I'LL Teach You Marianne

Belum menyerah



Belum menyerah

0Ditemani Luis yang mendorong keranjang berisi bahan-bahan untuk membuat kasekuchen Anne berjalan penuh semangat mengelilingi sebuah swalayan, berada di keramaian membuat rasa mual dan pusing yang sejak pagi mengganggunya langsung hilang.     

"Apa ada yang kurang lagi nyonya?"tanya Luis pelan pada Anne yang sedang berada di lorong yang menyediakan buah-buahan.     

Anne yang sedang menatap deretan buah-buahan segar di hadapannya tak merespon perkataan Luis, ia terlalu sibuk memikirkan ingin buah apa. Mendadak semua buah-buahan mahal nan segar itu terlihat tak menarik dimatanya.     

"Buah-buahan ini tak fresh lagi Luis, ayo kita ke tempat lain,"ucap Anne pelan sambil melangkahkan kakinya kembali menuju lorong bahan-bahan segar lainnya.     

Luis menaikkan satu alisnya, ia kemudian menatap ke arah deretan buah-buahan segar yang baru saja Anne lihat.     

"Tak fresh lagi? Bagaimana bisa? Buah-buahan ini baru sampai tadi pagi." Luis bicara sendiri sambil terus menatap buah-buahan yang ada dihadapannya.     

"Luis!"     

Panggilan dari Anne membuat Luis segara sadar, ia akhirnya meninggalkan tempat itu dan segera menyusul Anne yang sedang berdiri didepan aquarium yang menyediakan berbagi macam jenis ikan-ikan dan hewan laut lainnya.     

"Ada apa Nyonya?"tanya Luis dengan cepat saat sudah berdiri dibelakang Anne.     

Alih-alih menjawab pertanyaan Luis perlahan Anne mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah kepiting-kepiting yang masih kecil. "Manusia seperti apa yang tega makan baby crab seperti itu, Luis."     

"He?"     

"Itu, bayi kepiting. Mereka belum dewasa dan cukup umur untuk mati, kenapa harus ditangkap. Sedangkan diluar sana pasti kepiting yang lebih besar dari itu masih banyak."     

Luis langsung menoleh ke arah aquarium yang didalamnya terdapat ratusan baby crab hasil budidaya dan siap untuk di olah. "Baby crab ini hasil budidaya Nyonya, jadi sepertinya memang mereka sengaja di jual dalam usia yang masih semuda ini."     

Anne menggigit bibir bawahnya dengan kuat berusaha menahan tangis, ia tak membayangkan bagaimana bisa ada orang yang tega memakan bayi-bayi kepiting seperti itu. Tanpa bicara Anne tiba-tiba pergi dari tempat itu dan kembali meninggalkan Luis dengan keranjang berisi bahan-bahan untuk membuat kasekuchen, melihat sang nyonya kembali pergi Luis hanya menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya. Dengan penuh kesabaran Luis akhirnya berjalan dengan cepat menyusul sang nyonya yang tengah berjalan menuju kasir untuk melakukan pembayaran.     

"Apa tidak ada yang kurang Nyonya?"tanya Luis pelan, mencoba memastikan kembali kepada Anne.     

Anne menggeleng. "Aku rasa cukup, membuat kasekuchen tidak membutuhkan banyak bahan. Dan setelah ini kita makan ya Luis, aku lapar."     

Luis langsung menoleh ke arah Anne dengan cepat. "Tapi tadi bukankah kita sudah makan nyonya?"     

"Hmm tapi aku lapar lagi."     

"Baiklah kalau anda lapar anda bisa makan sendiri saja Nyonya, saya tunggu di mobil. Perut saya masih sangat penuh Nyonya."     

Anne terdiam beberapa saat, ia mencerna ucapan Luis. "Ok, aku makan sendiri. Tapi kau serius tidak lapar?"     

"Serius Nyonya, saya khawatir tak akan bisa mengendarai mobil jika perut saya diisi makanan lagi,"jawab Luis jujur.     

Anne terkekeh. "Baiklah aku tak akan memaksa, ya sudah setelah ini kau kembali ke mobil sendiri ya. Aku akan mencari tempat makan."     

"Siap Nyonya, setelah anda selesai makan anda bisa menghubungi saya."     

Anne menganggukkan kepalanya, setelah selesai melakukan pembayaran Anne pun pergi meninggalkan Luis untuk mencari tempat makan. Seperti yang Luis katakan sebelumnya tadi, bahwa sebenarnya mereka berdua sudah makan sebelum berputar-putar di swalayan selama hampir dua jam. Akan tetapi Anne tidakkah benar-benar makan, ia hanya mengacak-acak makanannya saja tanpa benar-benar memasukkannya kedalam mulut. Karena itu lain masih merasa lapar, Anne hanya mengunyah beberapa potong bacoon yang ada di saladnya saja. Setelah itu ia sibuk dengan ponselnya sembari mendengarkan lagu Beethoven, menemani Luis makan.     

Ketika Anne sedang berjalan sendirian, mencari restoran yang menurutnya lezat tiba-tiba secara tak sengaja Anne menabrak seseorang. Beruntung Anne tak terjatuh, ia berhasil mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Meskipun seluruh wajah Anne langsung pucat saat ini.     

"Kau tidak apa-apa Nona?"     

"Iya, aku tidak.."     

Anne menghentikan perkataannya saat berhasil mengenali sosok pria yang ada dihadapannya, sosok pria yang baru saja ia tabrak.     

"Leon,"desis Anne lirih.     

Leon tersenyum. "Wah, sungguh luar biasa takdir yang dibuat Tuhan. Kemarin kau berusaha mati-matian menghindariku, kini tanpa disangka kau malah menabrakku. Sungguh sebuah pertemuan yang tak terguda."     

"Ini bukan sebuah pertemuan, ini hanya sebuah ketidaksengajaan saja. Lagipula ini di tempat umum, kita tak tahu bukan akan bertemu siapa disini,"jawab Anne ketus, Anne berusaha merapikan pakaiannya karena merasa tak nyaman diperhatikan Leon.     

Leon terkekeh. "Bukankah kau dulu sering mengatakan kalau pernikahan kita adalah sebuah takdir yang harus kita jalani, tapi kenapa sekarang kau mencoba mengingkari takdir yang indah ini Anne?"     

Wajah Anne langsung memerah, mendengar perkataan Leon membuatnya sangat marah. Anne sudah tak tahan menghadapi Leon, tanpa bicara Anne berusaha membalik tubuhnya dan ingin segera meninggalkan tempat itu akan tetapi gerakannya kalah cepat dari Leon yang langsung mencengkram lengannya.     

"Leon!!"     

"5 menit, hanya 5 menit saja Anne. Setelah itu aku tak akan mengganggumu lagi." Leon langsung memotong perkataan Anne.     

Anne menatap tajam ke arah Leon, ia terlihat sangat tidak suka. Karena tak mau menjadi pusat perhatian akhirnya Anne memutuskan menuruti kemauan Leon, setelah mengibaskan tangannya agar terlepas dari cengkraman tangan Leon akhirnya Anne berjalan menuju taman kecil yang ada di depan mall. Anne tak mau bicara di dalam mall, ia tak mau ada orang yang salah persepsi pada mereka. Meski sebenarnya Leon ingin mengajak Anne makan siang, namun karena Anne dengan tegas menolak permintaannya akhirnya Leon pun tak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti kemauan Anne bicara di depan mall.     

"Langsung pada inti."     

"Anne…"     

"Waktu terus berjalan Leon!"     

Leon menarik nafas panjang melihat sikap tak bersahabat dari Anne, sungguh Anne yang saat ini berdiri dihadapannya sangat berbeda dengan Anne yang ia temui beberapa tahun yang lalu.     

"Aku ingin kau kembali padaku Anne,"ucap Leon lantang tanpa rasa bersalah.     

"Kau gila!!"jerit Anne spontan. "Lebih baik kau pergi ke rumah sakit jiwa Leon atau cari psikiater, kau sudah tak waras Leon."     

Bukannya marah mendengar umpatan yang Anne berikan Leon justru tersenyum lebar. "Aku memang sudah gila Anne, aku gila karenamu. Sejak bertemu lagi di Inggris, dikampus dua tahun yang lalu aku sudah jatuh cinta padamu. Dan aku ingin kau kembali padaku, tenang Anne saat ini sudah single. Stefi, wanita rendahan itu sudah aku buang. Aku sudah menceraikannya dan kau hanya tinggal mengajukan gugatan cerai saja pada Jack, jangan khawatir Anne. Kekayaanku seimbang dengan Jack jadi kau tak usah takut kalau…"     

Plak     

Anne yang sudah tak bsia menahan diri lebih lama langsung melayangkan tamparan ke wajah Leon.     

"Kau sakit jiwa Leon, pergilah ke rumah sakit jiwa dan jangan ganggu aku. Aku sudah bahagia dengan Jack,"pekik Anne histeris, Anne langsung menenangkan dirinya saat merasa perutnya sakit. Sepertinya anak dalam kandungannya tak suka ia bicara dengan pria lain selain ayahnya, tanpa bicara lagi Anne pun bergegas pergi dari hadapan Leon. Anne langsung berlari ke arah kerumunan mencoba menghalau pandangan Leon agar tak menemukannya kembali.     

Leon menyentuh pipinya yang terasa panas. "Kita lihat nanti Anne, kau pasti akan menjadi milikku. Cepat atau lambat Jack pasti akan membuangmu."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.