I'LL Teach You Marianne

Rencana besar Anne



Rencana besar Anne

Sepanjang perjalanan menuju tempat tujuan Anne tak berbicara sama sekali, ia masih kesal kepada Alan yang melecehkannya di kamar beberapa saat yang lalu. Ia lebih memilih menatap jalanan kota Tromso yang padat, ketimbang harus berbicara dengan Alan yang sedang melingkarkan tangannya dengan posesif ke pinggangnya.      

"Apa yang terjadi Nick? Kenapa jalan seramai ini?"protes Alan pada Nicholas yang menjadi navigatornya malam ini.     

"Sepertinya sedang berlangsung sebuah acara besar di gedung kesenian itu tuan." Sang driver dari hotel menjawab pertanyaan Alan.      

Alan mengangkat satu alisnya. "Acara di gedung kesenian? Tapi kenapa aku tak mendengar informasi seperti ini sebelumnya."      

Nicholas yang menyadari kemarahan besar dari Alan langsung meraih ponselnya dan mencoba mencari tahu apa yang menyebabkan perjalanan mereka terganggu kali ini.      

"Acara amal Tuan, ada beberapa pengusaha yang sedang menggalang dana untuk perbaikan fasilitas sanitasi di Afrika tuan." Nicholas langsung menjelaskan penyebab terhambatnya perjalanan mereka menuju ke sebuah kemah ala suku Indian yang sudah Alan pesan sebelumnya.     

"Pencitraan, tak ada yang benar-benar tulus jika sudah berhubungan dengan hal-hal seperti ini. Mereka pasti punya kepentingan lain mengadakan acara seperti ini,"jawab Alan ketus, ia sudah hafal sekali dengan hal-hal sejenis ini.      

"Apa tak ada jalan lain menuju ke tempat itu?"      

"Tidak tuan, hanya ini satu-satunya jalan. Dan sebenarnya kita juga sudah sampai di tempat tujuan Tuan, kita hanya perlu menunggu antri untuk masuk ke tempat itu saja tuan,"jawab sang driver yang disediakan oleh hotel dengan ramah.     

Alan menghela nafas panjang, ia berusaha menenangkan dirinya agar tak marah saat ini. Satu hal yang ia benci adalah terjebak kemacetan seperti ini, Nicholas yang tahu kalau tuannya sangat marah hanya bisa diam. Ia tak banyak bicara karena tak mau membuat mood tuannya bertambah parah.      

Setelah terjebak dalam mobil yang tak bergerak lebih dari dua puluh menit kesabaran Alan pun habis, ia kemudian mengajak Anne dan Nicholas untuk berjalan kaki menuju tempat penginapan yang sudah tak jauh dari tempat mereka berada saat ini. Sebenarnya berjalan kaki tak menjadi masalah untuk Anne, saat berada di London jalan kaki adalah salah satu kegiatan favoritnya untuk membakar lemak tiap pagi hari bersama Linda dan Paul sebelum beraktivitas. Akan tetapi pada saat ini kondisinya berbeda, Anne merasa tak nyaman berjalan kaki. Tali dari g-string yang ia gunakan sangat menyiksa, belum lagi dengan tali bra yang terasa hampir lepas pasca sejak di dalam mobil Alan berusaha melepasnya.      

Kedua mata Alan menatap sinis ke arah bangunan gedung kesenian yang membuatnya harus berjalan kaki, ia kesal sekali melihat para pengusaha yang berada di dalam gedung itu.      

"Acara amal tapi mengundang wartawan, cihhh benar-benar sekelompok manusia munafik,"ujar Alan lirih mengomentari para pengusaha yang sedang berada dalam gedung kesenian itu.      

Nicholas yang sedang menyeret koper yang berisi baju Anen dan Alan tersenyum mendengar perkataan tuannya.      

"Itu tempatnya tuan, benar-benar berada di dekat gedung kesenian,"ucap Nicholas penuh semangat, menunjuk ke arah komplek tenda-tenda ala suku Indian yang berada di depan mereka.      

"Kenapa ramai sekali Nick? Bukankah kau bilang kalau tempat ini sangat sepi sebelumnya padaku?"tanya Alan ketus saat melihat banyaknya mobil yang berada di dekat tenda-tenda ala suku Indian itu.     

"Menurut informasi yang aku dapatkan tempat ini selalu sepi dari hiruk-pikuk Tuan, saya yakin sekali setelah acara yang ada di gedung ini selesai semuanya akan kembali seperti semula tuan,"jawab Nicholas dengan cepat, ia benar-benar berharap kalau apa yang ia ucapkan itu benar-benar terjadi. Pasalnya ia tak tahu sama sekali kalau akan ada keramaian seperti saat ini.     

Alan tak merespon perkataan Nicholas kembali, ia merasa kalau apa yang diucapkan Nicholas masuk akal. Kemarahannya pun sedikit memudar karena melihat banyak juga orang yang berjalan kaki seperti dirinya dari jalan protokol karena terjebak macet yang sama, samar-samar Alan mendengar orang-orang itu juga protes atas keramaian di gedung kesenian yang baru saja mereka lewati itu.      

Ketika banyak turis wanita lainnya yang protes karena berjalan kaki, Anne hanya diam. Ia tak memberikan reaksi apapun, Anne larut dalam pikirannya sendiri mencoba mencari celah untuk melarikan diri dari Alan. Meski kesempatan untuk kabur sangat tipis namun Anne tak mau menyia-nyiakannya, ia ingin tetap mencobanya dan berharap bisa terbebas dari Alan malam ini.      

"Selamat datang di camp north tour Tromso, tempat ini dikhususkan bagi anda-anda semua yang ingin mendapatkan sensasi berbeda tidur dibawah langit yang penuh Aurora. Salah satu fenomena alam yang sangat indah dan luar biasa,"ucap seorang wanita paruh baya kepada para turis yang akan memasuki area kemah.     

"Anda semua tidak usah khawatir memang saat ini area tema sedang dipenuhi oleh banyak orang karena adanya kegiatan amal yang diselenggarakan para pengusaha di Tromso, akan tetapi setelah acara itu selesai tempat ini akan menjadi sunyi kembali. Sehingga kenyamanan anda semua tak akan terganggu,"imbuhnya kembali, mencoba menjelaskan kondisi yang sebenarnya terjadi.      

Alan dan rombongan yang berdiri di paling belakang kerumunan turis itu bisa mendengar semua perkataan wanita paruh baya yang merupakan tour guide itu, meskipun orang-orang yang sedang menghadiri acara amal itu belum pergi akan tetapi ia sudah sangat bersemangat. Secara tiba-tiba Alan melingkarkan tangannya di pinggang Anne yang berdiri di sampingnya dengan posesif dan hampir membuat Anne yang sedang larut dalam pikirannya sendiri hampir berteriak.      

"Kau melamun?"     

Anne menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Ti-tidak, siapa yang melamun."     

"Benarkah? Apa kau sedang memikirkan aktivitas kita nanti di dalam kemah itu Anne?"tanya Alan pelan menggoda Anne.     

Pipi Anne memanas mendengar perkataan Alan, meskipun sudah tahu kemana arah pembicaraan Alan akan tetapi ia tetap merasa gugup ketika diingatkan akan hal itu kembali. "Jangan bicara yang tidak-tidak."     

Alan terkekeh mendengar perkataan Anne yang sedang ia peluk dengan erat itu. "Jangan malu Anne, kita suami istri sekarang. Dan sebagai suami istri kita harus jujur satu sama lain saat berhubungan seks nanti agar kita berdua sama-sama mendapatkan kepuasan yang adil, aku tak mau hanya aku yang puas saat mencapai puncak nanti. Aku mau kau juga merasakan apa yang aku rasakan dan percayalah aku akan membuatmu mendapatkan kenikmatan yang jauh lebih besar dari tadi siang saat kau mengalami pelepasan seperti tadi siang."      

      

Anne memejamkan kedua matanya mendengar perkataan Alan, diingatkan kembali atas kejadian tadi siang membuatnya semakin membenci suaminya itu.      

"Sabar Anne, tunggu waktu yang tepat. Kau pasti bisa lepas dari monster gila ini." Anne bicara sendiri dalam hati sambil memejamkan kedua matanya penuh harap.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.