I'LL Teach You Marianne

Tak tersentuh



Tak tersentuh

0Setelah kekacauan yang dibuat Leon tak lama kemudian Aaron dan Rose pergi ke bandara, Aaron mendapatkan telepon dari Daniel yang mengabarkan ada hal buruk yang terjadi di kantor. Karena itu ia harus secepatnya ada di London.     

"Sampai London kabari aku, Connery,"ucap Jack kembali saat Aaron akan pergi ke bandara.     

"Aku tahu, kau tenang saja,"jawab Aaron dengan cepat.     

Jack tersenyum dan beralih menatap Rose. "Kau tenang saja nona, calon suamimu ini orang baik. Percayalah, kalau dia macam-macam dan kau butuh bantuan untuk menghajarnya aku siap membantu."     

Rose terkekeh. "Baik Tuan Muller, saya akan ingat pesan anda."     

Aaron menepuk pundak Jack dengan keras. "Aku bukan pria seperti itu, kau tahu dengan baik bukan."     

"Iya aku tahu, ya sudah cepatlah masuk ke mobil jangan sampai aku menahanmu lebih lama."     

"Terima kasih Jack, sekali aku senang sekali bisa melihatmu kembali. Ingat kau harus datang ke pernikahan kami nanti, bersama tuan David Clarke dan semuanya.."     

"Anne?"     

Kedua mata Aaron membulat. "Dia istrimu, sudah pasti kau mengajaknya bukan?"     

Jack tersenyum, ia kini yakin Aaron sudah melupakan Anne. Jack kembali memeluk Aaron dengan kuat, sambil sesekali menepuk punggungnya yang sesekali dibalas oleh Aaron. Setelah Jack melepaskan pelukannya Aaron dan Rose lalu masuk ke dalam mobil yang akan mengantar mereka menuju bandara, tuan David Clarke memberikan tumpangan gratis untuk Aaron kembali ke London. Ia memerintahkan anak buahnya mengantar Aaron kembali ke London menggunakan salah satu pesawat jet miliknya.     

Setelah mobil yang membawa Aaron dan Rose tak terlihat Jack kemudian masuk ke dalam rumah, ia senang karena Aaron sudah bersama Rose gadis yang ia temui saat masih kecil.     

"Kau harus bahagia Connery,"ucap Jack pelan saat sedang berjalan di anak tangga menuju tempat sang kakek berada bersama Luis.     

Tuan David Clarke tersenyum saat melihat Jack menaiki anak tangga."Kakek senang kau berteman dengannya, sepertinya dia anak baik."     

Jack menghentikan langkah kakinya saat mendengar perkataan sang kakek, ia lalu menoleh ke arah jalan raya untuk melihat iring-iringan mobil yang membawa Aaron dan Rose pergi. "Aaron adalah salah satu rivalku untuk mendapatkan Anne dulu kek, tapi aku senang bersaing dengannya. Dia sportif dan mau menerima kekalahan dan aku senang sekali akhirnya ia mendapatkan pasangan, ia harus bahagia dengan hidupnya seperti aku dan Anne."     

Tuan David Clarke dan Luis membuka kedua matanya lebar mendengar perkataan Jack. "D-dia rivalmu?"     

Jack terkekeh. "Iya kek, tapi tenanglah saat ini akulah pemenangnya dan Aaron juga sudah punya Rose. Aku yakin Aaron tak akan mungkin berani macam-macam pada anak menteri pertahanan Portugal itu."     

"Semoga saja, ya sudah lebih baik kau lihat Anne. Dia belum makan siang, kakek tak mau cucu kesayangan kakek sakit."     

"Jadi aku bukan cucu kesayangan kakek lagi?"     

"Tentu saja bukan, kalau kau bisa melahirkan maka kau akan jadi kesayangan kakek,"jawab tuan David Clarke tanpa rasa bersalah, ia lalu memerintah kan Luis membawanya masuk ke dalam rumah meninggalkan Jack yang sedang membelalakkan kedua matanya.     

Tak lama kemudian Jack pun masuk ke dalam rumah dan bergegas menghampiri Anne dikamar, seperti yang kakeknya katakan hanya Anne saja yang belum makan siang. Saat Jack naik tangga ia tersenyum melihat Erick dan Nicholas terlihat sibuk bekerja di ruang keluarga bersama Alice, karena Erick belum mau kembali ke Swiss maka ia harus menyelesaikan semua pekerjaannya di sela waktu senggangnya dalam melayani Jack di Luksemburg yang harus mengurus perusahaan keluarga Clarke. Erick masih ingin bersama Jack, begitu juga dengan Alice yang masih belum mau berpisah dengan Anne.     

Sesampainya di kamar Jack tersenyum ketika melihat Anne masih membungkus tubuhnya dengan selimut, dengan penuh cinta Jack merapikan rambut Anne yang menutupi wajahnya.     

"Heii bayi besar bangun, kau harus makan,"bisik Jack lirih di telinga Anne.     

Anne hanya menggeliat dan tak membuat matanya, ia masih terlalu asik dalam alam buaian.     

Jack pun terkekeh melihat tingkah Anne, meski tidak tega namun Jack kembali berusaha membangunkan Anne dari tidurnya.     

"Akhh Jack…"desah Anne kesal saat mulai terbangun dari tidurnya.     

"Ayo bangun, kau harus makan siang."     

"Aku tak lapar, aku mau tidur saja,"sahut Anne dengan mata yang masih tertutup sambil berusaha mendorong kepala Jack menjauh dari lehernya.     

"Tidak, kau harus makan. Aku tak mau kau sakit,"kekeh Jack dengan suara meninggi.     

Perlahan Anne membuka kedua matanya dan menatap Jack yang berada di atas tubuhnya. "Leon, apa dia masih ada?"     

Jack menggeleng. "Dia sudah pergi sejak tadi, bahkan mungkin saat ini ia sudah pergi dari Luksemburg. Aku mengusirnya."     

Anne menggigit bibir bawahnya, terlihat takut dan khawatir. "Apa sebelum kita datang dia sudah berbicara dengan kakek?"     

Jack tersenyum, akhirnya ia sadar kemana arah pembicaraan sang istri. "Dengar aku, kakekku bukan orang yang hidup di jaman kerajaan yang mempertimbangkan status seseorang untuk masuk dan menjadi bagian dalam keluarganya. Dia adalah pria modern yang sangat terbuka, jadi kau jangan permasalahan hal itu. Lagipula kakekku tak percaya kau adalah janda, tak ada janda yang masih perawan Anne."     

Kedua mata Anne semakin berkaca-kaca. "Aku serius, kenapa kau malah membahas hal itu hiks.."     

"Aku juga serius Anne, kakek adalah orang yang sangat rasional. Dia tidak mungkin langsung percaya dengan perkataan orang asing yang tiba-tiba datang ke rumahnya dan mengaku kalau dia adalah mantan suami dari cucu menantunya, padahal jelas-jelas kakekku tahu bagaimana aku mendapatkanmu. Jadi tak mungkin dia percaya dengan perkataan singa brengsek itu, lagipula kenapa juga kau harus mempermasalahkan ucapannya? Bukankah dari awal aku tak memperdulikan statusmu, dari awal aku sudah menerimamu apa adanya. Dari awal aku sudah mencintaimu, jadi kau tak usah pikirkan ucapannya. Sejak aku tahu kau adalah janda aku sudah menerimamu Anne, apalagi setelah aku tahu ternyata kau masih suci. Coba bayangkan segila apa aku mencintai dan menginginkanmu?"     

Anne memejamkan kedua matanya bersamaan dengan jatuhnya tetesan air keluar dari kedua sudut matanya.     

"Tidak Anne, kau tak boleh menangis karena singa brengsek itu lagi. Aku tak mengizinkannya,"ucap Jack dengan cepat sambil menyeka air mata yang membasahi wajah Anne.     

"Aku takut kau akan mencampakkan aku seperti yang dilakukan Leon dulu padaku Jack,"gumam Anne lirih.     

Jack langsung mendaratkan ciuman ke bibir Anne. "Tidak, hal itu tak mungkin terjadi. Sekalipun aku gila tak mungkin aku melakukan hal mengerikan itu, jadi jangan bicara yang tidak-tidak."     

Anne mendorong Jack menjauh dari atas tubuhnya. "Pembohong, kau sudah membohongi aku sekali Jack. Tak mungkin kau tak bohong lagi suatu saat nanti."     

"Apa maksudmu? Aku tak mengerti Anne."     

Perlahan Anne bangun dan duduk dihadapan Jack. "Kau pernah berjanji tak akan meninggalkan aku, tapi nyatanya apa? Selama 2 tahun kau pergi dariku dan melupakanku. Lalu menurutmu apa aku harus masih tetap percaya dengan janji-janji manis yang kau buat itu?"     

"Tapi itu beda Anne, keadaan yang membuatku seperti itu. Sumpah demi Tuhan tak ada sedikitpun niat untuk meninggalkanmu atau melupakanmu Anne."     

Kedua mata indah Anne menatap Jack tanpa berkedip, meskipun kata-kata Jack terdengar indah namun baginya kata-kata itu tak berhasil menyentuh hati terdalamnya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.