posisi tinggimu itu sebagai pewaris utama keluarga Clarke seharusnya kau mencari wanita cantik dari keluarga terpandang yang sejajar dengan keluargamu untuk dijadikan istri. Bukan orang sepertiku yang tidak punya apa-apa dan sangat kacau ini, sehingga kau tidak merasa harus merasa malu saat sedang makan bersamaku seperti tadi."     

Alan tersentak kaget mendengar perkataan Anne, ia tak menyangka Anne akan menyerangnya dengan kalimat seperti itu. Sementara itu Anne yang sangat kesal sekali pada Alan pun akhirnya memilih pergi dari restoran dan langsung pergi menuju lift untuk naik ke kamar.      

"Fuck!!"     

"Jangan dilawan dengan emosi tuan, jangan terpancing provokasi yang dibuat Nyonya,"ucap Nicholas pelan coba menasehati Alan. "Nyonya pasti sengaja makan dengan cara seperti tadi, saya yakin sekali."     

Alan memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa sakit. "Aku tak tahu bagaimana cara untuk menghadapinya Nick, aku ingin menjalin hubungan yang normal dengannya dari awal. Aku sudah menurunkan keegoisanku 80% saat menghadapinya Nick, akan tetapi sepertinya Anne terus saja mencari masalah denganku."     

"Proses Tuan, semuanya butuh proses. Begitu juga dengan Nyonya, aku yakin sekali Nyonya pasti akan menerima anda tak lama lagi,"ujar Nicholas lembut.      

"Aku tak mau melepaskannya Nick."      

"Saya paham Tuan, tenang saja. Nyonya tak akan mungkin bisa meninggalkan anda, kalian berdua diikat hubungan pernikahan yang sah dimata agama dan negara. Jadi tak akan semudah itu melepas ikatan yang sudah dibuat sekuat itu Tuan."     

Alan tersenyum lebar mendengar perkataan Nicholas, ia tak menyangka Nicholas bisa bicara seperti itu. Dengan gerakan cepat Alan bangkit dari kursinya dan pergi begitu saja dari restoran, tujuannya tentu saja adalah lift. Ia ingin segera menyusul Anne, Alan benar-benar tak mau berjauhan dengan wanitanya itu saat ini.      

Nicholas pun kembali meneruskan minum seorang diri, melayani orang seperti Alan yang emosional membuatnya memerlukan banyak energi dan waktu untuk sendiri memanjakan dirinya saat keadaan sedang aman seperti ini.      

Sesampainya di kamar Anne langsung pergi menuju balkon, ia menatap kota Tromso dari hotel tempatnya berada. Anne berharap bisa melihat Erick atau Alice sedang berjalan-jalan disekitar hotelnya, meskipun ia yakin sekali kalau apa yang ada dalam pikirannya itu tak akan mungkin terjadi.      

"Aku harap kita bisa bertemu Erick, kau harapanku satu-satunya saat ini. Aku harus lepas dari pria gila ini."      

Anne bicara dalam hati penuh harap, kedua matanya pun terpejam dengan rapat. Anne benar-benar berharap bisa bertemu Erick secepatnya.      

Bunyi langkah sepatu yang semakin mendekat akhirnya membuat Anne kembali ke alam nyata, ia pun langsung berbalik badan dan berdiri dengan tegak menatap Alan yang sedang berjalan ke arahnya.     

"Aku tak akan menyentuhmu lagi saat ini, jangan setegang itu,"ucap Alan datar saat melihat betapa kakunya Anne saat ini.      

Wajah Anne memanas mendengar perkataan Alan, ingatannya akan apa yang Alan lakukan terakhir kali kepadanya membuat amarah dan kebencian Anne datang kembali.      

"Jahat."      

"Aku suamimu Anne, aku punya hak atas tubuhmu jangan lupa itu." Alan langsung merepotkan satu kata yang diucapkan Anne untuknya. "Lagipula setelah menikah kau belum melakukan kewajibanmu sebagai istri, melayaniku diranjang.     

"Teruslah bermimpi Alan!!"sahut Anne dengan suara parau, diingatkan soal statusnya saat ini Anne selalu kesal.      

"Itu fakta Anne, kau adalah istriku yang sah dan menurut hukum kau harusnya melayaniku dengan tulus tanpa aku harus memaksamu seperti yang sudah-sudah sampai akhirnya tubuhmu terluka karenaku."      

Alan memilih untuk memotong perkataannya saat membahas luka di tubuh Anne, ia masih penasaran sekali kenapa Anne semudah itu memiliki memar di tubuhnya. Keinginannya untuk mencumbui Anne dengan kasar pun sirna pasca mengetahui betapa mudahnya Anne memiliki memar di tubuhnya, Alan tak mau seperti sedang memperkosa Anne tiap malam jika mereka bercinta dengan cara yang tak biasa itu.      

"Aku tak menyukai pernikahan ini,"sahut Anne lantang, mencoba mengalihkan pembicaraan. Anne tak mau membahas soal kewajiban seorang istri      

dengan Alan saat ini.     

Alan menatap Anne tanpa berkedip. "Suka atau tak suka kau adalah istriku, jadi kau harus terima. Lagipula memangnya siapa lagi yang mau menikahimu disaat aku, Alan Knight Clarke yang sudah mendapatkan keperawananmu. Perlu kau ketahui Anne, diluar sana tak mungkin ada satu pria pun yang berani untuk mendekatimu setelah aku meninggalkan jejak di tubuhmu. Kau harusnya bersyukur Anne, para model cantik yang mengiba padaku untuk kutiduri sangat banyak. Dan kau dengan mudah melewati para gadis cantik itu untuk menemaniku di ranjang, kau dengan mudah merasakan betapa hangatnya tubuhku saat berada di atas tubuhmu dan kehangatan cairan cintaku yang memenuhi rahimmu saat mencapai puncak kenikmatan. Aku masih ingat betapa panasnya tubuhmu malam itu, jadi jangan pernah lagi mengatakan kalau kau tak menginginkan pernikahan ini. Kau harus mensyukurinya, ingat itu."     

Anne merasakan kesakitan yang mengiris didalam dirinya saat mendengar kata demi kata yang Alan ucapkan, kalimat-kalimat itu kembali mengingatkan Anne akan perbuatan jahat Alan kepadanya malam itu.      

"Jangan menangis, aku tak mau melihat kecantikanmu memudar karena air mata. Lebih baik kau bersiap, malam ini kita akan pergi melihat Aurora di sebuah tempat yang akan menjadi saksi percintaan kita malam ini, seperti yang aku katakan sebelumnya bahwa kita akan bercinta dibawah langit indah itu. Jadi persiapan dirimu."     

****     

Rose yang sudah bersiap melakukan pekerjaannya, mengikuti jalannya acara amal yang diadakan pada pengusaha di kota Tromso nampak melakukan pemeriksaan terakhir.      

"Kau sudah siap Rose, percayalah." Aaron yang berada satu mobil dengan Rose kembali memberikan semangat kepadanya agar tidak gugup.      

"Ini acara besar Aaron, aku benar-benar tak bisa melakukan kesalahan,"jawab Rose singkat.      

Aaron mencengkram tangan Rose dengan lembut. "You can do it Rose, trust me."      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.