I'LL Teach You Marianne

Honeymoon 2



Honeymoon 2

0Satu kesalahan Anne adalah tidak mengunci pintu kamarnya ketika ia masuk beberapa saat yang lalu, sehingga Alan bisa ikut masuk.      

"Suka atau tidak suka kau harus ikut pergi denganku Anne, karena itu adalah tugasmu sebagai istriku. Satu hal lagi yang harus kau ingat adalah kita sudah resmi menjadi suami-istri dan pergi berbulan madu adalah sebuah keharusan untuk semua pasangan suami istri yang baru menikah, jadi kau tak bisa menghindarinya apalagi menolaknya,"ucap Alan datar pada Anne yang tengah tengkurap, menyembunyikan wajahnya di bantal.     

Mendengar perkataan Alan membuat Anne mengangkat wajahnya dan menatap alam yang sedang berdiri di sampingnya sambil berkacak pinggang.      

"Dasar monster jahat, memangnya kau ini siapa? Seenaknya memaksaku sesuka hatimu seperti itu!!"jerit Anne penuh emosi.     

Alan sempat terkejut saat disebut monster oleh wanita yang sudah resmi menjadi istrinya itu, akan tetapi ia tidak marah sama sekali dan justru semakin terpancing untuk menggoda istrinya.     

"Aku? Aku monster jahat yang sudah jadi suamimu, apa kau lupa sayang?"tanya Alan tanpa rasa bersalah.     

Wajah Anne yang sudah merah karena marah semakin memerah mendengar perkataan Alan. "Siapa sayangmu? Aku bukan sayangmu!!"     

"Tentu saja kau sayangku, memangnya siapa lagi," jawab Alan tanpa rasa bersalah.     

Amarah Anne semakin besar, ia benar-benar sangat kesal melihat Alan seperti itu. Baru kali ini Anne bertemu dengan pria tak tahu malu seperti Alan, karena sudah tak bisa menahan diri lagi Anne lalu meraih bantal yang ada di sampingnya dan langsung melemparkannya ke arah Alan. Berharap bantal itu akan mengenai wajah Alan, akan tetapi harapan yang Anne inginkan tak terjadi. Pasalnya Alan dengan mudah menangkap bantal yang terbang itu dengan satu tangan, melihat hal itu Anne berniat melempar bantal yang lain lagi ke arah Alan. Tapi gerakan Alan lebih cepat, pria itu berhasil naik ke ranjang dan langsung menindih Anne. Bahkan bukan itu saja, ia juga berhasil mengunci kedua tangan Anne di atas kepalanya dan membuat Anne tak bisa bergerak.      

"Lepaskan aku...jangan gila kau Alan.."     

"Tenang sayang, aku bukanlah seorang pria yang suka bermain cepat. Jadi aku tak akan menyentuhmu kali ini, kau tak usah takut. Lebih baik kau simpan tenagamu itu untuk nanti disaat kita sudah tiba di Norwegia, aku ingin mendengar suara desah dan erangan darimu yang keras. Tidak seperti seperti malam itu saat aku…"     

"Kau gila!!!!"jerit Anne penuh emosi, kedua matanya memerah menunjukkan betapa besar kemarahannya saat ini. "Aku membencimu Alan, sangat membencimu!!"     

"Silahkan aku tak melarangmu membenciku, akan tetapi kau harus ingat satu hal sayang aku Alan Knight Clarke tak akan mungkin membiarkanmu pergi dari cengkeraman tanganku. Jadi nikmatilah hidupmu menjadi wanitaku selama-lamanya." Alan menjawab umpatan yang diberikan oleh Anne dengan tenang.      

"Lebih baik aku mati daripada aku harus...aarrgghh…     

Anne tak dapat menyelesaikan perkataannya karena tiba-tiba Alan langsung mencekik lehernya dengan kuat. "Kau tak akan bisa mati Anne, hidupmu adalah milikku. Hidup matimu untukku, jadi jangan pernah berpikir kau bisa mati dengan mudah. Karena aku akan datang ke alam kematian dan menjemputmu dari sana kalau kau coba-coba pergi meninggalkan aku, camkan itu baik-baik."     

Air mata Anne menetes perlahan membasahi pipinya mendengar ancaman yang Alan berikan, rasa sakit di tenggorokannya karena cengkraman tangan Alan yang kuat sudah tak dirasakan lagi.      

"Lebih baik kau patuh padaku atau kau akan menyesal, sekarang bersikap manislah. Lampiaskan kemarahanmu padaku nanti saat kita bercinta di Norwegia, percayalah aku lebih menyukai wanita yang mendesah dan menjerit keenakan saat aku memasukinya. Tidak seperti malam itu, ketika kau hanya menangis saja. Belajarlah memuaskan aku Anne, ingat itu baik-baik."      

Setelah berkata seperti itu Alan pun melepaskan tangannya dari leher Anne dan bergegas bangun dari ranjang, berada sedekat itu dengan Anne membuat celananya sesak. Tanpa rasa bersalah Alan kemudian keluar dari kamar meninggalkan Anne yang kembali menangis sambil memeluk bantal, tak lama setelah Alan keluar para pelayan masuk. Mereka ditugaskan untuk merapikan pakaian-pakaian milik Alan dan Anne yang akan dibawa ke Norwegia untuk berbulan madu selama satu minggu, meskipun para pelayan itu mendengar isak tangis dari Anne diatas ranjang namun mereka tak bisa berbuat apa-apa. Mereka terlalu takut untuk ikut campur, urusan rumah tangga tuan mudanya yang sangat pemarah itu.      

Anne menangis dalam tumpukan bantal, akan tetapi karena suaranya terlalu keras alhasil suaranya masih terdengar oleh para pelayan yang ada dikamar itu. Anne sangat hancur mendengar kalimat-kalimat yang Alan baru saja ucapkan, harapannya untuk bisa lepas dari Alan kini hanya tinggal mimpi saja.      

"Jack...kau dimana, setega itu kah kau melihatku seperti ini Jack. Kenapa kau tak muncul Jack, aku membutuhkanmu,"ucap Anne lirih diantara tangisannya yang membuat siapapun tersayat hatinya.      

Para pelayan yang sudah selesai memindahkan pakaian-pakaian milik tuan muda mereka dan istrinya pun bergegas keluar dari kamar, mereka tak mau berlama-lama satu ruangan dengan Anne. Mendengar suara tangisan Anne tanpa bisa membantu apa-apa membuat para pelayan wanita itu bingung, karena itulah mereka memilih untuk pergi.     

Nicholas yang berjaga didepan kamar tersenyum melihat para pelayan selesai dengan tugasnya, tanpa permisi Nicholas pun masuk ke dalam kamar tuan mudanya untuk mengambil dua koper berisi pakaian yang sudah selesai dirapikan para pelayan.      

"Lebih baik anda jangan terus menangis Nyonya, menangis tak akan menyelesaikan masalah. Disamping itu tuan muda sangat tak menyukai suara tangisan, jadi lebih baik sekali anda mempersiapkan diri setelah itu kita berangkat ke bandara karena pesawat jet milik keluarga Clarke sudah siap mengantar kita ke Norwegia. Jangan lupa Nyonya anda saat ini sudah resmi menjadi istri Tuan muda, anda tak bisa menolak ajakannya karena itu adalah kewajiban anda melayani Tuan sebagai istri yang sah dimata hukum dan agama"ucap Nicholas pelan saat akan melangkahkan kakinya keluar dari kamar sang tuan.     

Setelah berkata seperti itu Nicholas kemudian keluar dari kamar sang tuan dengan membawa dua koper besar yang berwarna senada itu, Nicholas yang sangat mengenal Alan tahu persis kalau tuan mudanya itu sedang marah kepada istrinya yang keras kepala itu. Karena itulah ia sengaja berbicara seperti tadi agar membuat istri tuan mudanya itu menyadari posisinya sekarang yang sudah resmi menjadi nyonya Clarke.      

Dengan hati hancur Anne pun bangun dari tempat tidur, ia menatap pintu kamarnya yang tertutup rapat. Seperti manusia yang tak memiliki gairah untuk hidup Anne melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, meskipun ia tak mau pergi ke Norwegia akan tetapi ia tak punya pilihan lain. Kalimat demi kalimat yang Alan ucapkan beberapa saat yang lalu terus terngiang-ngiang dalam otaknya, saat Anne berdiri didepan kaca besar yang ada di kamar mandi ia menatap tubuhnya yang sudah telanjang. Tulang selangkanya tampak lebih dalam, menunjukkan kalau ia sudah kehilangan banyak berat badan. Meski demikian kecantikannya tak menghilang sedikitpun, Anne masih terlalu indah untuk memikat siapapun terutama Alan.      

Tanda merah keunguan yang tercipta di sekitar lehernya membuat Anne kembali meneteskan air mata, hasil perbuatan tangan Alan begitu membekas di tubuhnya. Karena memang tipisnya kulit Anne sehingga sedikit saja tekanan yang ia terima akan menimbulkan bekas memar yang memilukan.     

"Seandainya waktu itu aku tak merubah penampilan mungkin semua ini tak akan terjadi,"ucap Anne dalam hati menyesali keputusannya bertahun-tahun lalu untuk memperbaiki penampilannya pasca dicampakkan Leon begitu saja.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.