I'LL Teach You Marianne

Forgive us



Forgive us

0Anne terbangun setelah tidur selama hampir empat jam, menangis benar-benar menghabiskan energinya.     

"Sepertinya aku sudah tidur terlalu lama dan ini salah Jack brengsek yang menyebalkan itu, enak saja dia datang tiba-tiba lalu mengatakan ingin membawa Christian. Setelah mengusirku dan membuatku hidup dalam kesulitan kini dia mau mengambil anak yang aku besarkan dengan susah payah, dasar laki-laki tak punya hati." Anne menggerutu, ia mengingat semua yang terjadi siang tadi sebelum akhirnya ia menangis sampai tertidur.     

Anne turun dari ranjang dan duduk didepan meja riasnya, kedua matanya bengkak karena menangis dan itu semua salah Jack. Setelah tiga tahun tak pernah menangis baru kali ini Anne kembali menangis dengan histeris. Saat ini Anne bukanlah seorang wanita yang takut dikhianati suaminya, sekarang ia adalah seorang ibu yang takut dipisahkan dengan anak yang ia perjuangkan dengan nyawa. Karena itu saat Jack mengatakan ingin membawa pergi Christian, Anne langsung bereaksi. Hidup tanpa Christian adalah kematian untuknya, karena itu Anne berusaha sekuat tenaga mempertahankan hidupnya yang lain agar tak direnggut paksa darinya lagi.     

Setelah memastikan kedua matanya tak terlihat bengkak lagi, Anne turun ke lantai satu. Perutnya lapar, tadi pagi ia tak sempat makan karena dikacaukan oleh Jack.     

"Sepi sekali, kemana mereka semua,"gumam Anne lirih saat menyadari tak ada kehidupan di lantai satu, Anne tak menemukan keberadaan Linda, Paul dan Christian.     

Seketika tubuh Anne bereaksi, dengan cepat Anne meraih ponsel yang ada dalam saku bajunya untuk menghubungi Linda.     

"Come on Linda, angkat Linda….hiks...kau dimana? Christian, dimana anakku. Oh Linda…."     

Satu kali, dua kali, lima kali Anne menghubungi Linda tapi tak kunjung tersambung. Anne pun semakin panik!     

Setelah menarik nafas panjang Anne akhirnya memutuskan untuk menghubungi Paul, namun hasilnya sama. Empat kali ia menghubunginya dan tak ada satupun yang direspon, sungguh Anne semakin panik. Apalagi di rumah tak ada tanda-tanda keberadaan Christian, bahkan God botol susu favoritnya juga lenyap dari tempatnya. Anne yakin sekali Christian telah dibawa pergi, dengan air mata berurai Anne naik ke kamarnya kembali. Ia berniat mengambil tas dan dompet sebelum pergi, tak lama kemudian Anne sudah kembali ke lantai satu dan terkejut saat melihat banyak pria asing di rumahnya.     

"S-siapa kalian?"     

"Selamat siang Nyonya Clarke." Sepuluh orang itu menyapa Anne dengan kompak.     

"Siapa itu nyonya Clarke, namaku Anne. Aku tak ada hubungannya dengan nyonya Clarke yang kalian sebut itu, jadi sekarang lebih baik kalian pergi sebelum aku melapor polisi karena kalian sudah masuk ke dalam rumah orang lain tanpa izin seperti ini,"sahut Anne dengan keras mengusir tamu tak diundang itu.     

"Maaf Nyonya, tapi kami diperintahkan datang ke tempat ini oleh tuan Clarke untuk membantu anda bersiap,"jawab salah seorang wanita yang membawa tas makeup di tangannya dengan cepat.     

Anne mengangkat satu alisnya. "Membantuku bersiap? Apa maksudnya aku tak mengerti, lagipula aku tak akan pergi kemana-mana jadi untuk apa aku harus bersiap."     

"Kalau anda tak mau pergi mana mungkin anda membawa tas seperti itu, Nyonya." Tiba-tiba Erick datang dan ikut menyela pembicaraan mereka.     

Anne langsung menoleh, menatap Erick tanpa berkedip. "Apa maksudnya ini semua, Erick?"     

Erick tersenyum. "Anda akan tahu jika anda mau bekerja sama, Nyonya."     

"Jangan basa basi Erick, aku ingin bicara langsung ke inti. Katakan, ada apa ini dan dimana anakku?"     

Alih-alih menjawab pertanyaan Anne, Erick justru mengeluarkan ponselnya dan menunjukkannya ke arah Anne. Awalnya Anne tidak tertarik, namun saat mendengar suara tawa yang tak asing Anne langsung menoleh seketika ke arah ponsel yang dipegang Erick.     

"Christian, kalian bawa kemana anakku!!"jerit Anne mulai panik.     

Erick menurunkan ponselnya dan menyimpannya kembali kedalam saku bajunya. "Saat ini Tuan muda sedang bersama Tuan di Codona's Amusement Park, Paul dan Linda juga bersama mereka."     

"Codona's Amusement Park."     

"Betul Nyonya, Tuan sudah menyewa seluruh tempat itu untuk digunakan bermain bersama Tuan muda,"jawab Erick kembali sambil tersenyum.     

Anne terdiam, ia tak bisa bicara apa-apa lagi setelah mendengar perkataan Erick yang menjelaskan kalau Jack sudah menyewa sebuah taman bermain agar bisa memuaskan Christian.     

"Tapi kenapa Paul dan Linda…"     

"Mereka diajak oleh Tuan secara langsung agar anda tak merasa khawatir." Erick langsung memotong perkataan Anne dengan cepat.     

"Ini namanya penculikan, aku akan melaporkan hal ini ke…"     

Perkataan Anne terhenti saat ponsel yang ada dalam saku bajunya berdering dengan keras, Anne yang sudah menunggu kabar dari Linda dan Paul langsung meraih ponselnya dan terkejut saat ada nomor tanpa nama menghubunginya.     

"Kami sedang bersenang-senang di Codona's Amusement Park, kau juga harus melakukan hal yang sama Mommy. Sampai bertemu nanti malam." Terdengar suara yang Anne hafal tengah berbicara dengan lantang, suara Jack yang sedang tertawa bahagia. Samar-samar Anne bisa mendengar suara Christian dibelakangnya.     

Belum sempat Anne menjawab perkataan Jack tiba-tiba sambungan telepon itu terputus.     

"Erick…"     

"Iya Nyonya, itu Tuan yang baru saja menghubungi anda,"jawab Erick sambil tersenyum.     

"Tapi bagaimana bisa dia...arghh Linda!!!"     

Erick menggeleng. "Tidak Nyonya, ini tak ada hubungannya dengan Linda ataupun Paul. Tuan mendapatkan nomor ponsel anda secara langsung dari akun media sosial toko bunga anda yang mencantumkan nomor pribadi anda."     

Anne langsung menggigit bibir bawahnya dengan kuat, ia merutuki kebohongannya yang tak hilang-hilang. Anne lupa menghapus nomor ponselnya dari akun media sosial toko bunganya.     

"Baiklah Nyonya, sesuai perintah Tuan lebih baik saat ini anda bekerja sama dengan kami. Kami harus membantu anda bersiap,"ucap Erick kembali membuyarkan lamunan Anne.     

Anne menatap Erick dengan tajam. "Sejak tadi kau mengatakan ingin membantuku bersiap, memangnya bersiap kemana? Aku tak mungkin pergi disaat anakku sedang ia culik seperti ini, Erick."     

"Mereka sedang menikmati quality time bersama sebagai ayah dan anak, Nyonya. Jadi ini tak bisa disebut dengan penculikan."     

"Kau benar-benar sama menyebalkannya dengan Tuanmu yang brengsek itu, Erick,"sahut Anne kesal.     

Erick tersenyum. "Maafkan saya Nyonya, saya hanya melakukan perintah."     

Anne mengedarkan pandangannya ke arah sepuluh orang asing yang sejak tadi menatap menjadi penonton setia mereka berdua. Ia kemudian kembali menatap Erick dengan tatapan tak bersahabat.     

"Pergilah Erick, aku ingin beristirahat. Berurusan dengan kalian membuatku lelah,"ucap Anne dingin.     

"Anda bisa beristirahat dengan nyaman sesaat lagi Nyonya, karena itu mari ikut kami,"jawab Erick sambil tersenyum.     

"Aku tak mau pergi kemana-mana Erick...aku tak mau ikut kalian, ini rumahku dan kalianlah yang harus pergi dari sini bukan aku yang ikut kalian!!"     

Erick menghela nafas panjang, ia kemudian memberikan kode pada dua bodyguard wanita untuk melakukan tugasnya. Melihat ada dua wanita datang menghampiri Anne panik, ia berusaha menuju tangga untuk naik ke lantai dua akan tetapi gerakannya kalah cepat dengan kedua bodyguard wanita yang sudah langsung memegangi kedua tangannya itu.     

"Lepas…"     

"Maaf Nyonya, kami hanya melakukan perintah. Jadi mohon kerjasamanya."     

"Erick!!!"     

Erick menggelengkan kepalanya. "Maaf Nyonya, anda tahu saya tak bisa melawan Tuan. Jadi maafkan saya."     

"Akhh...Jack sialan!!!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.