I'LL Teach You Marianne

Quality time



Quality time

0Codona's Amusement Park     

Setelah puas naik bianglala Christian merengek naik komedi putar, Jack pun dengan sabar menuruti kemauan putranya. Senyumnya tersungging lebar saat bermain dengan Christian, tak ada raut kelelahan sama sekali di wajahnya padahal mereka sudah bersenang-senang di taman bermain itu selama hampir 2 jam naik turun ke berbagai wahana yang aman untuk anak usia 2 tahun.     

"Daddy, aku ingin punya mobil sendiri seperti ini. Apakah bisa?"tanya Christian polos.     

Jack terkekeh. "Apapun yang kau inginkan, Daddy akan memberikannya boy."     

"Really?"     

"Yes."     

"Bahkan jika aku minta pesawat, apa Daddy akan mengabulkannya?"     

Jack mencium pucuk kepala putranya yang sejak tadi tersenyum lebar itu. "Jangankan satu pesawat, tiga pesawat saja bisa langsung Daddy belikan untukmu sayang."     

"Yeeeee...i love you Daddy, You are the best!!"     

Jack terkekeh melihat tingkah Christian, dengan gemas ia pun kembali mengambil video Christian melalui ponselnya. Padahal saat ini sudah ada dua bodyguard yang memegang kamera, mengabadikan momen kebersamaan mereka kali ini. Namun tetap saja hal itu belum memuaskan Jack, ia masih mengambil foto dan video Christian sendiri menggunakan ponselnya.     

Dari pinggiran area komedi putar itu Linda dan Paul terus melambaikan tangannya kepada Christian, yang juga melambaikan tangan kepada mereka sambil tertawa riang di pesawat kecil yang sedang ia duduki. Christian benar-benar senang, tenaganya tak habis-habis. Padahal biasanya ketika diajak bermain sebentar saja anak itu sudah kelelahan, namun kali ini hal itu tak terjadi. Bermain bersama ayah kandungnya membuat Christian seolah memiliki energi baru yang yang tak ada batasnya dan hal itu juga disadari oleh Linda dan Paul yang biasanya selalu mengajak Christian bermain.     

"Christian sangat bahagia, tawanya lepas sekali."     

"Iya, seharusnya hal ini sudah ia rasakan sejak dulu." Paul langsung menyahut perkataan istrinya tanpa sadar.     

Linda terdiam. "Tapi apa menurutmu cara ini tak terlalu kejam untuk Anne? Apa Anne tak akan marah pada kita karena kita saat ini ada di sisi Jack?"     

Paul menghela nafas panjang, ia kemudian meraih tangan Linda dan mencengkeramnya dengan erat. "Kau juga tahu bukan kalau sebenarnya Anne masih mencintai suaminya, anggap saja apa yang kita lakukan ini adalah bantuan kecil agar mereka kembali bersama."     

"Tapi Paul…"     

"Percayalah, mereka pasti akan bahagia. Seperti kita Linda, kebahagiaan yang kita nantikan sebentar lagi akan menjadi nyata."     

Linda menatap Paul dengan mata berkaca-kaca, disinggung soal kebahagiaan yang selama ini ia nantikan membuat Linda luluh. Kedatangan Jack bukan hanya memberikan kebahagiaan kepada Christian saja, akan tetapi juga memberikan harapan baru kepada mereka berdua. Linda bergegas menghapus air matanya ketika melihat Christian berlari menghampirinya, rupanya anak itu sudah puas bermain komedi putar dan mengeluh lapar karena itu Jack langsung memerintahkan petugas menghentikan komedi putarnya.     

"Sudah selesai? Christian mau main apa lagi?"tanya Linda lembut.     

Christian menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku lapar Mama."     

"Oh anak tampanku lapar."     

Christian mengangguk dengan cepat dan membuat Linda terkekeh.     

"Baiklah, kalau begitu ayo kita pergi makan. Sepertinya makanan untuk Christian sudah selesai disiapkan,"ucap Linda kembali sambil tersenyum.     

"Benarkah? Ya sudah ayo Mama kita kesana, aku lapar...aku lapar…" Christian melompat-lompat di hadapan Linda seperti biasanya ketika ia meminta sesuatu.     

Linda yang sudah hafal dengan sikap Christian pun langsung meraih tubuh anak itu dan menggendongnya dengan erat untuk dibawa ke restoran tempat dimana mereka akan makan. Paul tersenyum ketika melihat tingkah Christian yang menggemaskan.     

"Kau akan segera memiliki Christian mu sendiri setelah ini, Paul,"ucap Jack tiba-tiba saat sudah berdiri dibelakang Paul.     

Paul menoleh dan tersenyum ke arah Jack. "Terima kasih atas bantuannya, Tuan. Saya tak tahu harus membalas dengan cara apa."     

Jack terkekeh. "Jangan berterima kasih padaku sekarang karena belum waktunya, lagipula yang aku lakukan itu adalah hal kecil. Anggap saja ini adalah sebuah ucapan terima kasih ku karena kalian sudah merawat anak dan istriku selama 3 tahun terakhir ini, aku tak tahu apa yang akan terjadi pada mereka jika kalian tidak ada kalian berdua saat itu. Membayangkannya saja aku tak mampu dan jujur saja sampai saat ini aku masih mengutuk kebodohan yang aku buat 3 tahun yang lalu, seandainya saat itu aku bisa menguasai emosi dan sedikit lebih sabar mungkin hal semacam ini tidak akan terjadi. Mungkin saja aku bisa memeluk Christian sejak hari pertama ia dilahirkan dan mungkin juga kami tidak akan kehilangan saudara kembar Christian."     

Paul menepuk pundak Jack dengan perlahan. "Semua itu sudah berlalu Tuan, jadi jangan disesali lagi. Aku yakin Tuhan memberikan kalian ujian semacam itu karena yakin kalian berdua mampu melewatinya, jadi jangan menyesali semua yang sudah terjadi."     

"Kau benar Paul, Tuhan waktu itu sudah menguji kesabaran dan kesetiaan Anne padaku dan tiga tahun ini adalah giliranku. Walau sebenarnya ujian yang diberikan oleh Tuhan kepadaku jauh lebih berat daripada yang aku bayangkan, kehilangan momen berharga bersama Christian adalah pukulan besar untukku setelah kehilangan Anne." Suara Jack terdengar sedikit bergetar saat bicara, terlihat jelas kesedihan yang mendalam darinya ketika membahas anak dan istrinya.     

"Sudahlah Tuan, jangan diingat-ingat lagi. Sekarang adalah waktu anda untuk menikmati kebahagiaan bersama Christian, aku yakin Anne pasti akan kembali pada anda. Anne masih sangat mencintai anda, Tuan. Yang anda lakukan hanya perlu mendapatkan kepercayaannya kembali saja Tuan."     

Jack tersenyum. "Iya kau benar, aku hanya perlu membuktikan pada Anne betapa besar rasa cintaku padanya. Terima kasih Paul, aku berhutang banyak padamu."     

"Jangan bicara seperti itu, Tuan. Itu bukan apa-apa,"jawab Paul dengan cepat, ia merasa tak enak mendengar perkataan Jack.     

"Ya sudah ayo kita makan, lihatlah Christian sudah berteriak-teriak sejak tadi. Aku harus mengambil video menggemaskannya untuk aku kirimkan pada ibunya." Jack bicara dengan penuh semangat merespon perkataan Jack, lambaian tangan dan panggilan Christian membuatnya langsung menyudahi percakapan seriusnya dengan Paul.     

Paul tersenyum saat melihat Jack berjalan dengan cepat menuju tempat Christian berada, anak itu sama seperti Anne. Ia selalu bersemangat ketika melihat makanan enak. Sesampainya di tempat makan Jack sibuk mengambil video Christian yang makan dengan sangat lahap, anak itu benar-benar tahu cara menikmati makanan lezat.     

"Pelan-pelan sayang, Daddy tak akan merebutnya,"ucap Jack lembut sambil menyeka sisa saus di pipi Christian.     

"Aku suka pizza ini Daddy, enak."     

Jack tersenyum, ia kembali mengingat malam dimana Anne tiba-tiba meminta pizza. Saat itu Jack tak tahu kalau waktu itu sudah ada dua nyawa yang tumbuh dalam perut Anne, kedua matanya tiba-tiba panas saat mengingat kejadian itu. Hanya itulah satu-satunya keinginan Anne yang berhasil ia penuhi.     

Dengan menahan air mata Jack mengirimkan video Christian yang sedang menikmati pizza pada Anne, ia juga menuliskan beberapa patah kata di bawah video yang ia kirimkan itu. Jack berharap Anne akan segera memaafkannya supaya mereka bisa menghabiskan banyak waktu bertiga.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.