I'LL Teach You Marianne

Hi, little one



Hi, little one

0Anne duduk manis di sofa setelah meminum air putih hangat yang diberikan Noah, di hadapannya juga sudah terhidang banyak makanan hangat yang memang baru selesai dibuat.     

"Apa ada lagi yang bisa saya bantu, Tuan?"     

Jack menggeleng. "Sepertinya ini cukup, kau bisa kembali Noah."     

"Baik, saya permisi Tuan."     

Jack tersenyum, ia lalu menutup pintu kamarnya begitu Noah benar-benar tidak terlihat lagi di lantai dua. Jack tak langsung mendekati Anne yang sedang menikmati makanannya, ia masih sedikit kesal pada Anne yang dianggap tak pernah berubah masih ceroboh seperti dulu.     

"Enak, kemarilah ikut makan denganku,"ucap Anne tanpa rasa bersalah.     

"Habiskan makananmu sendiri, aku lelah ingin tidur."     

Anne baru akan menggigit croissant pun langsung membeku mendengar perkataan Jack, belum sempat Anne membuka mulutnya lagi ia sudah melihat Jack pergi ke kamar mandi. Anne tak melanjutkan makan, ia tiba-tiba kehilangan selera makan pasca mendengar ucapan Jack sebelumnya. Setelah 10 menit pintu kamar mandi terbuka, Jack rupanya memilih mandi terlebih dahulu sebelum tidur. Kombinasi aroma citrus dan musik tercium jelas dari tubuh Jack yang terlihat segar pasca terkena air dingin, rambutnya pun masih sedikit basah ketika Jack membaringkan tubuhnya diatas ranjang besar mereka.     

Jack sangat lelah sekali, terbukti baru satu menit ia berbaring suara dengkuran halusnya terdengar jelas oleh Anne yang masih duduk di sofa dihadapan berbagai macam makanan lezat yang menggugah selera, namun karena sudah kehilangan nafsu makannya Anne tak lagi menyentuh makanan itu. Karena sudah malam Anne memutuskan untuk mandi sebelum tidur, setelah berendam cukup lama di bathtub Anne lalu berbilas dan kaget saat melihat ada noda darah di kaca.     

"Jack, aku yakin ini pasti darah Jack,"ucap Anne dalam hati.     

Tanpa menunggu lama Anne pun langsung menyambar sebuah piyama mandi bersama putih yang masih bersih dan langsung menggunakannya. Begitu keluar dari kamar mandi Anne langsung berlari mendekati ranjang dimana Jack terlelap, kedua mata Anne menyipit saat melihat luka di tangan kiri Jack. Dugaannya benar, Jack menghantam dinding kamar mandi untuk melampiaskan amarahnya.     

Karena tak mau membuat luka di tangan Jack infeksi Anne lalu bergegas mencari kotak p3k dan langsung memasangkan plester luka di tangan Jack dengan hati-hati setelah sebelumnya ia memberikan sedikit cairan antiseptik.     

"Aku tahu kau kehilangan sekali karena kepergiannya kakek, tapi jangan sakiti dirimu seperti ini Jack. Yang kehilangan kakek tak hanya dirimu, aku dan semua orang yang ada di rumah ini juga merasa kehilangan yang sama,"gumam Anne lirih, senyum tipisnya tersungging saat melihat tangan Jack lainnya yang ternyata juga memerah.     

Saat akan duduk di ranjang untuk menyusul Jack tidur tiba-tiba perutnya kembali bergolak, tanpa menunggu lama Anne pun bergegas lari menuju kamar mandi. Setelah mengeluarkan semua makanan yang baru saja dimakan Anne akhirnya menyadari sesuatu, dia sudah telat datang bulan selama dua minggu!     

"I-ini tidak mungkin bukan, aku tak mungkin hamil,"gumam Anne lirih, secara reflek tangannya menyentuh perutnya yang terlihat besar karena tertutup ikat pinggang dari piyama tidurnya.     

Anne kembali mengingat-ingat jadwal menstruasinya, dengan berpatokan dari jadwal menstruasi pertama bulan lalu Anne yakin sekali kalau saat ini ia sudah telat dua minggu. Perlahan ada rasa hangat mengalir di dalam dadanya, jiwa keibuannya muncul seketika. Nalurinya sebagai wanita membuat Anne menangis haru, meski belum memastikan menggunakan testpack atau pemeriksaan dokter namun Anne yakin sekali kalau saat ini didalam tubuhnya tengah bertumbuh buah cintanya dan Jack. Anne yakin sekali sedang hamil, pasalnya selama ini Jack tak pernah menggunakan pengaman ketika mereka bercinta. Jack juga tak membuang cairannya sembarangan, ia selalu menghujani Anne semua cairan cintanya ketika mereka bercinta.     

"Hei little one, are you in there?"     

Senyum Anne mengembang saat berbicara sendiri dengan perutnya, karena kepalanya tiba-tiba terasa sakit Anne akhirnya memutuskan untuk meninggalkan kamar mandi. Ia tak mau terjadi hal-hal yang tak diinginkan, Anne berbaring di samping Jack yang membelakanginya. Anne berniat untuk mengatakan semuanya pada Jack besok pagi ketika bangun tidur, saat baru saja memejamkan kedua matanya Anne kembali tersenyum. Ia akhirnya tahu apa yang menyebabkan dirinya bertingkah aneh akhir-akhir ini, mulai dari sedikit pemilih dengan makanan sampai tiba-tiba merasa mual. Ternyata tubuhnya sudah memberikan kode secara alami dan Anne tak menyadari itu.     

Berlin, Jerman     

Leon yang memilih tinggal di Berlin sementara waktu nampak tersenyum di atas tempat tidurnya saat membaca berita kematian David Clarke, ia senang sekali pria tua yang arogan dan sombong itu akhirnya meregang nyawa.     

"Tuan…."     

"Ssstt kalian tidurlah, aku hanya ingin minum sebentar,"ucap Leon lembut menenangkan dua wanita cantik yang baru saja melayaninya.     

"Jangan lama-lama Tuan."     

Leon terkekeh. "Tentu manis, ya sudah aku turun. Tunggu aku naik, setelah itu puaskan aku lagi ya."     

Kedua gadis cantik yang sedang berbaring itu tersenyum mendengar perkataan Leon, dengan gerakan nakal kedua gadis itu kembali mencoba memancing Leon seperti tiga jam yang lalu. Namun karena Leon sedang ingin merokok ia hanya menggeleng kecil melihat apa yang dilakukan dua wanita cantik sewaannya itu, setelah turun dari ranjang Leon lalu menyambar piyama tidurnya yang ada diatas kursi dan bergegas menuju balkon kamarnya untuk merokok.     

Sejak berpisah dengan Stefi hidup Leon terasa lebih ringan, ia tak lagi tertekan. Tak ada lagi yang melarangnya melakukan apapun yang ia mau termasuk merokok seperti saat ini, ditemani sebotol wiski Leon membaca beberapa artikel yang membahas berita kematian David Clarke. Senyum Leon berbinar saat membaca satu artikel yang menuliskan betapa sedihnya seorang Jackson Knight Clarke yang ditinggalkan sang kakek.     

"Cih...dia berganti nama rupanya, tapi tetap saja nama belakang Marianne akan menjadi Ganke. Kupastikan hal itu akan terjadi secepatnya,"ucap Leon lirih sambil tersenyum saat menatap foto Jack yang terlihat sangat sedih saat peti mati kakeknya dimasukkan kedalam tanah.     

"Nikmati balasan atas kesombonganmu David Clarke, kini kau tak bisa sombong lagi. Bersatulah dengan cacing-cacing di tanah hahaha...akan kurebut apa yang menjadi milikku lagi, sejak awal Marianne adalah milikku dan cucumu yang tak tahu diri itu sudah berani merebut wanitaku. Aku bersumpah akan membawa Marianne pulang kembali ke rumah ini, tolong bantu aku nek. Beri aku kemudahan membawa wanita pilihanmu kembali lagi ke posisinya lagi sebagai Nyonya Ganke."     

Leon bicara dalam hati dengan menggebu-gebu, tekatnya untuk merebut Marianne pun semakin besar saat ini. Baru saja akan menghisap rokoknya kembali salah satu wanita yang ia sewa dari rumah bordil datang dan memeluknya dari belakang.     

"Ayo Tuan, kami tak bisa tidur tanpa anda."     

Leon terkekeh. "Dasar gadis nakal, ayo kita ke ranjang. Layani aku lagi."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.