I'LL Teach You Marianne

Sifat jahat yang mendarah daging



Sifat jahat yang mendarah daging

0Setelah selesai makan malam Anne diajak duduk berdua oleh tuan David Clarke di taman, tak ada Luis atau pun Jack. Benar-benar hanya ada tuan David Clarke dan Anne saja ditempat itu.     

"Boleh kakek bertanya Anne?"     

Anne mengangkat wajahnya dan menatap pria tua baik hati dihadapannya. "Tentu saja kek."     

"Sejak tadi siang atau lebih tepatnya setelah kedatangan Leonardo Ganke sikapmu langsung berubah, kau menjadi pendiam dan tak mau bicara dengan siapapun. Bahkan kakek merasa kau seperti sedang menghadiri kakek, apa kau sudah tak menganggap kakek sebagai kakekmu Anne?"     

Air mata Anne langsung menetes mendengar perkataan tuan David Clarke, ia merasa semakin bersalah.     

"Sejak kakek tahu Jack mendekatimu pertama kali kakek sudah mencari informasi tentangmu, kakek tahu kau gadis baik. Apalagi setelah kakek tahu kenyataan bahwa kau dan Jack pernah punya hubungan sebelumnya, karena itu kakek semakin bersemangat menjadikanmu menantu di rumah ini. Jadi jangan merasa seperti orang lain Anne, pria yang tadi siang kakek tak memperdulikannya. Bagi kakek dia hanyalah orang yang tak suka pada kebahagiaanmu dan Jack saja, jadi jangan sedih lagi. Kami keluargamu Anne, jangan takut,"imbuh tuan David Clarke kembali sambil menepuk pundak Anne dengan lembut.     

Perlahan Anne mengangkat wajahnya dan menatap sang kakek, setelah merasa tenang Anne kemudian menceritakan semuanya pada tuan David Clarke sampai awal pertemuannya dengan Jack di Newcastle Upon Tyne tak lama setelah ia bercerai dengan Leon.     

"Chaterine Ganke, aku seperti tidak asing dengan nama itu,"ucap tuan David Clarke pelan merespon perkataan Anne.     

"Dari yang aku tahu nenek Chaterine saat muda adalah seorang pelukis yang cukup terkenal di Jerman, namun setelah mengalami kecelakaan pada saat umurnya 15 tahun akhirnya ia tidak melukis lagi dan meneruskan bisnis keluarganya. Akan tetapi beliau tetap sering datang ke galeri seni untuk melihat lukisan-lukisan yang ada di sana."     

Kedua mata tuan David Clarke membulat sempurna. "Akh aku ingat, betul sekali Chaterine Ganke adalah pelukis yang cukup terkenal di Jerman namun karena ia mengalami kecelakaan yang katanya adalah sebuah sabotase dari orang yang iri padanya akhirnya ia tak bisa melukis lagi. Oh Tuhan dunia ini sempit sekali, ternyata kau mengenal wanita itu."     

Anne menelan ludahnya dengan perlahan. "Kakek kenal nenek Catherine?"     

"Iya, kakek tahu semua lukisannya saya ia masih aktif melukis. Nenekmu lah yang sangat suka pada lukisan Chaterine Ganke, mereka bahkan sering pergi bersama jika nenekmu berkunjung ke Berlin. Maka dari itu kakek tahu siapa Catherine Ganke, oh ya apa kabarnya sekarang Anne. Aku yakin dia pasti saat ini sudah seusia kakek,"jawab tuan David Clarke penuh semangat.     

"Beberapa minggu setelah perceraianku nenek Catherine meninggal, dia meninggal setelah memberikan sejumlah uang padaku untuk bekal hidup pasca berpisah dengan Leon. Nenek Catherine sangat menyayangiku, dia bahkan lebih peduli padaku daripada Leon,"ucap Anne lirih.     

Tuan David Clarke terdiam cukup lama, tak lama kemudian ia pun tersenyum dan meraih tangan Anne dan meremasnya dengan lembut. "Kau pantas disayang Anne, kau anak baik. Ya sudah lah, jangan ingat-ingat Leon lagi. Percayalah suamimu itu sangat pencemburu, Jack akan sangat marah sekali kalau kau mengingat soal Leon."     

"Kakek tak marah setelah tahu masa laluku?"tanya Anne lirih.     

"Kakek sudah pernah melakukan satu kesalahan besar puluhan tahun yang lalu dan sekarang kakek tak mau mengulanginya lagi, kau pantas bahagia Anne dan lagi Jack sangat tergila-gila padamu. Buktinya saat ia tak ingat siapa dirinya ketika menjadi Alan saja dia masih sangat terobsesi padamu, kalau bukan karena kalian memang sudah ditakdirkan apa lagi namanya itu Anne?"     

Air mata Anne kembali mengucur deras dari kedua matanya, Anne terharu. Ia tak menyangka seorang David Clarke yang kaya raya tak memperdulikan statusnya yang pernah menikah, semua tali kekang yang hampir 8 jam terakhir ini menyiksanya langsung hilang. Kedua pundak Anne pun merasa sangat ringan sekarang, ketakutannya benar-benar hilang. Dari kejauhan Jack yang sedang berdiri melihat ke arah Anne dan kakeknya terlihat gelisah, beberapa kali ia berjalan mondar mandir di hadapan Luis dan kedua asistennya. Sementara Alice hanya tersenyum melihat tuannya gelisah, ia bertekad memberitahu Anne soal ini nanti.     

Kegelisahan Jack pun hilang saat melihat Anne berjalan mendekati mereka sambil mendorong kursi roda sang kakek, Luis pun langsung berlari menghampiri Anne.     

"Biar saja Nona."     

Anne tersenyum. "Baik Luis."     

Luis pun langsung mengambil alih kursi roda tuan David Clarke, bersamaan dengan itu Jack pun juga sudah bergabung dengan mereka dan langsung memegang tangan Anne. Kedua matanya menunjukkan kekhawatiran yang besar.     

"Kenapa lama sekali?"protes Jack pada Anne.     

Tuan David Clarke terkekeh. "Aku meminjam Anne hanya 30 menit saja Jack, kenapa kau sudah sepanik ini."     

"Aku tidak panik, hanya takut kalian sakit saja. Berbicara di taman dengan cuaca seperti ini." Jack mencoba menutupi ketakutannya.     

"Sudahlah, semua sudah selesai. Ayo masuk, seperti yang kau bilang udara semakin dingin lebih baik kita di dalam rumah,"ucap tuan David Clarke kembali.     

"Iya kek."     

Luis kemudian mendorong kursi roda sang tuan menuju ke dalam rumah, sementara Anne dan Jack berjalan dengan santai dibelakang Luis. Meskipun semua yang ia takutkan tidak terjadi namun Anne masih tak suka pada Jack, tanpa bicara apa-apa Anne langsung melepaskan tangan Jack yang berada di pinggangnya dan langsung berjalan dengan cepat menyusul Luis meninggalkan Jack yang terlihat bingung.     

"Oh God, apalagi salahku,"guman Jack lirih sambil menatap Anne yang terus berjalan menjauh darinya, setelah menghela nafas panjang Jack pun melanjutkannya langkahnya masuk ke dalam rumah menyusul kakek dan istrinya.     

Berlin, Jerman.     

Prank... prank... prank…     

Semua barang-barang yang ada di ruang tamu rumah mewah Leon hancur berserakan di lantai setelah terkena hantaman stick golf yang diayunkan Leon membabi buta. Ia benar-benar sangat marah besar saat ini, ia benar-benar merasa terhina saat dipaksa angkat kaki dari Luksemburg yang berbatasan langsung dengan Jerman itu.     

"Jackson Patrick Muller biadab, kenapa kau tak mati saja. Sialan, brengsek... beraninya kau menikahi Marianne dan mengusirku dari Luksemburg."     

"Fuck...tunggu pembalasanku Jack, lihat saja. Tak ada kata gagal dalam hidup Leonardo Ganke, apa yang Leon inginkan pasti tercapai. Termasuk memiliki Marianne lagi, dia adalah wanitaku sejak awal. Jadi kau tak bisa memilikinya."     

Prank     

Guci langka yang berasal dari Cina yang merupakan salah satu koleksi mendiang sang nenek hancur berserakan saat terkena pukulan keras dari Leon kembali, Leon tak mempedulikan berapa banyak barang mahal yang sudah hancur di tangannya. Baginya saat ini adalah ingin melampiaskan kekesalannya sampai habis, dari pintu Wayne pun hanya bisa diam melihat sang tuan menghancurkan seisi rumahnya.     

Dari halaman depan suara pecahan guci-guci antik itu bisa terdengar jelas, seorang wanita cantik yang pakaiannya lusuh nampak berdiri dibalik pohon dan terus menatap ke arah rumah Leonardo Ganke. Bibir wanita itu menipis saat mendengar beberapa bodyguard Leon saling berbisik satu sama lain, membicarakan tuannya yang sedang marah.     

"Kalau aku hancur maka kau ikut hancur Leon, tak akan kubiarkan kau bisa hidup bahagia. Aku akan menuntut balas padamu atas semua perlakuanmu ini."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.