I'LL Teach You Marianne

My shield



My shield

0Jack membawa Anne kekamarnya di Marks @ The Manor. Kamar super luas dan nyaman itu terasa semakin hangat dengan keberadaan Anne saat ini.     

"Kenapa kau membawaku ke kamarmu?" Anne berusaha tenang, meskipun sebenarnya ia sangat panik saat ini.     

Jack meletakkan jas yang ia gunakan untuk menutupi tubuh yang sebelumnya ke atas sofa, ia kemudian menoleh ke arah Anne yang masih berdiri di tempatnya sebelumnya menurunkan dari gendongannya.     

"Lalu menurutmu kemana aku harus membawamu pulang semalam ini?"     

"Rumahku Jack,"pekik Anne keras. "Aku punya rumah yang nyaman."     

Jack melipat kedua tangannya di dada. "Kau ingin pulang ke rumah itu seorang diri, di saat Paul dan Linda beserta anak kita sedang menginap di hotel ini begitu maksudmu?"     

"Me-mereka menginap di hotel ini juga? Kenapa?"tanya Anne tergagap.     

"Tentu saja karena kau juga menginap di hotel ini, apalagi memang alasannya?"     

"Jack...ayolah, jangan bergurau."     

Jack menatap Anne dengan hangat, sebagai laki-laki normal yang tak pernah berhubungan sex selama hampir 3 tahun Jack sangatlah tersiksa saat ini. Apalagi di depannya ada wanita yang sangat ia inginkan, wanita yang sangat ia rindukan, wanita yang membuatnya gila selama 3 tahun terakhir ini. Setelah menarik nafas panjang Jack berjalan mendekati Anne, Anne yang merasa terancam secara reflek memundurkan langkahnya ke belakang sehingga tubuhnya tertahan dinding.     

"Kita masih suami istri, Anne. Kau harus tahu itu,"ucap Jack lirih, kedua matanya berkilat bak seekor singa kelaparan.     

"Jack, please,"erang Anne kesal.     

Jack tersenyum. "Aku belum melakukan apa-apa, Anne. Jangan mengeluarkan suara seksimu seperti ini." Tangan kiri Jack meraih pinggang Anne sehingga membuat tubuh mereka semakin dekat saat ini.     

Sebagai wanita dewasa yang sudah menikah dan lama sekali tak merasakan sentuhan laki-laki tubuh Anne langsung bereaksi, secara reflek Anne membuka kedua pahanya membiarkan salah satu kaki Jack masuk diantara keduanya.     

"I miss you, Anne. So badly,"ucap Jack serak saat berbicara di telinga Anne, tubuh Anne semakin bereaksi tatkala hawa panas dari nafas Jack menyentuh kulitnya.     

Anne memejamkan kedua matanya, ia merasa ada yang salah dengan dirinya. Setelah berjuang sekuat tenaga akhirnya kewarasan Anne kembali, dengan sekuat tenaga Anne mendorong Jack menjauh darinya. Beruntung Jack sedang tak fokus dengan pertahanan dirinya, sehingga dengan mudah Anne berhasil meloloskan diri dari pelukannya.     

"Jaga dirimu Jack, jangan lampaui batasanmu." Anne terengah-engah saat bicara, ia masih belum sepenuhnya berhasil menetralisir perasaannya.     

Jack yang sudah sangat berhasrat pada Anne, menatap nanar wanitanya itu tanpa berkedip.     

"Lebih baik kita bicara dengan duduk dan menjaga jarak, itu akan lebih baik,"ucap Anne kembali sambil tersenyum, setelah itu ia berjalan dengan cepat menuju sofa yang berada tak jauh darinya. Kamar VIP di hotel itu benar-benar luar biasa.     

Rahang Jack mengeras, ia hampir meledak. Namun Jack sadar kalau saat ini ia tak bisa memaksakan dirinya pada Anne, Jack tau posisinya sekarang di hati Anne. Karena itu ia harus berhati-hati, karena jika tidak maka ia akan benar-benar kehilangan Anne.     

Dengan menahan sakit pada area sensitifnya Jack berjalan menuju sofa tempat Anne duduk, awalnya Jack ingin duduk di sofa yang sama dengan Anne. Akan tetapi Anne dengan tegas menunjuk sebuah sofa berwarna hitam yang ada di hadapannya, Anne mempersilahkan Jack duduk di sofa yang berbeda dengannya. Saat ini Anne dan Jack duduk saling berhadapan, di tempat duduknya masing-masing. Sofa itu terlalu nyaman sehingga membuat Jack semakin tak sabar ingin membawa Anne ke ranjang.     

"Ok, lanjutkan pembicaraan sebelumnya." Anne membuka percakapan.     

"Pembicaraan apa lagi?"geram Jack menahan sakit yang menyiksanya.     

"Selma..akh maksudnya Shopia Higgins, bagaimana kau tahu kalau dia yang mengedit foto-foto itu,"jawab Anne dengan cepat, rasa penasarannya tinggi sekali saat ini.     

Jack membuka lebar kedua kakinya, memberikan akses yang lebih luas pada juniornya yang sudah membesar.     

"Luis yang pertama kali menemukan kalau foto-foto itu palsu, Luis bahkan juga berhasil menemukan asal dari foto-foto itu."     

"Asal dari foto-foto itu?"     

Jack terdiam beberapa saat, ia kemudian memutuskan menceritakan semuanya pada Anne. Mulai dari bagaimana Luis mengatakan padanya perihal keaslian foto-foto itu, selama Jack berbicara Anne diam. Ia mendengarkan semua perkataan Jack dengan detail, bahkan Anne tak merubah posisi duduknya sama sekali ketika Jack berbicara selama hampir 20 menit.     

"Sudah dapat dipastikan Shopia tidak mengenal Leon, dia bahkan juga tak tahu kalau Leon adalah orang bodoh yang sudah mengkhianatimu. Shopia benar-benar random mengambil foto kalian, kebetulan saat itu kau sedang bersama Leon makanya Shopia langsung memanfaatkan foto itu untuk mengedit foto-foto vulgar itu. Tapi kau tenang saja, saat ini wanita itu sudah hancur. Aku yakin dia tak memiliki wajah lagi untuk ditunjukkan padaku atau semua orang, karena aku memiliki kartu as yang akan membuatnya hancur berkeping-keping ketika melawan ku,"ucap Jack penuh kebanggaan saat menyudahi ceritanya.     

"Kartu as, kartu as apa?"tanya Anne penasaran.     

Jack melepaskannya dasi yang mengikat lehernya dan langsung ia lingkarkan pada tangannya. "Kalau kita terus membahas orang lain,lalu kapan kita akan membahas soal KITA berdua Anne?"     

Anne menelan ludahnya dengan cepat. "Membahas soal kita, apalagi yang harus dibahas memangnya?"     

"Anne,"geram Jack dingin.     

"Oh tentang rumah? Ok aku mau pulang sekarang, jadi bagaimana siapa yang akan mengantarku pulang?"tanya Anne tanpa rasa bersalah, ia langsung berdiri dan sedikit menurunkan gaun off shoulder yang ia pakai dengan maksud untuk menutupi bagian pahanya. Akan tetapi lagi-lagi Anne salah perhitungan pasalnya bagian dadanya kini semakin terlihat dari sebelumnya, belahan dadanya terlihat jelas dan hal itu membuat Jack yang sudah panas semakin terbakar.     

Damn.     

Jack tak bisa menahan dirinya lebih lama, tanpa aba-aba Jack langsung bangun dan menghampiri Anne. Dengan mudah Jack meletakkan Anne di atas pundaknya dan langsung membawanya ke ranjang yang sejak tadi menggodanya, minta untuk segera digunakan. Jack yang melempar tubuh Anne ke atas kasur empuk yang terbuat dari bulu angsa itu.     

"Jack…"     

"Aku sudah terlalu lama tersiksa Anne, please jangan tambah lagi siksaan ini,"ucap Jack serak memotong perkataan Anne sambil melepaskan kemejanya secara serampangan sehingga kancing-kancingnya terlepas begitu saja ke lantai.     

Darah Anne berdesir saat melihat kembali deretan otot dada dan otot perut Jack yang menggairahkan, akan tetapi semua kekagumannya itu tiba-tiba hilang saat Anne melihat ada ukiran di tubuh Jack.     

"Sejak kapan kau memasang tato?"     

Alih-alih menjawab pertanyaan Anne, Jack justru tetap melepaskan celana panjang yang ia gunakan. Sehingga tak lama kemudian Anne bisa melihat tulisan dari tato yang menghiasi perut bawah Jack, meskipun Jack masih belum membuka celana dalamnya namun Anne sudah bisa membaca tulisan namanya pada tubuh Jack.     

"Kenapa kau melukai tubuhmu Jack?"tanya Anne lirih, ia merasa bersalah ada namanya terukir di tubuh Jack.     

Jack naik ke atas ranjang, merangkak, mendekati Anne.     

"Aku melakukan itu untuk melindungi diriku sendiri, Anne,"jawab Jack lirih sambil mendaratkan kecupan di ceruk leher Anne, satu tangannya meremas salah satu dada Anne dengan lembut.     

"Jackkk…."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.