I'LL Teach You Marianne

Mencari pembunuh Alan



Mencari pembunuh Alan

0Setelah berbincang selama hampir dua jam dengan Erick akhirnya tuan David Clarke mengajak tamunya itu untuk masuk kedalam rumah karena hari sudah mulai sore, ia mempersilahkan Erick untuk beristirahat sebelum makan malam bersama. Ketika Erick masuk kedalam rumah Nicholas menatapnya tanpa berkedip dengan aura permusuhan yang kental, Erick benar-benar tak suka pada Erick.     

"Kau kenapa Nick?"tanya Luis pelan pada Nicholas yang tak berhenti menatap Erick yang sudah menghilang dari pandangannya karena ia sudah naik ke lantai dua bersama seorang pelayan yang mengantarnya ke kamar.     

"Aku? Aku baik-baik saja,"jawab Nicholas dengan cepat.     

Luis tersenyum. "Kau pembohong yang jelek Nick."     

"Aku tak suka pada pria itu, dia terang-terangan mencari masalah denganku Luis,"ucap Nicholas akhirnya jujur.     

"Mencari masalah bagaimana?"tanya Luis kembali.     

Nicholas kemudian menceritakan apa yang terjadi beberapa saat yang lalu sebelum Luis dan tuan David datang, Nicholas berbicara dengan sangat cepat dan penuh semangat. Mendengar Erick bicara Luis hanya tersenyum, ia tahu kalau Nicholas sangat dekat dengan tuan mudanya karena itulah ia merasa keberadaan Erick sebagai ancaman. Nicholas juga belum tahu dengan detail masalah sang tuan muda sebenarnya, karena itulah ia tak tahu siapa Erick yang sebenarnya.     

"Yang jelas aku tak akan membiarkan tuan muda direbut oleh pria itu,"ucap Erick penuh emosi ketika menutup ceritanya.     

"Tak ada yang merebut tuan muda, kau tak usah khawatir Nick."     

"Tapi dia jelas-jelas menawarkan diri untuk menjadi asisten tuan muda tadi Luis, aku yakin pria itu pasti punya niat jelek pada tuan muda,"sahut Nicholas kembali.     

Luis memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit. "Sudahlah Nick, lebih baik sekarang kau mandi dan bersiap untuk makan malam. Hari sudah mulai senja, kau tak mau kan membuat tuan muda marah jika saat makan malam nanti kau belum siap."     

Kedua mata Nicholas membulat mendengar perkataan Luis, secara spontan ia melihat ke arah jam yang terpasang di tangan kirinya. Tanpa bicara Nicholas pun langsung pergi dari hadapan Luis untuk pergi ke kamarnya sendiri, melihat tingkah Nicholas yang sedikit kekanakan membuat Luis menggelengkan kepalanya.     

"Pria yang kau benci itu adalah asisten tuan muda yang sebelumnya Nick, andai saja kau tahu bahwa tuan muda yang kau layani saat ini bukan tuan muda-mu yang sebenarnya mungkin kau tak akan seperti ini,"ucap Luis lirih, karena waktu makan malam sudah tiba Luis pun pergi ke kamarnya sendiri untuk mandi. Ia juga harus bersiap seperti yang lain untuk makan malam.     

Beruntung Erick dibantu seorang pelayan untuk pergi ke kamarnya, kalau tidak mungkin saja ia akan tersesat. Kediaman keluarga Clarke yang sangat besar dan memiliki banyak kamar pasti akan membuat siapapun bingung jika tidak hafal.     

"Kau sudah selesai?"tanya Alice dengan cepat saat menyambut Erick masuk ke kamar.     

"Iya."     

"Bagaimana? Apa yang tadi kalian bicarakan?"tanya Alice kembali, sebelumnya saat Erick diajak berbincang serius dengan tuan David Clarke di taman ia sudah mengirimkan pesan pada Alice.     

Tanpa berganti pakaian Erick lalu membanting tubuhnya diatas ranjang dan mulai bercerita, Alice yang sebelumnya duduk didepan meja rias berpindah tempat duduk disamping kekasihnya itu dan mendengarkan semua cerita kekasihnya itu dengan serius. Erick menceritakan semua yang ia bahas bersama tuan David Clarke mulai dari pertama ia menemukan Jack yang dalam kondisi tidak sadar sampai akhirnya jack bisa seperti sekarang, hidup dan berperilaku seperti Alan Knight Clarke saudara kembarnya.     

"J-jadi pria bernama Alan itu benar-benar saudara kembar tuan?"tanya Alice terkejut, pasalnya selama ini ia masih memiliki keyakinan kalau pria bernama Alan tidak ada.     

"Mereka dipisahkan sejak kecil Alice, sehingga mereka sama sekali tak mengenal satu sama lain. Bahkan ketika tuan muda Alan meninggal tuan Jack saja tidak tahu, aku menjadi kasihan pada Tuan David Clarke sekarang. Dalam usianya yang tak muda ia masih harus berusaha melindungi cucu semata wayangnya dan mencari pembunuh cucunya yang sebenarnya, kini aku mengerti kenapa Nyonya Anne bersikeras untuk tetap tinggal di Luksemburg dan melakukan semua ini,"jawab Erick lirih, ia mengingat kembali apa yang Anne ucapkan sebelumnya kalau ia tetap membiarkan Jack menggunakan identitas dan ingatan sebagai Alan sampai pembunuh Alan sebenarnya tertangkap.     

Alice menautkan kedua tangannya dan membawanya kedepan bibir, membentuk pose berdoa sambil memejamkan kedua matanya. "Bantu kami Tuhan, tolong kami. Jangan biarkan air mata datang lagi pada kami, biarkan kami bahagia. Terutama untuk kak Anne dan tuan Jack, mereka orang baik Tuhan. Satukanlah cinta mereka, mereka sudah terlalu lama menderita."     

"Amin." Erick langsung menyahut perkatan Alice.     

Alice lalu membuka kedua matanya perlahan dan tersenyum menatap Erick yang kini sudah duduk berhadapan dengannya. "Kita bantu mereka Erick, kerahkan semua orang yang kau punya untuk mencari siapa pembunuh Tuan Alan yang sebenarnya. Sehingga Tuan Jack bisa kembali menjadi dirinya sendiri dan supaya Tuan Alan juga tenang diatas sana, aku yakin arwahnya pasti masih belum beristirahat dengan damai selama pembunuhnya belum tertangkap."     

"Iya sayang, kau tenang saja. Aku juga sudah membicarakan hal ini pada Tuan David Clarke tadi, beliau pun dengan senang hati jika orang-orang terbaik Tuan Jack turun tangan. Sekarang yang perlu kita lakukan adalah menghubungi orang-orang kita agar datang ke Luksemburg, semakin cepat mereka datang maka semakin cepat pula kita menyusun rencana,"ucap Erick sambil tersenyum, ia senang sekali karena Alice selalu mendukung semua hal yang ingin ia lakukan.     

Alice tiba-tiba bangun dari ranjang dan berkacak pinggang di depan Erick. "Baik, aku akan menghubungi orang-orang itu sekarang dan kau lebih baik mandi. Segarkan tubuhmu, aku yakin kau pasti lelah."     

"Kau yakin mau menghubungi mereka?"tanya Erick tak percaya.     

"Iya kenapa memangnya? Mereka tak mungkin berani menolakku,"jawab Alice penuh percaya diri.     

Erick terseyum, ia kemudian meraih kedua tangan Alice dan menciumnya dengan penuh kasih. "Terima kasih Alice, terima kasih atas semua yang kau lakukan selama dua tahun ini disampingku. Aku tak tahu apa yang akan terjadi jika kau tak mendampingiku."     

"Itulah gunanya pasangan Erick, aku akan tetap memberikan yang terbaik membantumu. Ya sudah sana cepat pergi kekamar mandi, aku juga kan menghubungi orang-orang tuan Jack di Swiss."     

Erick kembali tersenyum, ia benar-benar merasa sangat terbantu oleh Alice yang siap melakukan apapun untuknya. Termasuk melakuan pekerjaan-pekerjaan yang sebenarnya diluar tugasnya sebagai seorang sekertaris ceo, ketika Erick masuk kamar mandi Alice pun kembali sibuk dengan laptopnya untuk menghubungi sekitar 10 orang kepercayaan Jack yang siap melakukan apapun.     

London, Inggris     

Setelah mengutarakan niatnya pada Leon untuk melakukan program surogasi Stefi menjadi mudah marah karena niatnya itu ditolak mentah-mentah oleh Leon, Leon justru memilih untuk menikahi wanita lain jika memang ingin punya anak.     

"Daripada aku harus melakukan program seperti itu lebih baik aku hamili saja wanita itu secara langsung tanpa harus repot-repot, aku juga dapat keuntungan karena bisa bercinta dengannya sekaligus punya anak darinya tanpa harus melalui prosedur merepotkan di dokter."     

Prank     

Stefi melempar piring-piring yang ada dihadapannya, mengingat kembali kata-kata yang Leon ucapkan sebelumnya membuat nafsu makan Stefi hilang.     

"Kau tak bisa hamil dengan wanita lain Leon, kalaupun kau punya anak maka anak itu haruslah anakku. Baik itu terlahir dari rahimku atau dari rahim wanita yang aku bayar, suka atau tak suka kau harus mau melakukan prosedur ibu pengganti itu Leon...harus...hanya aku yang boleh menjadi ibu dari anakmu Leon...hanya akuu..."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.